27. Little Too Much

6.3K 624 26
                                    

Recommendation song's; The Rose - Sorry, or play the mulmed

Jangan lupa vote sebelum membaca luv💜

Butuh beberapa detik untuk Taehyung menarik kesadaran kembali

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Butuh beberapa detik untuk Taehyung menarik kesadaran kembali. Biasanya, dia tidak mudah terkecoh dengan kalimat laknat satu itu. Namun kali ini, melihat keseriusan dari sorot Da In membuatnya goyah. Kedua hazel itu begitu tajam dan indah. Menusuk hingga relung hati.

Taehyung tidak mengerti apa yang baru saja menghantam kepala Da In sehingga membuat gadis itu berubah seperti ini. Terlalu gamblang. Sama seperti dirinya, namun Taehyung tidak terbiasa. Meski kerap kali bersikap demikian, tetap saja Taehyung lebih sering menghadapi Da In yang lebih polos.

"Taehyung, kau bilang ingin menggantikan Jungkook dihatiku, kan?"

Ya.

"Kau menyukaiku, kan?" lagi, Da In berucap.

Ya.

"Kau.. mencintaiku, kan?"

Sekali lagi, ya. Namun semua itu hanya ada di dalam otak Taehyung. Tidak serta merta diutarakan begitu saja. Dia perlu memahami isi kepala Da In saat ini. Gadis itu terlihat kacau. Tatapannya nanar dan sulit dibaca. Taehyung tidak mengerti apa yang sedang Da In pikirkan. Namun semua jawaban dari pertanyaan gadis itu masih sama, iya.

Tidak ingin menghabiskan waktu lebih lama, Da In segera menekan kombinasi pin dan menarik pergelangan Taehyung. Menuju kamar utama dan meraup bibir Taehyung tanpa aba-aba. Terlalu spontan dan sulit dicerna akal. Taehyung terdiam sejenak membiarkan Da In menguasai permainan. Memimpin ciuman dengan menggebu. Melingkarkan kedua tangan pada leher Taehyung dan membawa pria itu keatas ranjang.

Taehyung ingin memastikan, menghentikan ciuman sepihak dengan mendorong tautan tubuh mereka. Kini dirinya sudah duduk di sisi ranjang dengan Da In yang bertopang pada lehernya. Menatap kebingungan atas sikap Taehyung yang tetap tidak bersuara, alih-alih menelisik hazel Da In dalam-dalam.

"Apa yang kau inginkan?" suara pertama Taehyung sejak pertama mereka bertemu beberapa saat lalu.

Da In melepaskan kedua tangan dari leher Taehyung. Meletakkan telapak tangan pada sisi tubuh pria itu dengan netra yang masih melekat satu sama lain. Sementara tangan yang lain bergerak membuka kancing blousenya satu persatu. Pun hingga saat ini, Taehyung masih belum memahami maksud dari semua kejadian tiba-tiba ini.

Menegakkan tubuh dengan seluruh kancing blouse yang terbuka, Da In merangkak naik ke atas tubuh Taehyung. Duduk diatas paha pria yang masih menatapnya tajam dengan sedikit tonjolan yang terasa mengeras diantara paha dalam Da In.

"Shut up and fuck me!"

Mendengar itu, Taehyung jadi ikut kehilangan akal. Terlebih saat Da In kembali menyerangnya brutal. Mencium dengan panas dan berantakan. Basah. Decap tak beraturan bersamaan dengan hembus nafas berat—pendek-pendek.

Mengubah posisi dalam hitungan detik, kini Taehyung menguasai dan mendominasi permainan. Melumat bibir Da In seluruhnya. Mendorong tubuh Da In setelah berhasil menarik atasan gadis itu. Menyisakan kulit terbuka dengan bra masih melekat. Tangan Taehyung menelusur permukaan kulit. Dari leher bergerak turun dengan konstan hingga berhenti di perut bawah Da In. Mengusap sensual disana membuat Da In melenguh ditengah ciuman panas mereka.

Lagi-lagi Taehyung melepas ciuman sepihak. Menatap Da In yang tengah terpejam dan terengah. "Da In, buka matamu." perintahnya yang tidak dituruti begitu saja oleh lawan bicara. "Song Da In!" ucapnya lagi dengan sedikit penekanan.

Da In membuka kedua matanya. Pertama kali yang didapati tentu obsidian pekat milik Taehyung. Kedua bola mata yang selalu menjadi favoritnya.

"Aku tidak bisa melakukannya," ujar Taehyung tiba-tiba. Menjauhkan tubuh dari Da In dan memungut blouse yang sempat tercampak di bawah ranjang. Menarik tubuh Da In hingga terduduk dan memakaikan kembali pakaian gadis itu.

"Tae.." lirih Da In frustasi.

"Aku tidak bisa Da In!" suaranya meninggi. Da In terkejut dengan sikap Taehyung yang mendadak memanas. Menatap tajam berkilat emosi. "Aku mencintaimu, kau benar. Dan ini salah."

Da In menyeringai lalu tertawa kering. Terdengar miris bak pesakitan. Cinta—katanya. Satu kata yang Da In sudah muak mendengarnya. "Ayolah, Tuan Kim. Bukankah ini yang kau inginkan selama ini? Kau selalu menggodaku seakan ingin menyetubuhiku habis-habisan dan membuatku kelelahan. Kau selalu menjadikanku objek fantasi seksualmu dan ingin hal itu menjadi kenyataan, bukan? Lalu, bukankah ini yang kau mau? Apa lagi yang kau tunggu, Kim Taehyung? Aku sudah memberimu otorisasi penuh atas tubuhku malam ini."

Taehyung terhenyak mendengar penuturan Da In. Jujur saja, itu sedikit kasar. Bukan seperti Da In. Taehyung semakin yakin kepala Da In terantuk benda padat sebelum kembali ke rumah.

Tangan Taehyung terangkat mengusak surainya kasar. "Ya, aku ingin bercinta denganmu. Tidak dengan kau yang ingin memanfaatkanku untuk mencari kepastian dari hal itu."

Da In berhasil bungkam. Tercekat. Wajahnya memanas seperti baru saja ditampar keras-keras. Jantungnya berdegup kencang. Memompa darah dengan cepat ke otak hingga membuat pening. Pun kedua mata ikut terasa panas.

"Kau memanfaatkanku untuk memastikan perasaanmu sendiri. Jika aku tidak meninggalkanmu setelah ini, kau baru akan mengakui kalau kau mencintaiku. Benar begitu? Lalu jika tidak, pilihanmu adalah mantan kekasihmu. Kau akan kembali padanya setelah kau mendapat jawabanmu."

Da In masih terdiam. Mengulum bibirnya dan menggigit dinding bibir dalam untuk menahan tangis. Menatap nanar pada raut Taehyung yang diselimuti amarah. Berbeda dengan kedua obsidian yang terlihat begitu terluka. Da In mengerti ia sangat keterlaluan. Dia merasa begitu pengecut dan brengsek.

"For God sake, Song Da In! Kau adalah yang terburuk. Aku tidak ingin membuang-buang waktu untuk orang yang meragu sepertimu."

Dengan itu, Taehyung meninggalkan Da In begitu saja. Menyebabkan luka pada hati Da In kembali terbuka. Sementara Da In hanya memperhatikan punggung yang perlahan menjauh dengan mata basah. Menciptakan jejak lurus hingga ke dagu. Tidak dapat berkata-kata. Hanya air mata yang mampu menorehkan emosi tertahan. Terisak penuh derita. Sekali lagi ditinggalkan dengan cara yang menyakitkan. Sekali lagi harus menyesal karena kesalahan bodohnya sendiri.

Sepertinya ending sudah dekat...

Make It Rightحيث تعيش القصص. اكتشف الآن