1. Eccentric Neighbour

11.2K 831 56
                                    

Pagi ini unit Da In terdengar gaduh. Suara debum tubuh yang berkali-kali menabrak sesuatu, pekik kesakitan pemilik unit, umpatan yang mengudara bersamaan dengan teriakan. Song Da In mengawali paginya dengan buruk. Dia benar-benar melupakan pertemuan dengan dosen pembimbing pagi ini. Salahkan Jungkook yang membuatnya tidur terlalu larut karena bergelut diatas ranjang semalaman. Kini Da In berlarian kesana-kemari. Berencana keluar namun terurung karena ada yang tertinggal. Begitu seterusnya. Hingga kehilangan fokus dan membuat tubuhnya menabrak benda di sekitar. Berantakan.

Song Da In, mahasiswi semester akhir universitas ternama di Valley Hills. Hidup sendiri di kota yang jauh dari kampung halaman. Ibunya tinggal di Ulsan. Pemilik toko kain terbesar yang namanya sudah menjalar pasar internasional. Ayahnya.. Tidak tahu. Da In tidak pernah tahu kabar ayahnya setelah orangtuanya berpisah.

Tinggal sedikit lagi Da In menyelesaikan kuliahnya. Satu hal yang menyebabkan Da In semangat mengerjakan tugas akhir adalah Profesor Kim Seokjin. Tidak, bukan karena Profesor Kim selalu menyemangatinya, tapi karena Da In muak bertemu dosen sialan itu. Seperti yang banyak diketahui, Profesor Kim memang suka menyulitkan mahasiswanya. Terlebih para mahasiswi yang tidak mau memberikan 'servis istimewa'. Persetan dengan dosen gila itu. Da In lebih baik menempuh jalan sulit daripada harus melayani napsu Profesor Kim. Dosen itu juga turut andil atas keributan pagi ini. Seharusnya, Da In bisa bersantai dan bermesraan dengan kekasih pada hari Minggu, alih-alih bertemu dengan Profesor Kim yang meminta pertemuan di akhir pekan. 

Seperti tidak memiliki kehidupan yang menarik saja. Meminta pertemuan di hari libur.

Da In berlari tergesa menuju lift. Suaranya kembali mengudara meneriaki seseorang yang sudah berada di dalam sana, memintanya untuk menunggu. Lalu ketika sampai di dalam lift Da In bertopang lutut. Terengah-engah sebab paginya begitu menguras tenaga. "Terima kasih sudah menunggu," ujarnya pada orang baik hati yang mau menunggunya.

"Sama-sama, tetangga."

Da In mengernyit sekilas mendengar suara yang tidak begitu asing pada rungunya. Wajahnya mendongak, mendapati sosok pria menyebalkan yang membuatnya kehilangan muka semalam. Si tetangga baru. Air muka Da In seketika berubah.

Da In memperbaiki posisi. Berdiri membelakangi pria itu dengan bibir terkatup rapat, enggan menjawab. Napasnya sudah kembali normal. Kecuali benaknya yang sedang ricuh. Sesekali Da In menilik refleksi buram pria itu dari pintu lift. Tubuhnya lebih tinggi dari Da In. Tangannya tersimpan rapi dalam saku celana. Masih mengenakan pakaian yang sama dengan semalam, kaos coklat dan celana rumahan. Rambut berantakan sehabis bangun tidur menampakkan dahi terbuka. Kulitnya tan, terlihat begitu eksotis. Sorot matanya terlihat dingin, tajam mengintimidasi. Ugh, harus Da In akui pria ini sangat tampan. Apa dia seorang model? Mungkin seorang artis atau semacamnya? Entahlah, Da In tidak begitu peduli.

"Kau mahasiswi Universitas Valley Hills, huh, tetangga?" tanya pria itu setelah tidak sengaja membaca identitas logo kampus Da In dari dalam map transparan ditangannya.

"Song Da In. Tetangga ini bernama Song Da In," ketusnya tanpa menjawab pertanyaan retorik itu, seakan melupakan dia baru saja berterima kasih dengan ramah.

"Oh, baiklah, Da In."

Hanya Da In? Sungguh pria yang tidak sopan sekali.

Keheningan terjadi sesaat. Da In menjadi gugup tanpa sebab. Lantai demi lantai dilewati namun tak seorangpun naik pada lift yang sama. Hanya ada dia dan tetangga barunya ini. Berdua dari lantai dua belas tempat unit mereka berada, hingga mereka hampir sampai di basement.

"Apa kekasihmu tidak bermalam ditempatmu? Atau dia masih tertidur? Aku tidak mendengar suaranya lagi dan aku tidak melihatnya pagi ini,"

Jemari Da In menggenggam erat, menelusupkan kuku pada telapak tangan yang membuat ngilu. Hatinya menjerit. Ingin sekali meninggalkan wajahnya di kamar saja. Jika pria itu melihat, pasti sudah mendapati wajah Da In memerah padam.

"Dengar, tetangga—"

"Kim Taehyung, tetangga ini bernama Kim Taehyung," timpal pria itu mengulang kalimat Da In sebelumnya.

Da In menggerutukkan geraham, melirik kesamping tanpa menoleh penuh wajah pria dibelakang,  "terserahlah! Dengar, aku sudah meminta pemilik gedung untuk memperbaiki unitku. Jadi, kau tidak akan terganggu dan mendengar apapun dari kamarku lagi. Dan tolong jangan mencampuri urusan orang lain, that's extremely rude and sucks!"

Sudut bibir Taehyung naik sebelah, membentuk senyum asimetris. Perlahan mendekatkan wajah tepat di sebelah telinga Da In lalu berbisik, "ah, sayang sekali. Padahal aku menyukai suaramu, desahanmu."

Sinting! Sontak Da In menoleh dengan kedua mata membulat besar—terkesiap. Berhasil dibuat menganga. Tubuhnya bergidik ngeri. Pria ini benar-benar gila. Mungkin dia seorang psikopat yang bisa kapan saja menyakiti Da In. Atau mungkin pria mesum yang suka mencabuli wanita. Oh, sepertinya Da In harus segera mencari apartemen baru. Screw that freaking hot face, he seems dangerous, tho!

Denting lift menggema ketika sampai pada lantai basement. Masih dengan senyum asimetris, Taehyung menatap Da In sarat akan godaan, "sampai bertemu lagi, Song Da In."

Tetangga gila dan tampan

Tetangga gila dan tampan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Make It RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang