16. Heartbreaker

6.8K 708 19
                                    

When a girl cries, it's not because she's just hurt. It was because of the built up emotions including anger that she's been holding in for too long.

Sepuluh menit masih dihabiskan ditempat yang sama. Dingin menyeruak melalui balkon yang masih terbuka bersamaan dengan sirimiri yang berdatangan. Seakan menjadi refleksi hati yang tengah berkabut. Diluar sudah gelap. Taehyung mendekati Da In yang berdiri mematung setelah mengenakan sembarang kaos dikamarnya. Menyentuh pundak Da In membuat gadis itu terperanjat membuyarkan lamunan. Seperti ditarik keluar dari oblivion yang barusan terjadi.

"Kau ingin aku menemuinya?" tawaran Taehyung, mengerti situasi yang menyebabkan Da In tiba-tiba terlihat murung dan kehilangan fokus sesaat.

Da In menatap pria disebelahnya. Mengulas senyum yang jelas sekali terlihat dipaksakan, "tidak. Aku akan menemuinya sendiri." Tegasnya mantap setelah beberapa saat berpikir. Tentu Da In ingin sekali menyetujui tawaran Taehyung. Menghindari Jungkook adalah intensi terbesarnya saat ini. Sedari dia memutuskan hubungan dengan Jungkook, tidak sekalipun berusaha untuk sekadar mengingat sekelebat tentang mantan kekasihnya. Berusaha menyibukkan diri hingga terlupa sesaat. Dengan begitu dia tidak perlu mengingat penyebab hatinya terluka.

Agaknya pilihan kali ini tidak sepenuhnya tepat. Masalahnya, Da In benar-benar tidak memiliki sedikitpun persiapan. Melihat pria yang menjadi alasan hatinya mati, sekali lagi membuatnya tercekat. Sesak memenuhi dada. Tenggorokannya sakit sekali menahan air mata yang dipaksa untuk tetap bertahan ditempat. Da In belum siap bertemu dengan Jungkook kembali.

Apa boleh buat? Dia sudah tidak bisa kembali ke rumah Taehyung dan meminta pria itu untuk menggantikan, menerima tawaran yang sebelumnya. Pada akhirnya harus tetap menghadapi Jungkook. Cepat atau lambat. Siap atau tidak. Mau tidak mau. Seperti sekarang. Berdiri memberi atensi penuh pada pria yang duduk diruang tengahnya. Menatap pilu pada presensi sang pemilik unit. Sementara orang ketiga disana duduk menatap nyalang pria yang ia tunggu sejak beberapa saat lalu. Sialnya, Da In menjadi satu-satunya yang merasa canggung ditengah situasi ini.

Sejemang, Yoonhee ikut mengalihkan pandangan pada Da In yang terlihat sedikit berantakan. Beranjak dan mendekati sahabatnya. Bersiap untuk memaki sebab membuatnya menunggu berjam-jam bersama salah seorang yang dia tidak suka. Pun Da In merupakan penyebab Yoonhee ikut membenci Jungkook, karena sudah membuat Da In kacau beberapa hari belakangan.

"Darimana saja, sih?!" tanya Yoonhee, membatalkan niat awal untuk memaki habis-habisan, sebab gadis itu sudah terlihat memelas dan berantakan bahkan sebelum Yoonhee mencecarnya.

Da In menghela napas seraya menatap Yoonhee yang sudah berdiri dihadapannya, "aku baru kembali dari galeri. Ada sesuatu yang terjadi dan aku tidak bisa menceritakan padamu sekarang."

"Baiklah. Kau bisa menceritakan padaku nanti. Sepertinya ada yang perlu kalian selesaikan. Aku akan menunggu di kelab kak Hoseok malam ini," ujar Yoonhee mengalah. Memilih untuk meninggalkan dua orang disana. Pergi tanpa memberi sepatah kata pun pada Jungkook selain tatapan tajam menusuk. Dalam benak menyumpah serapah pada pria itu.

Berusaha terlihat setenang mungkin, Da In berjalan mendekat sepeninggal Yoonhee dari rumahnya. Menempatkan diri pada sofa di sebelah Jungkook. Jelas hatinya masih bergemuruh. Tidak memiliki keberanian menilik pada obsidian Jungkook barang sedetik. Sementara pandangan Jungkook masih disana. Mengarah tepat pada tiap pergerakan Da In.

"Ada apa?" ketus Da In tanpa menoleh pada lawan bicara.

Jungkook mengulas senyum, "aku merindukanmu." ujarnya ringan. Seperti mereka masih berada pada sebuah ikatan.

Jika boleh jujur, Jungkook sangat hancur setelah Da In meninggalkannya. Ia sangat menyesal. Berharap masih memiliki sebuah kesempatan dan memperbaiki semuanya. Namun nihil. Da In benar-benar mencampakkannya begitu saja. Memblokir semua kontak hingga media sosial. Mengganti pin apartemen. Menghindari Jungkook bagaimanapun caranya ketika dia pergi ke kampus untuk bertemu dosen. Jungkook kewalahan. Berusaha keras mencari cara agar Da In mau menemuinya. Pada akhirnya memutuskan untuk menunggu di depan unit Da In hingga sang pemilik kembali ke rumah. Meski awalnya harus berseteru dan merayu Yoonhee—orang pertama yang ditemui beberapa saat lalu—agar memperbolehkan Jungkook menemui Da In dan menunggunya hingga pulang.

Da In tidak menyahut. Memilih untuk diam daripada meledak bersama emosi yang terpendam. Lalu mengejutkan Jungkook akan sisi kejam dirinya dan membuat Jungkook malah membencinya karena hal itu. Bukan hal yang mengkhawatirkan jika itu terjadi. Lagipula, dia memang ingin membuat Jungkook menjauh. Tapi setelah dipikir, jika membuat Jungkook menjauh dengan cara seperti itu, maka tidak ada yang berbeda antara dirinya dengan sang mantan kekasih. Pun yang paling menyakitkan bagi Da In saat ini, ketika dia tidak mampu meluapkan kemarahan pada pria yang telah menyakitinya.

"Aku berusaha untuk terlihat tidak peduli, tapi aku tidak bisa melakukannya. Aku tidak seburuk dirimu yang dengan mudah menyakitiku dan menganggap dua tahun hubungan kita tidak berarti," cecar Da In dengan nada bergetar.

Jungkook menghela napas berat, "maafkan aku, Da In. Tapi, aku tidak pernah menganggap hubungan kita tidak berarti. Kau sangat berarti bagiku dan—"

"Jika aku berarti bagimu kenapa kau melakukannya, huh?" kali ini Da In memberi atensi penuh pada Jungkook, menggeram kesal dan menatap penuh amarah. "Kau tahu aku sangat membenci orang yang berselingkuh, Jungkook. Kau tahu mengapa aku sangat membenci ayahku dan alasanku tidak pernah siap melakukan seks denganmu. Apa hubungan kita hanya tentang seks, Jungkook? Itu sebabnya kau menenggelamkan kelaminmu pada wanita lain di depan mataku karena aku tidak bisa memberikannya begitu? Betapa brengseknya dirimu!"

Pada akhirnya pertahanan Da In runtuh. Menatap tepat pada netra Jungkook dan menumpahkan seluruh rasa sakit yang membuatnya goyah. Lega dan pilu bersamaan. Namun nyeri dihatinya lebih mendominasi. Sebab dua tahunnya bersama Jungkook terlampau indah. Kemudian mengetahui Jungkook memiliki wanita lain dibelakangnya, tentu membuat harga dirinya terluka.

Tak hanya Da In, mata pria dihadapannya juga berkaca-kaca. Jungkook sama sekali tidak menyangka Da In sebenci ini pada dirinya. Sakit. Satu-satunya rasa yang menyelimuti hati kala orang yang dicintai melontarkan kebencian. Jungkook teramat mencintai Da In. Tidak ingin kehilangan Da In meski kesalahan yang ia perbuat sangat fatal. Jungkook tahu tidak akan mudah membalik hati Da In yang terluka. Sebab Jungkook bukan patah hati pertama Da In. Melainkan ayahnya sendiri. Orang yang telah meninggalkan Da In dan ibunya bersama wanita lain. Bahkan pada ayahnya saja Da In enggan mengenang. Tidak sudi mengingat pria yang menelantarkannya sedari kecil hingga ia harus tumbuh tanpa sosok ayah. Sampai ingatannya benar-benar bersih dari ayah. Sama sekali tidak tahu rupa dan tidak ingin repot-repot mengingatnya.

"Maafkan aku, Da In. Sungguh," lirih Jungkook tulus dengan bulir yang sudah terjatuh kala berucap, "aku datang hanya untuk memastikan kau baik-baik saja, karena aku tidak. Hidupku sangat sulit tanpamu. I know I probably the person you want to punch in the face right now, but you tried your best to endure it. I get it.

I just want you to know, I'll do everything to get us back."

Part selanjutnya akan lebih panjang. So, don't forget to vote💜

Hari ini ga dikasih nafas sama Big Hit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari ini ga dikasih nafas sama Big Hit. May I rest in very peace because of all those pics. Pusing. Update foto terus, ganteng-ganteng sekali.

Oh, what song do you guys like the most from BE album? Me, Life Goes On of course💜 also Blue and Grey, cause it's so comfy Lagu yang lain juga easy listening. Super excited sama comeback ini, dan tidak ada yang mengecewakan sama sekali!

Make It RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang