6. Falling Down

7.2K 751 16
                                    

Da In teramat kacau dan sakit. Seperti sedang sekarat namun tidak diijinkan mati. Pada saat seperti ini, dia mengingat kalimat yang ibunya pernah katakan, jangan mencintai seseorang terlalu dalam agar sakitnya tidak terasa mematikan. Da In memang mencintai Jungkook dengan sangat. Tapi hal yang menghancurkannya bukan sekedar pengkhianatan yang Jungkook lakukan, tapi kepercayaan yang Da In beri pada pria itu, dipatahkan begitu saja. Secara tidak langsung, Jungkook sudah berusaha membunuh Da In. Menyebabkan goresan luka yang terlalu dalam. Begitu menyesakkan hingga dia tidak sanggup menangis lagi.

Menjadi alkohol ke tujuh yang Da In tenggak malam ini, sebuah seloki mengarah pada bibir merah muda Da In. Cairan dingin sekaligus terasa panas mengalir begitu saja melalui kerongkongan. Tidak ada rasa pahit yang terasa seperti di awal. Hanya tersisa manis dan sakit yang terasa. Jungkook seharusnya menjadi pria satu-satunya yang Da In percaya. Namun setelah kejadian beberapa jam yang lalu, Da In menjadi patah harapan. Tidak ada lagi setitik kepercayaan yang Da In miliki. Setidaknya, untuk saat ini dia tidak ingin mempercayai siapapun kecuali dirinya sendiri. Kepalsuan sudah menjadi bagian dari dunia ini. Sebab beberapa orang lebih memilih kebohongan manis daripada kenyataan pahit.

Song Da In hampir kehilangan kewarasan, namun masih mampu mengontrol diri. Merasa tipsy dan segera mengakhiri sesi minumnya sebelum mencapai limit. Ponselnya tak berhenti berdering. Nama yang muncul di layar membuat Da In mengabaikannya. Da In tidak tahu patah hati akan sesakit ini. Ya, Jungkook adalah pacar pertamanya. Pria pertama yang menjadi alasan Da In bahagia. Mencintai Da In dan dicintai dengan teramat. Da In menghela napas berat, kemudian menertawakan dirinya sendiri. Betapa miris nasibnya hingga air mata rebas begitu saja. Masih dengan bibir mengulas tawa, Da In menahan tangis meski air matanya berjatuhan. Jika ada yang memperhatikan, sudah pasti berasumsi Da In mabuk berat. Bahkan mungkin akan mengira dia gila.

Pun pria yang kini duduk tepat disebelah gadis itu, memesan segelas minuman dan mengarahkan pandang pada Da In yang sedang terlihat kacau. Menerka-nerka kejadian buruk tengah menimpa gadis disebelahnya. "Patah hati?" tanya pria itu tepat pada sasaran.

Da In menoleh. Mendapati sepasang manik yang begitu dikenalnya. "J-jaehyun?" ujarnya sedikit terisak.

"Lama tidak berjumpa, Song Da In."

Jung Jaehyun, senior di kampus yang bisa dibilang cukup dekat dengan Da In. Sepupu Jeon Jungkook. Pria super cerdas yang menyelesaikan kuliah dalam waktu tiga tahun. Melanjutkan sekolah diluar negeri dan menjadi pewaris tunggal perusahaan keluarga yang termasuk dalam Fortune Global, peringkat perusahaan terbesar di dunia. Siapa sangka Da In akan bertemu calon CEO perusahaan besar di kelab malam.

"Sepertinya Jungkook membuat kesalahan fatal, kekasihnya menjadi kacau seperti ini." Ujar Jaehyun disusul gelakan rendah.

Da In mengalihkan pandang, "sudah menjadi mantan kekasih, Jae," sahutnya ringan. Jaehyun tidak nampak terkejut, namun tidak menutupi sama sekali ekspresi penasaran dari wajahnya. Jaehyun memang pernah menyukai Da In—dulu, menyerah begitu saja setelah mengetahui sepupunya menyukai Da In, jadi tidak ingin mencampuri urusan Da In saat ini. Pun tidak menanyakan penyebab hubungan Da In dan Jungkook berakhir, sebelum Da In yang mengatakan sendiri. Sementara Da In yang sedang mabuk, dengan semangat menceritakan seluruh kejadian beberapa jam lalu. Tawa miris, tangis dan racauan menjadi pengisi rungu Jaehyun sekarang. Mendengar baik-baik Da In yang sedang menumpahkan emosi tertahan sejak tadi.

Pada akhirnya Da In berhenti bercerita. Entah apa saja yang telah dikatakan pada Jaehyun, dia tidak begitu sadar. Yang pasti Jaehyun dengan tekun mendengarnya bicara. Baik sekali. Tidak menghakimi. Tahu betul Da In tidak butuh nasihat atau semacamnya. Hanya butuh di dengar. Butuh untuk menumpahkan segala rasa sakit di hati.

"Kau sangat mabuk. Mau ku antar pulang?" Tawar Jaehyun lalu diiyakan dengan anggukan antusias oleh Da In.

Berjalan terseok-seok, Da In dengan wajah memerah menelusuri koridor lantai apartemennya. Tubuhnya limbung, merapat pada dinding agar tetap berdiri tegak, berjalan, bergesek dan menempel seperti cicak tanpa mempedulikan sekitar. Beruntung lantai tempat unitnya berada terbilang sepi. Hanya ada dua unit pada satu lantai. Miliknya berada di ujung koridor dan milik tetangga baru disebelahnya.

Sesaat langkahnya terhenti, sekadar merengek sambil mengutuk Jungkook, lalu kembali berjalan seperti sebelumnya hingga sampai di depan pintu rumah. Menekan kombinasi pin—random. Menyebabkan bunyi tanda pin salah menguar berulang-ulang. Matanya buram tidak mampu melihat dengan jelas. Jarinya gemetaran seperti orang tremor. Berkali-kali memasukkan kode berbeda, pintu tak kunjung terbuka. Pada akhirnya Da In mengerang sebal. Menggedor pintu berkali-kali, kesal. Menendang, memukul dengan heelsnya yang baru saja dilepas, hingga menubrukkan kepalanya sendiri. Ajaibnya, pintu itu terbuka tepat saat Da In menendang begitu keras sambil mengutuk lantang. Oh, tidak. Bukan sebuah keajaiban. Melainkan masalah lain yang mengharuskan Da In menghubungi pemilik gedung untuk memperbaiki kerusakan ini. Ingatkan saja gadis itu besok pagi. Sebab saat ini, Da In sudah kehilangan kesadaran dan tersungkur di lantai dengan posisi yang sangat tidak elit.

Don't forget to vote.

Jung Jaehyun

Jung Jaehyun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Make It RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang