11. 'bout A Thing

6.4K 704 4
                                    

Barangkali Song Da In terlupa betapa ia dulu merasa risih, tidak suka, bahkan was-was jika berada disekitar Kim Taehyung. Berdiri mematung di depan pintu abu-abu, gadis bersurai coklat itu ragu untuk melayangkan ketukan. Da In tidak begitu yakin hal ini perlu dilakukan atau tidak. Pasalnya, Taehyung sudah membantunya mendapat pekerjaan. Setidaknya sebuah makan malam sederhana cukup untuk sekedar berterima kasih. Namun lagi-lagi, keraguan hebat memenuhi dadanya hingga sesak. Bahkan jantungnya tengah berpacu saat netranya menatap kosong pintu rumah tetangganya itu.

Masih di tempat yang sama, Da In mendongak mendapati sepasang manik kala pintu terbuka. Raut Da In nampak terkejut. Tubuhnya spontan melangkah mundur antisipasi—resah.

"H-hai, apa kau akan pergi?" ujar Da In basa-basi berusaha keras melawan rasa gugup yang tiba-tiba menyerang.

"Aku melihatmu berdiri disini sejak sepuluh menit yang lalu dari layar interkom. Ada yang ingin kau katakan?" sahut Taehyung tepat pada sasaran. Da In bungkam sejenak. Merutuk diri sendiri dalam hati. Sedikit menyesal karena tidak segera mengambil keputusan sejak diunitnya sendiri hingga tidak perlu menghabiskan waktu di depan tempat tinggal orang lain.

"Uh-oh, aku ingin mengajakmu makan malam. Sebagai ucapan terima kasih karena telah membantuku."

Taehyung tersenyum, sejemang melepas pandangan dari netra Da In lalu kembali menatap hazel gadis itu, "kau tidak perlu melakukannya Song Da In."

Sial. Da In jadi salah tingkah sendiri dibuatnya. Taehyung benar. Tidak perlu sejauh ini untuk sekadar berterima kasih. Da In bisa saja melakukannya dengan hal lain. Seperti bekerja dengan tekun dan tidak mengecewakan Taehyung dengan hasil kerjanya. Atau hal-hal lain yang tidak akan membuat Taehyung menyesal menerimanya pada galeri ternama itu.

"Kau benar. Baiklah, kalau begitu aku pergi," pamitnya begitu saja dan segera mengambil langkah menjauh dari sana.

Belum sampai pada pintu rumahnya, Taehyung tiba-tiba berjalan mendahului Da In. Berdiri lebih dulu di depan pintu gadis itu, "kau sudah berusaha memasak untukku. Setidaknya aku harus ikut menikmatinya."

Alis Da In menaut dalam. Lalu memutuskan berjalan mendekat pada Taehyung dan menekan kombinasi pin tempat tinggalnya. Aroma masakan menyeruak pada indra penciuman tepat saat mereka berdua memasuki ruangan. Sepertinya Da In memang benar-benar sudah menyiapkan hal ini, pikir Taehyung. Bahkan aroma masakannya saja jauh lebih nikmat dibanding masakan sebelumnya. Atau hanya karena malam ini Da In sendiri yang memiliki inisiatif untuk mengajaknya makan bersama. Da In tidak menyadari, pria dibelakangnya tengah mengukir senyum tipis kemenangan.

Tidak berlangsung lama, senyuman di wajah Taehyung menghilang seketika. Ekspektasinya terlampau tinggi. Melihat masakan tersaji penuh di atas meja makan, sejemang mengalihkan pandang pada gadis disebelahnya.

"Apa yang kau tunggu? Duduklah." titah Da In lalu menempatkan diri pada kursi.

"Ini bukan masakanmu," ujar Taehyung yang lebih terdengar seperti keluhan.

"Ya, aku membelinya di restoran depan. Tentu aku membeli yang paling mahal khusus untukmu. Tidak perlu berterima kasih," cibir Da In.

Agaknya Taehyung lebih mengharapkan akan memakan masakan Da In malam ini. Sayang sekali tidak sesuai dengan harapan. Selanjutnya dia duduk dan tetap menyantap suguhan Da In.

Meski tidak banyak yang dibicarakan, mereka tetap berusaha basa-basi satu sama lain. Sekelebat asumsi tentang Taehyung melintas pada benak Da In. Ternyata Taehyung tidak seperti yang Da In bayangkan selama ini. Taehyung lebih hangat dari yang Da In pikirkan.

Setelah menyelesaikan makan malam, mereka duduk berdampingan di sofa. Dengan jamuan beberapa kaleng bir di atas meja, Taehyung masih setia mendengar cerita Da In yang terkagum-kagum dengan seni. Hingga gadis itu mengambil jurusan seni agar bisa meraih mimpinya menjadi seorang kurator. Da In lebih terbuka jika dia merasa nyaman berada di dekat seseorang. Begitulah pikir Taehyung pada gadis yang menggebu-gebu bercerita didepannya itu. Tubuh Taehyung condong menghadap Da In dengan satu tangan bertengger pada sandaran sofa. Sementara Da In melipat kedua kaki ke atas dan bercerita dengan semangat. Bagai terhipnotis, mereka sedang berada pada dunia mereka sendiri.

"Bagaimana hubunganmu dengan Jungkook? Apa kalian sudah berbaikan?" tanya Taehyung sambil menyesap bir di tangan. Tampak jelas air muka Da In berubah menjadi penuh tanya. Mengerutkan dahi dan menatap curiga pada Taehyung.

"Bagaimana kau bisa tahu aku dan Jungkook—" Da In menjeda pertanyaannya. Sesaat kembali berpikir tentang Taehyung yang kembali terlihat mencurigakan. Da In menjadi waspada dan menurunkan kedua tungkainya lalu memundurkan tubuh. "Kau.. m-menguntitku?"

Taehyung yang tengah menenggak birnya tersedak seketika. Mematri pandang pada Da In yang mulai terlihat panik. "Apa yang kau bicarakan?"

Momen keheningan terjadi sesaat. Da In berusaha mati-matian mencari cara untuk menghindari Taehyung jika pria itu memberikan serangan. Da In sendiri menyadari kemampuan defensifnya sangat buruk.

"Jangan bilang kau melupakan malam itu," ujar Taehyung selidik memecah keheningan, "Song Da In, kau sendiri yang menceritakannya padaku. Malam saat kau mabuk. Kau berusaha masuk kerumahku dan menempatkan diri di sofa. Lalu merengek memintaku menemanimu minum beberapa bir dan bercerita tentang hubunganmu dan Jungkook semalam suntuk. Kau benar-benar tidak mengingatnya?"

Kedua bola mata Da In melebar. Menatap Taehyung tak percaya. Kini terpejam penuh sesal. Melempar punggung pada headboard dan merutuk diri berkali-kali. Sementara Taehyung tergelak puas ditempatnya. Semakin banyak melihat sisi lain Da In yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Terkutuklah alkohol yang selalu berhasil melumpuhkan memori Song Da In!

"Sebaiknya kau jangan minum alkohol sendiri lagi, Da In. Bisa-bisa kau membunuh orang dan melupakannya besok pagi," cibir Taehyung membuat Da In semakin menggerutu sebal.

Taehyung benar. Tidak seharusnya Da In meminum alkohol sendirian lagi. Bahkan dia melupakan Jaehyun yang mengantarnya kembali ke apartemen malam itu. Da In benar-benar tidak mengingat apapun hingga Jaehyun menceritakan hal itu pagi tadi. Beruntunglah Da In masih bertemu dengan Jaehyun yang ia kenal. Da In bersumpah akan menjauhi alkohol mulai hari ini.

Make It RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang