"Hidup adalah mimpi untuk orang bijak, sebuah permainan untuk orang tolol, sebuah komedi untuk orang kaya dan tragedi untuk yang miskin". - Sholom Aleichem.
Rambut laki-laki yang dipangkas rapi itu sedikit acak-acakan. Dia duduk di atas ranjang, kedua tangannya menggenggam erat selimut yang dikenakan, dan tubuhnya dalam keadaan bergetar hebat. Kedua mata itu terbelalak, terdengar helaan napas pendek juga berat, keringatnya timbul dengan jelas menghiasi wajah.
Sunyi. Satu kata yang mendefinisikan malam ini, tepat di kamar tidur yang penghuninya masih mengatur napas. Suara alat penghitung waktu kian jelas saat malam menyapa lebih kelam. Laki-laki itu menatap jam digital di samping kiri tempat tidurnya, pukul sebelas malam lewat dua menit.
"Lagi." Bibir itu mengucap tanpa suara. Raut wajahnya masih menegang saat dia kembali berucap, "Kapan kutukan ini akan berakhir?"
Sukabumi, 12 Oktober 2019
Akhirnya, kisah ini bisa diangkat ke layar ponsel lewat tulisan. Semoga bisa bertahan menulisa selama tiga puluh hari, ya. Semangat berjuang!
KAMU SEDANG MEMBACA
ORESTES [Bukan Kutukan Bunga Tidur] - Tamat
Misteri / Thriller[Diikutsertakan dalam event Projek 45 Hari - GAUS] Hilmi, seorang pengangguran yang hidup dalam ketakutan selama delapan tahun. Bunga tidur yang selalu menghampirinya terasa nyata. Namun, setelah nenek yang merawatnya wafat, dia bekerja sebagai satp...