Tajuk 20: Masih dan Akan Terus

31 4 8
                                    

"Begitulah ceritanya." Zidan Yasa, putra pemilik tempat prostitusi kecil yang selalu memberi pinjaman pada penjudi. Orang gila yang membunuh dua keluarga, tetapi tak pernah dipenjara.

"Bagaimana Kang Zidan tahu detailnya?" tanya Kang Aji penasaran dan tangannya tetap pada punggung Hilmi.

"Saya yang mengantarkan Nudia ke rumahnya. Saya yang membawa kabur adiknya dia. Menurut kalian Nudia bisa kabur sendiri dari puluhan penjaga?" tutur Zidan. Laki-laki yang tinggal di rumah sakit jiwa, tetapi tak terlihat gila sedikit pun.

Kang Aji menatapnya sinis karena mungkin saja orang gila ini mengada-ngada tentang ceritanya.

"Dari pada masuk ke kantor polisi, lebih baik masuk RSJ, kan?" sarkas Zidan menatap lekat Aji. "Setidaknya di sini, kita diberi fasilitas yang sama seperti manusia."

"Lalu," ucap Hilmi, "kenapa Bang Zidan membunuh keluarga sendiri dan keluarga teman—"

"Karena di keluargaku tidak ada yang seperti ibu atau adikmu."

Jawaban itu membuat Aji dan Hilmi terkejut. Mereka tak habis pikir ada manusia sekeji ini pada keluarga sendiri. Untuk alasan apa pun, meski Hilmi tidak yakin apa hatinya dulu sebersih sekarang atau tidak. Namun—

"Setidaknya ibumu menyayangimu, adikmu menghormatimu. Kalian bisa berbagi suka duka bersama. Ayahmu berubah karena sesuatu yang lebih menarik untuknya. Awalnya? Dia amat mencintaimu. Itu pasti." Zidan menengadah, menghilangkan embun pada matanya. "Nasib seseorang tentu saja berbeda, tapi kita benar-benar bisa mengubahnya kalau kita mau."

Hilmi masih tidak menyangka bahwa dia akan menyesal mengetahui ini. Dia amat kecewa karena tak bisa menyelamatkan keluarganya sampai-sampai ayahnya harus mengangkat tangan pada ibu dan saudarinya. Pun, dia menyesal karena telah membunuh sang ayah. Jika masih hidup, apa dia akan membencinya? Bukankah mati lebih baik?

Sesuatu tampak jelas dalam ingatannya. Kata-kata terakhir ibunya agar dia menyelamatkan Nudia, saat ibunya terkulai lemas dalam pangkuannya, begitu pula jeritan Nudia saat ayahnya memukul dengan keras. Semua itu seakan-akan masuk ke dalam otaknya, mengembalikan memori yang telah lama hilang.

Laki-laki itu tak ingin terpuruk, tetapi kenyataannya dia ambruk. Bersamaan dengan kenyataan dirinya seorang pembunuh dan masa lalunya tak berguna, seluruh ototnya seketika lumpuh. Hilmi berharap bunga tidur itu hanya sesuatu yang berkebalikan, tetapi bunga tidur itu teguran karena dia lupa. Dia merasa bodoh kenapa dulu menganggap mimpi-mimpinya adalah kutukan, padahal dia mengetahui yang tersembunyi dari alam bawah sadar.

"Itu cara Gusti Allah, Hil." Aji menepuk pundak Hilmi yang mulai tenang. "Sekarang, ada baiknya kita kembali ke masa di mana kita harus happy enjoy dan nyari cewek! Eh," celetuknya membuat Hilmi tersenyum.

Bisakah? Hilmi bertanya-tanya. Setelah semua yang terjadi padaku, pada keluargaku, kini aku bisa happy enjoy? Rasanya tidak. Enjoy mungkin, tetapi bahagia tanpa keluarga?

 Enjoy mungkin, tetapi bahagia tanpa keluarga?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ORESTES [Bukan Kutukan Bunga Tidur] - TamatWhere stories live. Discover now