Pagi yang beda

9.9K 620 4
                                    

Bagaimana jika seseorang yang terbiasa ada dalam setiap hari-hari mu pergi

Deon Addison.

_-_-_-_

Perlahan langit cerah berganti petang. Saat ini aku tengah bermalas di kasur dengan mata berfokus pada handphone.
Lagi lagi aku memutar bola mata jengah karena membaca chat grup yang dipenuhi dengan bacotan kedua sahabatku itu.

Bagaimana tidak jengah? Jika sedari tadi mereka hanya membahas persoalan Lesneiro, Lesneiro dan Lesneiro.

Apa nggak bisa sehari saja tanpa menyangkut tentang manusia satu itu.
Setelah mengetik beberapa kalimat yang menunjukkan ketidakpedulianku pada pembahasan itu, aku menutup hp dan beranjak keluar dari kamar.

"Veno mana Bun, kok sepi" Tanyaku seraya memakan pisang goreng.

"Dia lagi jengukin temennya dirumah sakit. Kasian temennya habis kemo Van, bunda aja nggak tega jadi ditemenin pak yan deh" Jawab bunda.

"Cewek ya?" Ucapku kepo.

"Cowok Van, adikmu itu kan sama kayak kamu. Bodoamat kalo sama lawan jenis" Ujar bunda yang terbukti salah.

"Ih bundaa.."

"Bener kan Van? Buktinya sampai sekarang kamu belum pernah ngenalin pacar kamu ke bunda"

"Nggak ngenalin kan belum tentu nggak punya Bun. Lagian belum waktunya juga" Ucapku membela diri.

"Berarti punya ya??" Goda Bunda.

Aku mengendikan bahu dan berjalan menuju keruang tengah. Aku memang selalu menghindari pembicaraan yang menyangkut hubungan asmara ku pada bunda. Bukan karena tidak ingin bunda tau, bangkai yang dipendam lama lama pasti akan kecium juga.

Tapi tau sendiri kan kalo saat ini aku tengah diterpa badai ujian yang sangat dahsyat dengan dijadikan Deon Addison sebagai pacarku? Bisa dibayangkan bukan bagaimana jika bunda tau hubunganku dengan ketua Lesneiro itu. Bagaimana jika bunda menentang hubunganku ku lalu Deon menyakiti bundaku? Ku gelengkan kepala beberapa kali guna menghilangkan pikiran buruk yang semakin menjadi.

Sudah satu jam lamanya aku tertawa cekikikan karena melihat acara di televisi dengan bunda di sampingku. Semakin lama acara makin seru sehingga tanpa sadar aku tertawa terbahak karena kekonyolan murni dari para pemain. Aku menoleh kaget karena pukulan pelan berulang dibahu kanan oleh bunda.

"Anak cewek kalo ketawa nggak boleh keras keras!" Tegur bunda.

"Kelepasan Bun" Alasanku.

"Besok pagi kamu masih ada kelas kan. Cepet tidur" Ucap bunda.

"Baru juga jam 10 Bun" Jawabku.

"Anak cewek nggak baik Van kalo tidur malem malem. Tidur sekarang" Tegas bunda.

Aku mendengus pelan dan beranjak dengan ogah.

_-_-_-_

"Makasi pak yan. Nanti kalo udah mau pulang Vani kabari"

"Siap mbak Vani. Bapak kerumah dulu ya"

Aku mengangguk mempersilakan.

Love The CriminalWo Geschichten leben. Entdecke jetzt