Semobil berdua

4.9K 342 5
                                    

Terpaksa lalu terbiasa

Vania Agatha.

_-_-_-_

Memang sudah lima hari berlalu semenjak ayah Deon mengajakku bertemu. Namun bukannya aku melupakan, yang ada aku semakin kepikiran dengan pilihan yang akan ku ambil nanti. Pasalnya beliau hanya memberiku waktu seminggu untuk menentukan pilihanku.

Sungguh ini lebih sulit dari yang dibayangkan. Iya atau tidak. Kedua pilihan itu benar benar membuat kepalaku pusing setengah mati. Sampai sampai nasi goreng yang menjadi favoritku itupun kehilangan daya tariknya.

Ini tidak bisa dibiarkan. Aku secepatnya harus memilih keputusan yang kuambil meskipun aku tidak tau apakah aku akan tega melihat wajah kecewanya.

Hari ini Deon memberi perintah agar aku ikut dengannya. Seperti biasa aku menunggunya di pintu gerbang kompleks yang lokasinya agak jauh dari rumah. Tentu Hal ini aku lakukan agar tidak ada satupun orang rumah yang tau dengan siapa aku bepergian.

Aku berdecak sebal, bagaimana tidak kesal jika setelah hampir satu jam mobil Deon baru datang. Tak perlu menunggu lama akupun langsung bergegas memasuki mobil dengan raut wajah sedikit masam. Tentu saja Deon tidak peduli sama sekali, bahkan melirik sedikitpun tidak.

Deon langsung melajukan kendaraannya saat aku sibuk memasang seat belt. Aku melirik sekilas padanya, outfit yang dipakainya selalu tidak pernah gagal dimataku. Andaikan sifat buruknya bisa dihilangkan mungkin saja dengan senang hati aku menerima. Pikiran macam apa itu Vani.

Perjalanan kami memakan waktu sepuluh menit, tentu dengan keadaan hening menyelimuti. Deon sama sekali tidak berniat berbicara denganku. Sekalinya berbicara maka bisa dipastikan pembicaraan itu akan menyudutkan ku, dan akupun tidak punya keberanian lebih untuk mengusik singa yang sedang berdiam diri. Dia memarkirkan mobilnya tepat di depan kios rumah makan. Akupun mengikuti langkahnya yang mulai berjalan menuju kedalam rumah makan tersebut.

Seorang wanita paruh baya menyambut kedatangan kami dengan tergopoh-gopoh. Dia terlihat sangat berbahagia didatangi seorang Deon Addison. Tatapan pembeli lain yang sedang mengantri di rumah makan ini langsung mengarahkan pandangannya pada kami saat wanita paruh baya itu berucap.

"Bibi kaget nak Deon kesini setelah sebulan nggak kesini, gimana kabarnya baik to?" Tanya seorang wanita paruh baya.

"Uangnya sama anak-anak udah dikasih?" Deon berganti bertanya.

"Malah nggak pernah telat ngasihnya, mari duduk dulu nak Deon. Wah Ini pacarnya nak Deon ya?? Kenalin Saya bi Iyas"

Aku tersenyum menyambut uluran tangannya.

"Saya Vani Bi"

"Buatin menu prasmanan buat besok sore. Kalo kurang bilang aja" Ucap Deon menyerahkan amplop yang kuyakini berisi uang.

Deon berlalu begitu saja setelah memberikan amplop pada Bi Iyas. Dan untuk kesekian kalinya aku ditinggal lagi olehnya. Oke, anggap saja itu hal wajar, tapi dia berlalu tanpa berucap pamit pada orang kurasa itu sudah dibatas nalar, apalagi orang itu lebih tua darinya.

Karena Deon aku harus merasa tidak enak pada Bi Iyas. Di kali pertama bertemu tentu aku tidak ingin membuat pandangan buruk orang padaku. kusunggingkan senyum tulus ku padanya.

"Bu Iyas kami pamit pulang dulu, permisi"

_-_-_-_

Suara klakson mobil yang bersahutan membuatku terbangun dari tidurku dan mendapati kursi di sebelah telah kosong. Aku sedikit menyesal karena tidak sengaja tertidur, dan sekarang aku harus dilanda kebingungan mencari keberadaan Deon. Baru kusadari bahwa didepan sana banyak sekali orang yang berkerumun dan mungkin saja Deon berada di sana.

Love The CriminalWhere stories live. Discover now