Stalker Bukan

4.7K 303 4
                                    

Namun yang ku takutkan adalah saat hari itu tiba hatiku menolak kepergiannya.

Vania Agatha.

_-_-_-_

Tak terhitung sudah berapa kali aku berdecak sebal atas terganggu nya waktu santai ku. Oh ayolah. Malam ini aku hanya ingin bersantai sambil berselancar ria di sosial media.

Tidak kah Deon tau bahwa aku hanya ingin malam ini sedikit tenang tanpa diganggu nya. Sudah cukup membuat ku emosi dengan perilakunya siang tadi.

"Gue kira lo mati karena nggak ngangkat telpon gue dari tadi"

Aku mendelik tajam menatap ponsel yang masih terhubung dengan dirinya.

"Dimana?"

"Di rumah"

"Cukup. Jangan hubungi gue lagi. gue sibuk"

Pip

Sambungan telepon dimatikan oleh Deon. Aku melongo tak percaya atas akhir kata yang dia ucapkan tadi seakan akan akulah yang mengemis minta dihubungi olehnya.

Aku menjatuhkan diri di atas pulau kapuk sambil menerawang jauh jauh. kira-kira kapan seorang Deon akan merasa bosan terhadapku. Lalu apakah rahasia bisa tetap terjaga aman meskipun dalam waktu yang tidak bisa ditentukan.

Entahlah cepat atau lambat bunda pasti akan mengetahui semuanya. Satu yang pasti aku akan berusaha saat bunda tau semua sudah berakhir atau garis besarnya antara aku dan Deon telah menjadi asing. Sehingga aku terbebas dari jeratannya.

Namun yang ku takutkan adalah saat hari itu tiba hatiku menolak kepergiannya. Karena terbiasa akan hadirnya.

"Van kamu beli apa???" Teriak bunda dari bawah.

Teriakan membahana bunda sudah jelas membuatku berjengit kaget. Aku berpikir keras oleh pertanyaan bunda beberapa detik yang lalu. Aku merasa tidak sedang membeli sesuatu, namun akhirnya aku melangkah ke lantai bawah mendekati bunda dengan malas.

"Apa Bun?" Tanyaku pada bunda yang sedang bersantai ria.

"Kamu pesan apa?" Seraya menyerahkan paper bag berwarna putih.

"Dari siapa nih? Vani nggak ngerasa pesen apa apa"

"Loh? Bunda kira kamu pesen barang. Tadi pak yan yang terima, kamu tanya aja"

Aku bergegas keluar rumah mendekati pak yan yang sedang merokok di samping gerbang.

"Pak yan"

"Paket mbak Vani udah pak yan kasih ke ibu"

"Saya nggak pesen apa-apa pak yan. Pak yan tau nggak siapa yang nganter tadi?"

"Tadi kalo nggak salah cowok terus pake jaket ijo yang sering ketemu di jalan raya tapi pak yan lupa namanya"

"Oh goAnter?"

"Nah iya"

"Terus paket nya ini gimana pak yan? Saya nggak ngerasa pesen soalnya" Tanyaku sembari membolak balik paket berukuran sedang.

"Coba aja mbak Vani liat isinya siapa tahu kan ada nama yang ngirim"

"Iya juga ya. Yaudah Vani masuk dulu pak yan"

_-_-_-_

Setelah menutup rapat pintu kamar. Akupun mendudukan diri diatas karpet tebal. Tanganku bergerak gencar membuka perlahan isi paperbag misterius ini.

Mulutku melongo tak percaya saat mengetahui isi di dalamnya. Parfum yang sama persis dengan milikku yang naas nya siang tadi telah Deon hancurkan. Entahlah aku harus bahagia atau justru takut akan hal ini. Sebuah paket tanpa nama dikirim untukku dengan isi parfum impian membuatku bertanya tanya. Apakah Deon ataukah stalker.

Jika mungkin pengirimnya seorang Deon itu sedikit masuk akal karena bisa saja dia merasa bersalah akan kelakuannya siang tadi. Namun perlu diingat, mustahil rasanya jika Deon mempunyai rasa seperti itu.

Pikiranku beralih ke opsi kedua yang dimana mungkin saja seorang stalker yang mengirimnya.

"Nggak mungkin juga kalo stalker. Gue kan bukan artis bukan model" Kepalaku rasanya ingin sekali pecah. Ini benar benar seperti sebuah film yang harus memecahkan sebuah teori di dalamnya dengan aku penontonnya.

_-_-_-_

"Pagi bunda.." ucapku saat berhasil menuruni tangga terakhir.

"Pagi Van" Jawab bunda seraya menyiapkan sarapan di meja.

"Bunda libur?" Aku terheran, Pasalnya di hari kerja biasanya bunda sudah bersiap dengan kemeja rapihnya.

"No, bunda masuk agak siang. Oh ya Paket kemarin gimana van"

Aku terdiam sejenak. Harusnya pertanyaan seperti ini sudah kupikirkan jawabannya malam tadi. Bunda mengernyit saat mengetahui keterdiamanku. Dengan Sekejab aku merubah mimik wajah.

"Ternyata dari dua curut Bun" Jawabku reflek saat tiba tiba muncul nama Elena dan Mira di otakku. Mau gimana lagi aku menyerah atas teori-teori dan segala tetekbengeknya.

Mungkin kapan-kapan akan aku tanyakan pada Deon perihal hal itu. Untuk sementara ini biarlah Elena dan Mira yang menjadi sebuah tameng guna menghentikan pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut dari bunda.

"Dua curut siapa Van?" Dahi bunda mengernyit.

"Elena sama Mira tuh" Bunda merubah mimik wajahnya seketika saat mendengar jawabanku.

"Bunda nggak pernah ngajarin gitu ya Van"

Aku menyengir tak berdosa.

_-_-_-_

"Pak yan tunggu dulu ya Vani cuman mau ambil barang bunda kok" Ucapku yang langsung mendapat acungan jempol.

"Selamat datang ada yang bisa saya dibantu?" Sambut karyawan butik.

"Oh itu kak.. Saya mau ngambil dress pesenan"

"Boleh. Atas nama siapa? Boleh saya tau nota pesanannya? Atau cukup dengan memberikan bukti transfer jika memang melakukan pembayaran by transfer?"

Aku hanya bisa melongo pasalnya bunda hanya memintaku untuk mengambil dress yang ia pesan. Dan soal pembayaran aku sama sekali tidak tahu menahu soal itu.

"Eh Vaniii" suara Tante Cindy mengalihkan perhatian baik aku dan mba tadi. Kemudian terlihat Tante Cindy memberi instruksi agar kami berdua ditinggal.

"Udah lama Van nyampe nya?"

"Baru kok Tan" Jawabku sembari mengikuti langkah Tante Cindy yang semakin membawaku memasuki butik sehingga seluruh gaun dress beserta asesoris dapat kulihat secara sempurna.

"Nah ini dia dress polos selutut punya bunda mu dan yang ini dress buat kamu..Tante bikinin dress ini dari perpaduan ala ala korea gitu. Warnanya juga Tante pilihin khusus, cocok banget kan sama kulit kam..."

"Itu buat aku Tan?" Selaku cepat.

"Iyalah Vani emang bunda kamu nggak ngasih tau?"

Aku hanya menggeleng. Karena tak mampu lagi berucap. Gaun sebagus ini di buat acara apa.

"Yaudah langsung aja di coba Van biar kalo ada kegedean bisa langsung dibenerin"

Aku masih saja mematung tak mengerti karena apa gaun ini bunda belikan untukku.

"Udah cepetan masuk sana" Ucap Tante Cindy sedikit mendorong bahuku memasuki ruang fitting.

_-_-_-_

Yey akhirnya bisa selesai in ini part •́ ‿ ,•̀

Vote+komen+follow

Terimakasih.

Love The CriminalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang