Bab 7. Don't know what you do

65 7 25
                                    

"Bercanda dan serius itu dua hal yang beda. Keduanya punya porsi masing-masing."
-Irsan-

©nurpratiwihm

🍭

"DASAR SETAN!"

"Lo berdua beneran tidu—" belum sempat Irsan melanjutkan pertanyaan unfaedahnya, Dino udah lebih dulu membekap mulut bebeknya.

"Ngomong lagi gue beneran tendang pala lo kayak bola San." ancamnya, gak tau mempan ama Irsan apa gak.

"Gue merasa berdosa punya keluarga kek Dia. Urat malu dah putus keknya." ngomong apa sih Cia ini? Gak ada sangkut pautnya deh serius.

Irsan nyengir lebar, "Adek Cia gak boleh ngomong gitu ama abang Icang!" please pernah dengar suara berat yang di imut-imutin gak? Irsan ngelakuin itu dan sumpah semua orang memandangnya aneh.

"Huekk, Jijik gue." Cia dengan memperagakan wanita sedang mengalami morning sickness.
Dino hanya menunggu mereka beres bertengkar. Kalau kata spongebob sih A few moment later..., bener gak sih?

"IRSAN KEKE LO DIPANGGIL GURU WALI KELAS KITA!"

Nah kan, siapa lagi tuh yang ngegas. Timingnya ngada-ngada. Bikin seisi kelas su'udzon karena hidung mereka mencium aroma-aroma jam kosong. Ahaii.

"Awas aja lo, urusan kita belum selesai,"

Cia menyerngit heran, "Urusan apa woi? Kita gak pernah ada urusan," jawabnya

"Nanti aja kita gelud diranjang."

"WOI SETAN!"

Irsan berlari keluar kelas dengan tawa membahana setelah berhasil menggoda Cia. Omongannya ngadi-ngadi pen Cia geprek kepalanya.

"A few moment later,"

Cia masih memasang wajah kesalnya ditambah ucapan Dino yang terdengar seperti cicak keselek gajah. Bayangin noh. Bego!

"Jadi lo ngomong apa sama bang Naren semalam bogeng? Hah? Jangan bikin gue naik darah deh."

"Ya ngomong apaan? Masalah cowok lah. Gak mungkin lah gue ngibahin lo." jawab Dino dengan pedenya. Dih tukang boong rupanya.

Cia mendekatkan wajahnya kearah wajah Dino dengan tatapan melotot, "Lo kemarin dah janji gak bakal bilang bang Naren kalau gue minjem duit lo. Lu dusta, bang Naren tadi pagi ceramahin gue panjang kali lebar kek rumus lingkaran tau gak?"

Uhuk,

Dino membekap mulutnya menahan tawa, astaga Cia itu begonya level berapa sih? Bukannya Dino fokus dipermasalahan, Ia malah fokus ke rumus yang dilontarkan Cia."Pfff...,Belajar dari mane panjang kali lebar itu rumus lingkaran? Otak lu emang udah gak berfungsi ya? Bego. Astaga Cia gue turut prihatin ya sama otak lu yang udah innalillah."

Cia diam dengan mulut mengaga memperhatikan Dino yang udah hilang kewarasan, "Gue tadi marah Din, kok lo malah fokus ke rumus sih? Mana ketawa-ketawa gak jelas lagi. Bangs*t,"

"Ngomong lagi Ci, gue rekam nih."

Cia berdecih lalu memasang wajah masam, "Ngadu terosss."

Dino meredamkan tawanya lalu menarik lengan baju Cia agar gadis itu sedikit mendekat, "Gue ngomong ke bang Naren bukan mau ngelanggar janji, tapi gue tau kalau lo gak bakal bayar utang lu. Makanya gue bilang aja sama bang Naren semalam dan bang Naren ok-ok aja meski sempat mengumpat sih, dikit."

"Gue bisa bayar,"

"Pake apa? Udah lu gak usah ngadi-ngadi deh. Utang lu dah lunas ama bang Naren. Lain kali pinjam lagi biar digampar lo ama abang sendiri."

Asa Untuk RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang