Bab 4. What's Wrong?

66 11 51
                                    

"Cia bodoh! Rugi gue punya adek macam dia"
-Naren-

©nurpratiwihm

🍭🍭🍭

Cia membuka bekal kotak makannya dengan lesu. Entah apa yang difikirkan gadis itu hingga mengambil sendok saja membutuhkan waktu beberapa menit yang normalnya hanya membutuhkan tiga  detik.

"Lo ngambek apa marah?"

Irsan yang duduk didepannya membuka suara sembari melahap rakus bakso yang dipesannya tadi.

"Keduanya boleh gak sih?" jawab Cia malas

"Why? Soal kemarin?" tanya Irsan dengan sendok yang sudah berpindah ke kotak bekal Cia. "Jangan suka ngambek, jelek." serunya lagi tanpa tau malu mencomot sosis goreng dari bekal Cia.

"Gue emang jelek dari lahir. Saking jeleknya Lisa blackpink aja kalah." gerutu Cia dengan meletakkan kembali sendoknya. Fix moodnya udah melayang hari ini.

"Jangan suka bandingin diri lo. Semua manusia punya kelebihan dan kekurangan masing-masing." dengan santainya Dino duduk disamping Cia dan mengaduk mie ayam yang dibawa sertanya tadi. "Oh iya, emang lo lebih jelek sih dibanding Lisa black black itu."

Setelah mengatakan hal itu, ada dua reaksi berbeda yang didapatkan Dino. Pertama, ngakaknya Irsan yang tidak punya akhlak sama sekali dan yang kedua tatapan mematikan dari seberangnya; Cia.

"Why? Benar kan?" Dino yang sudah siap memakan mie ayamnya pun meletakkan kembali sendoknya ketika melihat tatapan Cia berubah menjadi tatapan yang hanya Dino yang tau, "Gue gak marah lagi kok, tapi ingat! Gantiin besok. Gak mau tau lo dapat uang dari mana, yang jelas uangnya udah ada besok." ujarnya dengan menyodorkan mie ayamnya kedepan Cia dan mengambil kotak bekal Cia sebagai pertukaran.

"Makan gih, gak usah liatin gue mulu. Tau kok gue tampan." lanjut Dino lalu memakan bekal Cia tanpa berkata-kata lagi.

Cia tersenyum senang. Sebenarnya Cia natap Dino itu ya bukan marah atau tersinggung dengan ucapan Dino tapi Ia mau makan mie ayam yang dimakan lelaki disampingnya itu. Untungnya Dino lelaki peka, iya sepeka itu hingga tau apa yang diinginkan gadis tengil nan menggemaskan itu.

"Tapi tampanan gue kemana-mana," celetuk lelaki diseberang jalan. Gak hei, bercanda.

Krik krik...

Dahlah, Irsan mau menenggelamkan diri ke dasar sungai aja. Please deh Icangnya Cia udah bego. Dasar sungai kan dangkal ya. Oke skip!

"Din, jangan bilang bang Naren ya. Cia takut dimarahin,"

Dino mengangguk kecil, "Jangan jadi manusia yang ngambekan apalagi baperan. Gak baik bagi kesehatan hati."

"Tau darimana gue ngambek?" tuding Cia penuh kecurigaan.

Mata Dino yang menatap lurus kedepan menjadi jawaban mutlak tanpa dimintai penjelasan pun Cia sudah paham, sangat.

"Ember emang!"

Irsan hanya memberikan senyuman terbaiknya pada sepupu paling cantik dikeluarganya itu, "Gak tahan, ini kan termasuk info penting," bela Irsan, "Agar tidak ada kesalahpahaman Cia." lanjutnya disaat Cia sudah bersiap melemparkan sendoknya.

"Alesan. Ngadu kan lo? Biar gak jadi tempat pelarian satu-satunya," serang Cia kesal.

Irsan menjentikkan kedua jarinya, "Nah, nyadar juga ya anda. Gue tuh capek denger keluh kesah lo. Sekali-sekali curhat ke Dino kek, gue mulu," beber Irsan berterus terang.

Asa Untuk RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang