Bab 11. Do Re Mi

1 0 0
                                    

"Gak nyata gak virtual, sama-sama gak bisa di gapai ya hahaha"
–Irsan–

🍭🍭🍭

"Gue nyuruh makan, bukan mainin ponsel!" tegur Naren pada Cia yang mengabaikan makanan di depannya. Gadis itu tengah sibuk scroll pesan bubble di beranda Whatsapp.

Irsan otomatis menggetok kepala Cia yang duduk di dekatnya, "Di ajak ngomong nyaut Ci!" ujarnya setelah berhasil mengambil atensi Cia.

"Sakit bego!" adu Cia

"Makan! Jam istirahat bakal selesai 10 menit lagi." perintah Naren gemas.

"Iya, iya! Gak bisa banget liat adeknya senang dikit." Cibir Cia, meski kini tangannya sibuk menyendok mie kuah di depannya.

"Lagi nungguin penolakan si permen karet ya Ci?" ejek Dino dengan senyum segarisnya. Agak gemas juga liat Cia sedari tadi mainin hp dengan wajah khawatir. Padahal yang di khawatirin pasti gak mikirin balik.

Cia melayangkan tatapan tajam, "Enak aja! Gue yakin bubble gum nerima makanan dari gue!"

"Halah, halu!" Irsan membalas, "Palingan tuh makanan berakhir di tong sampah lagi. Yakin gue." lanjutnya berpendapat.

Dino mengangguk, "Buang-buang uang gak sih?" kompornya.

"Buang uang, tenaga, pikiran, perasaan. Ck ck, definisi bulol emang." nyinyir Irsan. Nih cowok emang suka kesal kalau berhadapan dengan manusia bodoh. Ya gak ada maksud lain sih, maksud Irsan tuh jangan bego-bego banget jadi orang. Kalau gak mau di kejar jangan maksain, sakit yang ada.

Cia baru saja ingin protes tapi lebih dulu di cegah oleh abangnya, "Makan! Kalian berdua juga makan anying! Lo pada gak liat nih waktu berjalan cepat? Udah jangan ngoceh! Habisin makanannya dan balik ke kelas! Paham gak?" Meski gak teriak tapi nada dingin dan tatapan tajam Naren cukup membuat adik-adiknya langsung diam dan segera melahap makanan masing-masing.

Satu suara notifikasi chat yang masuk mengalihkan ke khusyukan mereka dalam mentransfer makanan ke mulut. Cia yang merasa notifikasi chat itu berasal dari ponselnya, segera mengambil alih ponsel yang sebelumnya tergeletak tak berdaya di samping mangkok mie kuahnya.

"ANJRITT!"

Ketiga cowok yang mengelilingi Cia pun kini serempak mengalihkan atensinya ke arah cewek begeng yang sedang berteriak tak karuan dengan ponsel yang masih berada di genggamannya. Kalian perlu tau situasinya sih, Cia saat ini sedang berdiri lalu melompat-lompat kegirangan dengan ekspresi bahagia di tambah kerutan wajah tak percaya yang menghiasi wajah polosnya. Ada apa sih?

"Napa lo setan?" teguran pertama dari Irsan yang gemas pengen menggeplak kepala gadis di dekatnya. Maklum guys, bakso yang hampir menyentuh mulutnya itu jatuh melompat ke bawah meja karena aksi Cia yang mengagetkannya. Fyi, itu bola bakso terakhir. Irsan sedih.

Cia mengembangkan senyumnya, "Misi! Gue mau pamer, uhuk!" dengan gayanya yang mendramatis, Cia akhirnya menunjukkan room chatnya dengan Aspi yang kini menampilkan wajah Danar sedang mengunyah, di hadapan ketiga cowok di sekelilingnya. Cia bangga dengan hal itu, akhirnya penantian ini datang juga. Danar mau memakan makanan yang Ia berikan.

"Biasa aja." timpal Dino dengan wajah cueknya kini memilih sibuk kembali dengan makannya.

"Dih sirik tanda tak mampu!" Cibir Cia, "bang, boleh gak-"

"Gak!" potong Naren sebelum Cia menyelesaikan perkataannya. "Lo dapat apa dengan kebaikan lo yang gak di hargai itu? Cukup ya Ci, abang gak mau buang-buang uang untuk hal yang gak berguna." Tolak Naren mentah-mentah. Dia tau apa yang akan adiknya lakukan itu, makanya Ia langsung menolak sebelum di minta.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Asa Untuk RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang