Ella pun membalikkan tubuhnya menghadap Zion, masih dengan kedua lengan Zion yang belum lepas dari pinggangnya.
"Iya, Lo bener" kata Ella
"Zi, gue boleh peluk?" tanya Ella
Zion tersenyum dan mengangguk, "Boleh, sini"
Ella pun mendekatkan tubuhnya dengan Zion dan bersandar di dada suaminya itu.
Saat itu juga Zion langsung mengelus kepala Ella yang berada di dadanya sambil mencium kepalanya.
"Good night" ucapnya pada Ella
"Good night" balas Ella
*#*
"Zi, gue nggak sekolah dulu ya?" ucap Ella ketika Zion hendak memasuki kamar mandi
"Tumben. Lo sakit?" tanya Zion yang kini berjalan mendekat ke arah ranjang dimana Ella masih duduk di atasnya
"Masuk angin kayaknya" kata Ella sambil memijit kepalanya sendiri
Zion meletakkan punggung tangannya di dahi Ella lalu berkata, "Iya, badan Lo anget. Yaudah Lo di rumah aja, nanti gue izinin"
"Thanks"
Zion mengangguk, "Istirahat gih" suruhnya pada sang istri
"Tapi gue belum ma--"
"Biar gue aja yang masak, Lo istirahat" sela Zion
"Gue mau mandi dulu, abis itu gue masak sama buatin Lo bubur" lanjutnya yang hanya diangguki oleh Ella
Setelah itu Zion kembali melangkah menuju kamar mandi, sedangkan Ella kembali membaringkan tubuhnya di atas kasur.
*#*
"Lo ngapain nggak masuk, anjir?" ujar Mita dari seberang telepon
"Gue lagi masuk angin, emang Zion nggak bilang ya?" kata Ella yang masih setia di atas kasur
"Masuk angin?" sahut Asya
"Iya, masuk angin. Mual, muntah, pusing, badan ang--"
"Lo yakin itu bukan gejala kehamilan?" potong Nina
Seketika itu Ella terdiam. Hamil? Dia… hamil? Kepala Ella langsung berdenyut memikirkan kemungkinan itu.
"El, Lo masih di sana kan?" tanya Mita saat tidak mendengar suara apapun dari Ella
"Gue tutup dulu" kata Ella yang langsung mematikan sambungan teleponnya sepihak
Setelah itu dia berjalan menuju kalender yang terletak di meja belajarnya.
Perasaan Ella tak karuan saat baru menyadari jika dia sudah telat datang bulan selama 2 Minggu.
Ella menggigit bibir bawahnya lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk berganti pakaian. Dia akan pergi membeli testpack untuk memastikannya.
*#*
"Hiks… hiks…" tubuh Ella meluruh ke lantai, tangannya bergetar mendapati dua garis merah di testpack yang tadi dia beli di apotek
Ella menenggelamkan wajahnya di antara kedua lutut yang ia tekuk sambil terus menangis.
"Hiks… hiks…"
Sebenarnya dia tidak harus terlalu sedih seperti ini, karena dia sudah bersuami, karena laki-laki yang menodainya sudah menikahinya. Tapi… bagaimanapun juga dia dan Zion masih bersekolah. Meskipun mereka akan lulus kurang dari 4 bulan lagi, tapi tetap saja, dia khawatir apakah Zion akan menerima kehadiran janin dalam rahimnya ataukah tidak?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Rapunzel
Teen Fiction"El" panggil Zion lembut sambil memegang salah satu tangannya "El, gue minta maaf buat semuanya. Gue mau tanggung jawab atas apa yang udah gue lakuin, dan ini bukti keseriusan gue buat tanggung jawab sama Lo. Please terima gue, nikah sama gue" pinta...