17. Daniel's (END)

408 37 17
                                    

Satu hal yang harus kalian ketahui untuk saat ini.

Tubuh itu sudah melemah.

Langkahnya pun sudah tertatih-tatih.

Tak lelah dia terpontang-panting.

Dan tak ada hentinya dia bermondar-mandir.
Namun satu yang perlu kalian tahu, senyum manisnya itu tak pernah luntur.

Ditemani ombak menyisir kakinya dengan lembut. Tarikan itu membuatku tidak bisa sekalipun melirik kearah lain.

Tempatnya berpijak tanpa alas meninggalkan jejak yang dia buat. Menandakan dia baru saja melewati, namun semua hilang tersapu kecil oleh air yang menghampiri.

Suara tawa merdunya tak bisa dia tahan. Menyenangkan, katanya. Lalu berterimakasih untuk kesekian kalinya padaku.

"terimakasih hyung!! Hehe aku menyukainya!"

"oh lihat!! Hyung ada kepiting!!"

Aku berusaha tersenyum tulus padanya. Menutup raut khawatirku, tidak bisa melihat bagaimana dia membuatku harus percaya kalau dia baik-baik saja.

Suaranya tidaklah seperti kalian pikirkan.

Itu lirih. Sangat lirih.

Kakinya juga sudah terseok menghampiriku, hingga kini menjatuhkan tubuhnya disampingku tanpa alasan, pasir jadi bawahan kami.

Mendengarnya menghela nafas, aku menoleh.

"apa lelah?" tanyaku mengusap sedikit keringat dipipinya. Dia tertawa kecil. Tanpa aba tubuhnya duduk dikakiku yang bersila.

"sangat indah Hyung..." gumamnya. Matanya menatap hamparan laut yang dibiaskan berwarna kuning kemerahan. Senja.

Seperti yang diinginkannya. Syukurlah. Aku senang bisa membuatnya bahagia saat ini.

Dia menoleh padaku saat aku menjatuhkan kepalaku dibahunya, usapannya begitu lembut disuraiku.

"rambut Hyung sudah panjang. Kenapa dibiarkan? Nanti setelah dari sini potong ya? Biar tambah tampan hehe," tuturnya hingga aku balas tatapannya yang kian menyayu.

Dia melepaskan kupluk yang dia kenakan. Menghela nafasnya panjang. "aku kepanasan, padahalkan rambutku sudah tidak ada. Lihat hyung, aku sampai berkeringat banyak."

"mahkotaku sudah tidak ada. Apa nanti akan tetap tumbuh?" tanyanya.

"tentu saja akan tumbuh." balasku membelai pipinya yang tirus dengan lembut.

"aku jadi jelek. Aku pasti membuatmu malu dengan keadaan botak begini."

"hei," dia kembali menjatuhkan atensinya padaku.

"kau tetap manis..." ujarku dengan jujur.

"sejak pertama kali aku melihatmu hingga kini...kau tetap manis. Jihoon-ah."

"pfftt tidak bisa dipercaya, hyung yang dulu sedikit ehm kejam? Sekarang Hyung dengan gamblang mengatakan sesuatu yang seperti ini, hihi"

"maaf. Maafkan aku Jihoon-ah."

"ah! Hyung! Kau terus saja meminta maaf. Sudah ya? Aku sudah dari dulu memaafkanmu."

Dia berbalik, mendekap tubuhku dengan tubuh ringkihnya yang mengurus. Aku tersentak. Perasaanku tidak enak.

Dengan perlahan aku balas, mendekapnya dengan lembut.

Mengabaikan ponselku yang terus bergetar. Tanpa mengangkatnya aku sudah bisa menebak siapa pelakunya.

Ayah.

Ibu.

Atau mungkin Guanlin.

Aku membawa Jihoon kabur dari rumah sakit. Dengan bantuan Guanlin. Memintanya untuk membawakan mobil kesayanganku untuk kerumah sakit, dan sedikit menyuruhnya menghadang ayah dan ibu yang ingin membesuk Jihoon waktu siang tadi.

Nothin' Without You (NIELWINK/PANWINK)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang