🌸2🌸

2.9K 363 149
                                    




Matahari menampakkan dirinya dari arah timur. Arunika yang begitu cantik mampu membuat semua orang terpana akan pesonanya. Cahaya hangat menelisik masuk tanpa permisi melalui celah-celah yang ada.

Hangatnya mentari itu tanpa sengaja mengenai wajah seseorang yang terbaring di dalam rumah. Sepasang mata sayu yang kemudian terbuka. Iris merah muda yang mulai meredup menatap cahaya tak diundang tersebut. Bangkit duduk menatap ke bawah. Nampak dari kedua matanya, ia sepertinya kurang waktu tidur.

Deru langkah di lantai kayu menggema di dalam rumah sunyi itu. Beberapa bagian memang rusak bahkan tak bisa ia perbaiki. Gadis itu, [Name] bersikap tak peduli. Ia hanya membereskan beberapa kekacauan yang bisa ia lakukan.

"Au!" terdengar suara dari [Name]. Ketika ia ingin melihat isi lemari dapur, tanpa sengaja tangannya tergores kayu. Berdarah? tentu, walau hanya sedikit. [Name] juga tak terlalu berekspresi lebih.

Luka ini hanya perih sesaat. Tak seberapa dengan luka di lutut [Name] akibat jatuh tiga hari lalu.

[Name] hanya diam menatap kosong entah ke arah mana. Kemudian ia memutuskan pergi ke halaman belakang. Rumah ini diselimuti suasana lenggang. Sangat senyap hingga hanya ada suara burung-burung di luar sana.

Rambut merah muda yang setengah berantakan terus mengikuti arah tuannya pergi. Sampai kedua kakinya berhenti melangkah. Kedua netra matanya nampak lebih teduh. Menggenggam tangan kiri dengan tangan kanan. Tersenyum hampa akan tempat di depannya saat ini.

"Hai... Yui"

Ia tau. Ini tempat terakhir Yuichirou.

Setelah menerima segala cobaan baru ini. [Name] mengerti kenapa Yuichirou berada di mimpinya malam itu. Segala yang terjadi di rumah ini masih menjadi pertanyaan di benak [Name]. Tapi gadis itu tak mau memikirkannya dulu. Ia terlalu fokus menangisi akan apa yang terjadi pada dua temannya.

Genggaman yang sangat erat saat menatap makam dengan beberapa bunga diatasnya. Dan ya. Lagi-lagi [Name] meneteskan air mata. Sudah berkali-kali ini terjadi. Bagaimanapun juga, bukan hal mudah untuknya untuk menerima ini.






- ( [Name] POV ) -


Jahat.

Siapapun atau apapun yang menghancurkan hidup kami.

Jahat. Sangat jahat.

Kenapa? kamu hanya anak-anak yang berusaha bertahan hidup. Sudah cukup aku kehilangan orang tuaku. Dan kalian merenggut dua sahabatku?

Satu telah tiada. Satu lagi menghilang.

Menyebalkan.

Aku membatin. Ingin menghancurkan orang yang menjadi penyebab semua ini. Namun, pada siapa aku harus melampiaskannya? pelakunya saja tidak ku ketahui.

Ah, lututku lemas. Dari pada jatuh, lebih baik langsung duduk. Ku buka rok baju ku, darah lagi-lagi keluar dari tempat yang sama. Luka ini, padahal aku sudah membasuhnya dengan air. Ternyata semakin parah ya?

Tubuhku lelah, perih, aku jadi lebih sering terluka. Entah kenapa diriku berusaha melukai diri sendiri. Ku pandang langit di mana fajar akan segera berakhir. Mengingatkanku pada sore itu, sore terakhir ku dengan mereka.

Kakiku berdiri kembali masuk ke dalam rumah. Aku membiarkannya, tubuhku yang menginginkannya. Tak peduli kemana aku berjalan, aku berakhir di dalam dapur.

Pisau.

'Kau gila... [Name]'

Sial, aku menyadari bahwa aku mulai ingin bunuh diri.

𝓓𝓸𝓷'𝓽  𝓕𝓸𝓻𝓰𝓮𝓽  𝓜𝓮  [ T. MUICHIRO ] {✓}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang