🌸23🌸

680 92 4
                                    


Di sebuah kamar mewah (mepet sawah). Terlihat laki-laki muda dengan rajin membuka buku-buku di rak kamarnya. Hingga pintu balkon tiba-tiba terbuka, berlututlah seorang iblis dengan peringkat bulan atas tiga.

"Saya datang untuk melapor... Muzan-sama"

Anak itu menoleh, mata yang semula biru berubah menjadi merah darah.

"Kamu sudah menemukan apa yang aku minta?"

"Saya sudah menyelidikinya, namun belum ada informasi yang jelas. Keberadaanya belum bisa dipastikan"

Akaza malah melanjutkan kata-kata yang paling di benci oleh Muzan. "Saya belum bisa menemukan Aoi Higanbana"

Keheningan melanda sejenak, Muzan seakan tidak peduli dan lanjut bertanya. "Lalu?"

"Sesuai perintah, saya menghabisi seorang hashira"

Muzan yang berwujud anak kecil, berbalik sepenuhnya ke arah Akaza. "Sepertinya kau tidak memahami kata-kata ku, Akaza"

Dengan sekali telunjuk, angin kuat berserta tekanan luar biasa mampu memecahkan kaca pintu balkon. Akaza turut tertekan karenanya. (Muzan, minimal makasih lah 🙂)

Kena ceramah lah si Akaza dengan berbagai hinaan andalan raja para setan. Tekanan terlalu kuat bahkan membuat Akaza memuntahkan darah. Muzan bahkan menyinggung mengenai kegagalan Akaza membunuh tiga kisatsutai lain di tempat kejadian.

Berulang kali nama Akaza di sebut, semakin parah pula luka yang Akaza terima.

Hingga suara biwa menginterupsi mereka.

"Apa saya mengganggu? Muzan-sama?"

Urat-urat kebencian muncul ketika Akaza mendengar suara seorang centil untuk ukuran seorang laki-laki.

Muzan melirik sosok itu. "Iblis bulan atas tiga tak sekuat yang aku bayangkan... Bahkan menerima luka dari kisatsutai yang bukan hashira..."

Muzan kembali ke rak-rak bukunya, "Enyahlah"

Akaza menunduk sebelum bangkit untuk pergi dari sana. Matanya sempat melirik laki-laki dengan tulisan '2' di kedua bola matanya. Uppermoon tiga itu berdecak tipis, lalu pergi dari tempat itu.

"Kau sudah selesai dengan rencanamu, Anzu?"

Pria berambut hitam tersebut mengulas senyuman. "Sesuai kesepakatan, Muzan-sama. Kemampuan saya kembali berkat darah anda"

Sang raja melirik sosok pengganti uppermoon 2. "Kalau begitu. Singkirkan perempuan itu"

Anzu tersenyum manis dengan menyembunyikan eskpresi senangnya. "Mohon bersabar, tuan hamba"

"Dalam beberapa bulan, saya jamin. Kekuatan pilar Sakura akan menjadi milik kita"




***





"Sampai kapan kau melamun?"

Suara familiar kembali menarik [Name] ke realita. Di depannya bukan lagi sebuah pemakaman, melainkan hutan bambu dengan jalan setapak.

"Ah, gomēn" [Name] bersuara lirih dan menyentuh kepalanya. Ia tidak pusing, hanya mengantuk.

Setelah kepergian Kyoujurou. Tidur [Name] selalu berantakan meski ia sedang senggang, [Name] bukannya istirahat malah melamun. Kepribadian yang berubah itu tentu disadari oleh rekan-rekannya. Shinobu beberapakali memarahi [Name] karena ia telat makan.

"Jangan terus begitu, bocah. Ia meninggal dengan terhormat, ikutilah jejaknya" Uzui Tengen berkomentar, kendati ia bukan seorang penghibur suasana.

"Bukan cuman itu yang aku pikirkan"

𝓓𝓸𝓷'𝓽  𝓕𝓸𝓻𝓰𝓮𝓽  𝓜𝓮  [ T. MUICHIRO ] {✓}Kde žijí příběhy. Začni objevovat