t r i d t s a t d v a

86.9K 6.2K 883
                                    

Forever Mine
Bagian : 32

Aiden baru saja menyelesaikan ujian akhir sekolahnya di hari terakhir secara Online karena jarak yang jauh. Tubuhnya bersandar di kursi besar di dalam ruangan yang di dominasi berawarna black and gold. Matanya dia pejamkan. Sebelum kehadiran seseorang membuat matanya kembali terbuka walaupun hanya sesaat.

Sejujurnya, Aiden masih belum mau bertemu dengan Alody.

"Aiden," Suara lembut itu terdengar di telinga Aiden membuat tengkuknya sedikit meremang. Sialan, jauh di lubuk hatinya Aiden merindukan gadis miliknya itu.

Suara pintu tertutup serta langkah kaki yang pelan terdengar di dalam ruangan yang sangat hening ini.

Alody berjalan dengan ragu-ragu, pandangannya lurus menatap wajah Aiden dengan mata yang terpejam, "M-makan dulu." Ujarnya. Namun Aiden tidak menanggapi.

"Aku tadi membantu Gilda membuat makanan," Mata tajam Aiden langsung terbuka, "--hanya sebentar." Lanjutnya lagi. Aiden pasti tidak suka mengetahui Alody berada di dapur bersama para pelayan.

"Aku udah makan." Padahal, Alody sudah berada di Mansion keluarga William sedari pagi dan belum melihat Aiden keluar dari ruangan ini hingga hari sudah menjelang siang.

"Please, aku sudah membuatnya." Alody berkata dengan nada bergetar. Ini kali pertama Aiden menolaknya.

"Tidak ada yang menyuruh." Wajah Alody semakin pias. Memang tidak ada yang menyuruhnya, walaupun Alody tidak bisa dan banyak bertanya kepada Gilda, walaupun jemari halusnya harus terkena goresan pisau karna tidak terbiasa memegangnya, Alody hanya ingin membuat kekesalan Aiden kepadanya sedikit berkurang, tapi mengapa Aiden menjadi jahat begini?

"Please Aiden, aku tahu kamu masih marah, aku minta maaf." Tangisannya mulai keluar, "Jangan seperti ini." Alody tidak sanggup jika Aiden terus-terusan menghukumnya dengan cara seperti ini.

"Kamu pernah bilang kalau aku nakal kamu akan memelukku dan tidak akan melepasnya. Ayo Aiden, peluk aku," Isakannya terdengar perih, "a-aku kangen." Lanjutnya lagi, air matanya sudah benar-benar turun dengan sangat deras.

Aiden tidak bereaksi apa pun, hanya diam menonton Alody yang berdiri di hadapannya sambil menangis. Aiden benar-benar terlihat jahat.

Alody akhirnya memutuskan untuk keluar dari ruangan masih dengan tangisannya. Tidak perduli dengan para pelayan yang menemaninya memasak tadi menatapnya dengan bingung, pasalnya gadis cantik yang berstatus tunangan Tuannya itu tadi terus tersenyum di sela memasaknya.

Alody sudah benar-benar ingin pulang ke Mansionnya sebelum akhirnya Bastian mencegahnya.

"Anda tidak boleh keluar dari sini, Nona."  Alody tidak perduli, dia hanya berhenti sesaat dan kembali melanjutkan langkahnya.

"Tolong berhenti, jangan membuat Tuan semakin marah." Alody kembali berhenti, rasanya dia ingin merengek dengan keras. Apa maunya Aiden?

"Nona silahkan ke ruang makan, Tuan akan menyusulnya." Tidak mau membuat Aiden tambah marah akhirnya Alody kembali masuk ke dalam Mansion.

Tangisannya masih belum reda walaupun tubuhnya sudah duduk di antara kursi yang berjejer dengan rapih. Langkah kaki terdengar di barengi dengan gesekan kursi dan lantai, itu Aiden namun Alody enggan untuk melihatnya.

Beberapa pelayan menghampiri keduanya untuk membuka tutup saji dan menaruhkan beberapa jenis makanan ke masing-masing piring mereka. Aiden hanya diam sambil menatap Alody yang masih menangis sambil menundukkan kepalanya. Terlihat menyedihkan.

Forever MineWhere stories live. Discover now