d v e n a d t s a t

109K 6.9K 1K
                                    

Amanda duduk terdiam dengan rahang yang mengetat. Sepanjang jalan menuju kelasnya tadi seluruh mata memperhatikannya, memandangnya dengan tatapan kasihan. Amanda tahu mereka semua masih mengingat kejadian di lapangan indoor beberapa hari yang lalu.

Amanda tidak pernah merasakan perasaan malu seperti ini akibat penolakan, apalagi dilihat oleh banyak orang. Gadis itu membenci Alody bahkan sejak dia belum melihat wajahnya dan hanya mendengar gosip-gosip tentang gadis pindahan itu yang katanya kekasih Aiden.

Teman-teman Amanda saling berbisik melihat Amanda yang belum juga mengeluarkan suara, padahal sebentar lagi jam istirahat tiba, guru yang mengajar pun sudah keluar dari ruangan, beberapa murid sudah berhamburan keluar padahal bel belum juga di bunyikan. Mereka jadi sungkan ingin mengajak Amanda keluar ketika melihat wajah gadis itu yang terlihat sangat marah.

"Kantin Man," Ujar Dean memecah keheningan. Mata Amanda langsung memincing menatap Dean, gadis itu terlalu polos dan kadang membuatnya sebal.

Amanda diam saja namun tubuhnya langsung berdiri dari tempatnya, membuat keempat temannya langsung mengikuti langkah Amanda yang dua langkah berada di depan mereka. Like a boss.

Wajah marah Amanda langsung berubah ketika keluar dari kelas. Senyuman mulai dia tebarkan ketika bertatapan pada semua orang, membuatnya selalu terkesan ramah dimata mereka semua yang melihatnya.

"Hai Man," Amanda langsung tersenyum dan membalas sapaan itu yang mungkin dari Kakak kelasnya. Amanda senang di kenal dan di segani semua orang. Tidak dipungkiri dirinya di kenal banyak orang akibat gosip yang dia ciptakan karena dekat dengan seorang Aiden William Abhivandya, lelaki yang disegani di sekolah ini. Kini Amanda mulai resah karena kedatangan murid pindahan itu.

Amanda berjalan di depan dengan keempat teman nya yang berjalan mengikutinya di belakang. Mata gadis itu langsung membulat ketika melihat Aiden sedang berjalan sendirian dengan sebelah telinga yang di sumpal Earphone. Lelaki itu melangkah dengan sangat memikatnya, selalu menjadi pusat perhatian dikeramaian sekalipun.

"Lo pada duluan aja," Ujar Amanda kemudian langsung melangkah meninggalkan teman-teman nya yang menatapnya bingung.

"Kak," Panggil Amanda memberhentikan langkah Aiden karna gadis itu berdiri di hadapannya. Aiden hanya diam dengan wajah datarnya, membuat Amanda kikuk dan ingin mengurungkan niatnya untuk berbicara.

"Kenapa?" Tanya Aiden kemudian setelah gadis dihadapan nya hanya diam sambil menunduk. Dia ingin ke kelas Alody, ingin mengajak gadis itu untuk makan di ruangan yang hanya mereka berdua, tidak ingin di kantin yang membuat seluruh mata menatap miliknya.

"Bisa bicara?" Tanya nya balik, Aiden langsung menaikkan sebelah alisnya dan tersenyum miring, "Menurut lo?"

"Nggak disini Kak," Ujar nya sambil menatap Aiden takut-takut. "Nggak bisa." Jawab Aiden cepat, kemudian lelaki itu langsung berjalan meninggalkan Amanda, membuat gadis itu refleks memegang tangan Aiden untuk menahannya.

"Apaan sih lo?!" Bentak Aiden kemudian menepis dengan kasar tangan Amanda, membuat murid-murid yang masih berlalu lalang melihatnya dengan penasaran.

"Sebentar aja Kak," Ujar nya dengan pelan dan sangat memohon, dia tidak ingin orang lain mendengarnya. Aiden memperhatikan jam hitam yang melingkar di pergelangan nya, masih ada waktu sebelum bel istirahat di bunyikan, "Lima menit." Ujar nya, kemudian berjalan dengan dengan sebelah tangan yang di masukkan ke saku celana nya, Amanda mengikuti langkah lelaki itu di belakangnya.

Aiden berjalan hingga berhenti di taman belakang sekolah. Tempat ini biasanya ramai, namun karna bel istirahat belum bunyi dan hanya murid-murid nakal yang sudah berani keluar makanya saat ini tempatnya masih sepi.

Forever MineWhere stories live. Discover now