49. Sacrifice II

167 21 2
                                    

Happy Reading 😏 ...

.
.

Bulan sedang berada dalam ukuran penuhnya. Warnanya yang kemerahan tidak menutupi kesan indahnya. Apalagi jernihnya air danau bukit Olympus memantulkan sang bulan yang semakin membuatnya indah. Sudah lewat tengah malam bahkan mungkin sebentar lagi fajar akan datang. Namun dua insan itu masih bergelung mesra dipinggir danau. Beralaskan bentangan kain, keduanya masih terus memadu kasih, menggiring puncak kenikmatan yang seolah tidak akan pernah puas mereka rasakan.

Alarice pada akhirnya menyerahkan dirinya dibawah kekuasaan Lucifer. Bergumul sepanjang malam, keduanya melepas rindu bersama. Mereka berciuman, saling menyentuh, dan berakhir dengan percintaan panas di alam terbuka. Sungguh pengalaman pertama yang luar biasa bagi Alarice. Walaupun bercinta di alam terbuka bukanlah yang pertama bagi Lucifer. Tapi pria itu harus mengakui bahwa pengalamanya kali ini adalah yang paling berkesan. Fakta bahwa gadis yang ia cintai kini telah dimilikinya bahkan tanpa tipu daya berhasil membuatnya semakin senang.

Mulanya Lucifer bingung sendiri mengenai bulan purnama yang tiba-tiba saja muncul. Dia tidak mungkin salah menghitung dan menurut perhitunganya malam bulan purnama masih tersisa dua hari kedepan. Mungkin sikap apatisnya terhadap sekitar sudah keterlaluan, buktinya kasus demon yang menyusup di rumah para titan Olympus saja dia tidak tahu. Lalu perubahan warna bulan menjadi kemerahan sesaat setelah Ale menyerahkan keperawananya. Itu sangat jarang terjadi. Ribuan kali Lucifer merenggut keperawanan seorang gadis dan tidak sekalipun bulan berubah warna. Yang dia tahu bahwa bulan merah adalah pertanda kurang baik. Tapi dalam hal ini, dimana sisi kurang baiknya?

"Aku bagian dari Eden, aku angel sekarang. Mungkin karena itu."

Begitulah pendapat Alarice. Lucifer masih terasa aneh namun manggut-manggut saja. Pria itu sudah kepalang senang untuk sekedar berpikir yang tidak-tidak.

Kini keduanya sedang duduk menikmati hamparan danau serta bulan purnama berwarna kemerahan itu. Ale berada dipangkuan prianya, punggungnya bersandar didada telanjang prianya. Tubuh keduanya masih menyatu. Lucifer hampir tidak sekalipun membiarkan penyatuan mereka terlepas. Itu gila, tapi Ale tidak bisa melawan Lucifer yang sudah mulai keras kepala. Lucifer tak henti-hentinya mengecupi pundak telanjang gadisnya, menunjukan bahwa pria itu begitu memuja Alarice. Dibalik kain yang menutupi tubuh mereka, tangan pria itu memberikan pijatan ringan pada dada gadisnya. Alarice memejam, menyandarkan kepalanya dengan nyaman dipundak Lucifer, tangan gadis itu menahan kain yang menutupi tubuh mereka agar tidak melorot.

"Lucy..."

"hmm?"

"Kedepanya siapa yang akan menggantikan peran Noctifer. Aku kan sudah tidak mau."

"Asal bukan dirimu, aku tidak perduli." Jawab Lucifer ringan.

"Tapi Lucy, apa sebelum-sebelumnya kau pernah bertemu dengan Noctifer?"

"Tidak. Aku juga tidak mau menjadi bodoh."

Sontak Alarice menoleh, menatap prianya dengan kening berkerut. Ditatap seperti itu membuat Lucifer gemas. Dikecupnya bibir Ale yang memerah akibat ulahnya. Mereka saling memangut dan bergulat lidah. Lucifer bahkan sudah membalik tubuh Ale untuk dipangku menghadapnya. Tidak lupa kembali menyatukan tubuh mereka. Ale kembali dibuat mengerang nikmat. Alarice jadi heran kenapa sepertinya prianya tidak juga loyo dari tadi.

"Ada apa tiba-tiba kau menanyakan hal itu?" Todong Lucifer setelah ciuman mereka berakhir.

Otak Alarice kosong, dirinya masih bergelung dengan nafsu yang kembali meroket naik akibat tangan nakal prianya yang menggerakan pinggulnya naik-turun. Lucifer menyeringai penuh kemenangan. Menaikan sebelah alis menuntut jawaban sesaat setelah Alarice menatapnya.

Alarice Love Story (Devil Obsession 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang