17.Encounter

254 28 0
                                    




Jangan lupa VOTE & COMMENT nya ya...
Happy Reading....











Alarice dan ketiga temanya kembali ke kelas. Sepuluh menit lagi pelajaran bahasa Inggris akan dimulai. Ale masih tidak habis pikir, kenapa sekolah ini masih mengadakan pelajaran bahasa Inggris, mengingat hampir seluruh muridnya pernah tinggal diluar negeri. Mungkin kurikulum di Korea mengharuskan adanya pelajaran bahasa Inggris, Ale belum memahaminya.

Tepat didepan kelasnya, sosok lelaki tinggi sedang bersandar pada dinding. Kedua tanganya masuk kedalam kantong celana, tatapanya lurus kedepan mengabaikan berpasang-pasang mata gadis yang menatapnya dengan lapar.

"Wah.. Yang dihindari dari tadi ternyata sudah disini." Cibir Amy.

Setelah kejadian dirumahnya beberapa waktu lalu, Ale sengaja menghindari Levi. Pasalnya Daddy Rafa-nya sudah memberikan peringatan. Bukan peringatan keras dengan nada tinggi seperti yang Nicholas tunjukan didepan Levi. Peringatan dari Rafael justru terkesan lembut. Akan tetapi itu justru membuat Alarice menciut takut. 'Mengertilah, jika Nick sampai semarah itu berarti laki-laki bernama Levi itu tidak seharusnya kau dekati sweetheart.' begitulah nasehat Rafael. Dan sejak itu Alarice tidak lagi mau berurusan dengan Levi. Semua media sosial lelaki itu ia block dari akunya. Beberapa kali Levi berusaha menghubunginya dari nomor asing yang entah milik siapa. Namun baru dengar Levi menyebut namanya saja nomor tersebut langsung diblock oleh Alarice.

Dan hari ini ingin rasanya Alarice melarikan diri, tapi dirinya tidak ingin membolos. Benar yang dikatakan Amy, Alarice menghindari Levi. Terakhir lelaki itu mengiriminya pesan bahwa Levi ingin berbicara denganya di rooftop, lagi-lagi menggunakan nomor asing yang entah milik siapa. Sebelumnya Levi sudah berkali-kali mencoba mendekati Alarice. Tapi gadis itu pergi begitu saja bahkan sebelum Levi menghampirinya.

Seakan menyadari keberadaan Alarice dan teman-temanya, lelaki itu menengok. Ale menarik nafas kemudian mengekori ketiga temanya yang sudah berjalan lebih dulu didepanya. Alarice berusaha mengabaikan tatapan mata Levi dan keberadaanya disana. Namun tubuhnya tersentak tiba-tiba hingga membuatnya berbalik. Ternyata tanganya dicekal oleh Levi. Lelaki itu menaikan alisnya, mengamati gadis yang selama ini hanya dikenalnya melalui aplikasi chatting online.

"Aku menunggumu di rooftop." Ucapnya singkat.

Alarice harus mengakui bahwa paras mempesona lelaki dihadapanya benar-benar kontras dengan suara dalam miliknya. Memang Levi sering menelpon ataupun melakukan facetime denganya. Namun tetap saja suara maskulin pria itu terdengar berbeda ketika didengar secara langsung, Ale dibuat merinding karenanya.

"Aku tidak memintamu menunggu. Aku juga tidak mengatakan kalau akan datang menemuimu." Jelas Ale panjang-lebar. Levi tersenyum manis.

"Ada banyak yang ingin aku bicarakan Ale."

"Aku tidak merasa ingin membicarakan apa—"

"Termasuk kejelasan hubungan kita?"

Levi berhasil membungkam Alarice. Murid-murid yang melihat mereka mulai berbisik-bisik. Buru-buru Ale menarik tanganya, lalu sedikit mendorong tubuh jakung Levi menjauh.

"Tidak sekarang, kelas hampir dimulai." Ucap Alarice sepelan mungkin. Levi menaikan sebelah alisnya.

"Akhirnya kau mengakui bahwa kita memiliki hubungan." Levi tersenyum lebar.

"Tidak—"

"Tidak?" Sela Levi.

"Memang, tapi—"

Alarice Love Story (Devil Obsession 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang