9.Teleportation

369 33 0
                                    

.
.

Haaaiii... Longtime no see yah😖
Alarice update lagi ini..
Cekidot !
Jangan lupa Vote & Comment nya ya😙
Happy Reading...!

.
.


* * * * * * * * * * * * *

Alarice dibuat tidak percaya. Beberapa detik lalu ia masih berada didalam bandara, dan hanya dengan melewati pintu keluar bandara, sekarang ia telah sampai dirumah peninggalan mendiang ayahnya. Tepatnya Ale telah berada didalam rumah itu.

* * * * * * * * * * * * *

"Tadi mengeluh tentang terbang dan teleportasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tadi mengeluh tentang terbang dan teleportasi. Sudah diberikan kesempatan teleport oleh uncle mu ini, malah mengumpat." Manfred muncul entah darimana.

Ale menahan geram. Ia melepas sneaker-nya lalu melemparnya kepada sang paman. Tentu saja Manfred menangkisnya dengan mudah, bahkan tanpa melakukan apapun. Sneaker Alarice terbakar setelah sebelumnya terpental seperti menabrak dinding tak kasat mata. Gila! Kalau urusan unjuk gigi, Manfred memang biangnya. Pantas daddy Rafa-nya pernah mengatakan kepada Alarice, bahwa Manfred akan menunjukan hal yang selama ini ingin Ale ketahui.

"Kenapa tidak dari awal uncle!! Aku kan jadi tidak perlu repot-repot lelah naik pesawat!!" Teriak Ale geram.

"Tidak semua hal harus sesuai imaginasimu. Bagaimanapun kau harus tetap menjalani hidup selayaknya manusia normal."

Itu adalah Rafael. Pria itu berjalan melewati pintu kaca penghubung antara ruang keluarga dengan taman rumah. Pria itu mengibaskan tanganya diatas pundaknya sendiri, membersihkan debu yang sebenarnya tidak ada. Alarice menghambur kepelukan daddy Rafa-nya itu yang langsung dibalas dengan usapan dipunggungnya.

"Miss you daddy Rafa."

"I miss you too sweetheart."

"Kau tidak merespon seperti itu ketika tadi bertemu denganku, Ale." Suara dan tatapan dingin itu adalah milik Nick. Rupanya pria itu sudah meletakkan koper-koper keponakanya didalam kamar.

Entah mengapa kedua pamanya ini akan saling melempar tatapan tajam setiap kali bertemu. Cerita panjang lebar yang sebelumnya Rafael katakan juga hanya sebatas hubungan Alarice dan ketiga pamanya tersebut, juga asal-usul mereka. Tidak ada cerita secara spesifik mengenai mereka. Jika penyebabnya adalah perseteruan abadi malaikat dan iblis, kenapa Rafael bersikap sangat berbeda kepada uncle Manfred-nya. Ah, mungkin karena uncle-nya itu memiliki kasta lebih tinggi dari uncle Nick-nya. Tapi entahlah, Alarice rasa belum saatnya dirinya banyak berbicara.

Rafael semakin mengeratkan pelukanya kepada sang keponakan. Detik kemudian Rafael mendorong pelan tubuh Alarice, meniup-niup kedua telapak tanganya seperti habis terbakar. Secepat kilat Nick menarik Ale kedalam dekapanya. Adegan ini akan menimbulkan kesalah pahaman bagi mereka yang tidak mengetahui hubungan keluarga diantara orang-orang ini.

"Asmodeus!!"

Alarice tersentak mendengar nama *Asmodeus muncul dari mulut Rafael dengan nada tinggi. Tatapan Nick-pun mulai menajam seakan siap perang. Hal yang sama ditunjukan oleh Rafael. Ale dibuat bingung karena merasa asing dengan atmosfer ini.

Tiba-tiba sebuah asap hitam mulai menyelimuti tubuh Alarice. Mulai dari mata kaki hingga naik menelan tubuhnya. Tubuhnya serasa dihempaskan naik kemudian turun, persis seperti sensasi naik roller-coster paling curam. Setelahnya tubuh Ale terasa limbung seperti baru saja jatuh dari langit paling tinggi. Untung seseorang merangkulnya, mencegah tubuh Alarice agar tidak ambruk.

Ale membuka matanya yang tertutup rapat. Mengerjapkan matanya, menyapu keadaan disekitarnya.
'Sungai? Apa ini sungai Han'—batin Ale semakin bingung.

"Kau harus mulai terbiasa dengan hal-hal seperti itu. Sebenarnya mereka memang tidak pernah akur." Suara berat namun halus ini adalah milik Manfred.

Dan benar saja. Wajah tampan dengan senyum menawan milik uncle-nya itu langsung nampak saat Ale mendongakan kepalanya. Tanpa ragu dan canggung, Alarice memeluk pinggang uncle mudanya itu. Pemandangan yang cukup menarik perhatian setiap pasang mata yang melewati mereka.

"Orang-orang bodoh itu mengira kita pasangan kekasih, Princess." Manfred terkekh geli. Ale mendengus.

Hening, hanya ada suara angin dan bising dari orang disekitar mereka. Alarice ingin sekali mencecari Manfred dengan banyak pertanyaan, tapi dia ragu untuk sekedar memulai pembicaraan.

"Cepat atau lambat kau akan tau siapa kami yang sebenarnya, Princess. Terutana kasta dan posisi kami. Namun untuk saat ini cukup sebatas kami adalah Angel and Devil saja yang perlu kau ketahui." Ucap Manfred tiba-tiba. Ale mengerutkan dahi.

Manfred hanya tersenyum sembari mengacak-acak pucuk kepala Ale. Gadis itu mencebik sebal, namun Manfred semakin menjadi. Benar-benar interaksi yang membuat setiap pasang mata akan salah paham.

"Uncle..." Panggil Ale ragu-ragu.

"Jika soal temanmu si Betty.."

"Bethany, uncle.." Alarice mengoreksi.

"Iya, dia, jalang sialan itu..."

"Namanya Bethany, uncle.." Ale kembali mengkoreksi.

"Oke-oke, Bethany. Jika kau mau menanyakanya, aku tidak mau menjawab."

Alarice menghela nafas. Pertanyaanya terpaksa ia simpan kembali dikepalanya. Ada alasan kenapa Ale dibuat penasaran. Blog sekolahnya terdahulu sedang ramai oleh berita menghilangnya Bethany. Entah pemikiran darimana sehingga Alarice mengira bahwa hilangnya Bethany ada hubunganya dengan Manfred. Tapi ya sudahlah, jika uncle Manfred-nya itu tidak mau berkomentar, berarti memang seharusnya Ale tidak ikut campur.

Alarice kembali menghembuskan nafas berat.

"Mau jalan-jalan?" Tawar Manfred yang langsung disambut anggukan antusias dari Alarice.

"Ayo, tapi beli sepatu untukmu dulu." Manfred menunjuk kaki telanjang Alarice dengan matanya.

Gadis itu menunduk kemudian nyengir, dia benar-benar tidak menyadari sedari tadi dirinya bertelanjang kaki. Pantas saja orang-orang memandangnya sedikit aneh barusan, ternyata fokus mereka bukan hanya pada sosok pria tampan yang merangkulnya, namun juga kepada kedua kakinya yang tanpa alas kaki itu.

Tidak mau mengambil resiko berjalan tanpa alas kaki, Alarice melompat tanpa ragu kepunggung uncle Manfred-nya. Lompatan mendadak itu bahkan tidak membuat tubuh kokoh Manfred limbung. Pria itu sedikit membenarkan posisi keponakan kesayanganya lalu melangkah santai seakan tidak ada Alarice dipunggungnya. Mereka pun berjalan menjauh dari tempat mereka sebelumnya.



TBC

.
.
.

Note :
*Asmodeus ==> kalo kamu baca The Devil Obsession yg pertama pasti kamu tau dia. Dia adalah salah satu dari seven deadly sin.

.
.
.
.

Copyright©061020 By_Vee

Alarice Love Story (Devil Obsession 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang