11.Angel's Shield

297 26 0
                                    





Alarice berulang kali harus menarik nafas, mengelus dada akibat kaget, dan menghembuskan nafas pelan. Percekcokan diantara ketiga pamanya itu benar-benar mengejutkanya. Memang tidak ada baku hantam. Namun kekuatan yang tidak biasa mereka lah yang justru membuat Alarice bergidik. Keadaan yang mulai memanas membuat Ale memberanikan diri untuk angkat bicara.

"Uncle! Daddy! Kalian berdebat mengeluarkan api dan sebagainya dihadapanku yang masih baru akan hal ini, seriously?" Ale menghembuskan nafas berat.

"Kalau begitu biar aku tidur di hotel bersama aunt Vellma." Alarice mencoba bernego.

"Aku tidak yakin Vellma tidak akan menggigitmu lalu esoknya kau akan memiliki taring." Jawab Rafael enteng. Vellma hanya manggut-manggut setuju.

Ale kembali menghembuskan nafas jengah.

"Kalau begitu aku bersama aunt Sasa—"

"Dia tidak bisa jauh-jauh dari Nick untuk saat ini." Rafael kembali menyela sembari melirik sesaat keatas langit, tepatnya pada bulan yang hampir penuh.

"Oh astaga!" Habis sudah kesabaran Alarice. "Kalau begitu aku sendiri saja di—"

"TIDAK BOLEH!!" Sentak ketiga pria itu secara bersamaan. Ketiganya sama-sama menatap tajam kepada Alarice. Ale sampai terjingkat karena kaget dan ngeri.

Kesal, Alarice memilih duduk dibawah pohon yang kebetulan ada dihalaman. Gadis itu bersandar disana, melipat kedua tanganya mencoba memejam. Tak lama kemudian tubuhnya didekap hingga merasa hangat. Alarice mengenali aroma maskulin nan manis pria ini.

*Sset!*

Alarice melebarkan matanya ketika suara itu terdengar nyaring. Mata gadis itu semakin melebar ketika sebuah kumpulan bulu putih menyelimuti tubuhnya. Kekaguman gadis itu semakin menjadi saat menyentuh sayap halus milik daddy-nya itu. Rasanya nyaman dan hangat.

"Istirahatlah. Pekerjaan mereka akan sedikit memakan waktu."

Bersamaan dengan perkataan Rafael barusan, suara letusan-letusan kecil mirip kembang api mulai mengganggu gendang telinga Alarice. Gadis itu mengernyit tapi masih mencoba memejam.

"Araqiel hentikan. Percuma, api mu itu tidak akan bisa menembus perisai Rafael." Peringat Nick yang dapat didengar jelas Alarice. Suara letusan berhenti dan Ale dapat tidur dengan nyenyak karena kelelahan.

Disisi lain, Manfred juga Nick tiba-tiba menghentikan pekerjaan mereka. Mata kedua pria itu menajam. Rafael semakin mengeratkan dekapan sayapnya terhadap Alarice, kemudian pria itu mengetuk-ngetukan jemarinya diatas rumput tempatnya duduk sebanyak tiga kali. Pada ketukan ketiga rumah mereka diselimuti oleh sesuatu yang transparan dan berkilat-kilat seperti arus listrik.

Tidak lama berselang, sebuah benturan keras terdengar dilangit. Kilatan-kilatan listrik tertumpu disatu titik dilangit. Bunyi kerasnya sampai mampu membuat tidur Alarice hampir terusik. Beruntung Rafael berhasil kembali menarik keponakanya itu kembali ke alam mimpi.

Manfred mencoba mengenali objek tak kasat mata yang bahkan Nick ataupun Rafael tidak bisa melihatnya. Pupil hitam Manfred berubah menjadi kuning dan bagian putih matanya menjadi hitam dalam sekejap. Dilihatnya dengan jelas sosok bersayap yang sedang mengayunkan cakarnya pada dinding perisai Rafael.

"Buka jalan untuk ku Rafael. Aku ingin reuni sebentar dengan ayahku."

Kemudian Manfred melesat naik. Tubuhnya tiba-tiba diselimuti serbuk berkilauan. Serbuk tersebut mulai membuat lubang tepat didepan Manfred dengan cepat. Dan pria bertelanjang dada itu menghilang.



TBC

.
.
.

Copyright©181020 By_Vee

Alarice Love Story (Devil Obsession 2)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt