38. Heart of the Dragon

136 18 0
                                    



Alarice membuka mata, mengerjapkan sesaat mencoba beradaptasi dengan bias sinar mentari. Pandanganya menyapu langit-langit diatas tempatnya berbaring. Ia menoleh kekiri dan kekanan, mendapati dirinya tengah berada disebuah ruangan yang ia yakini adalah sebuah kamar tidur. Terbukti dengan keberadaan lemari besar, nakas beserta lampu tidur yang bertengger manis diatasnya, serta sebuah kaca didekat lemari. Terdapat pula dua pintu disudut yang berbeda, satu berada didekat nakas dan lainya berada didepan tempatnya berbaring.

Alarice sempat mengalami disorientasi sesaat, merasa bingung dengan keadaanya. Hingga beberapa ingatan mulai menghantamnya. Kejadian disekolah, mimpi mengenai Levi, Amber yang tergolek lemah diatas pangkuan Erika, serta beberapa ingatan samar mengenai pertempuran juga kalung peninggalan mendiang ibunya. Segera Ale meraba-raba leher juga dadanya, mencari keberadaan kalungnya yang diingatan samarnya telah ia hancurkan sendiri.

"Gone!" Lirih Alarice ketika tidak merasakan apapun menggantung dilehernya.

Gadis itu bangkit dengan terburu, mengabaikan rasa pening dan kaku diseluruh tubuhnya. Ia terhuyung sedikit sebelum berusaha berdiri tegak didepan cermin. Mark dilehernya masih melingkar disana, akan tetapi kalunya sudah tidak lagi nampak. Alarice tanpa sadar mulai mengepalkan tanganya dikedua sisi tubuhnya. Pundaknya naik-turun menandakan nafasnya mulai memberat. Wajahnya mengeras pertanda amarahnya mulai menukik tajam. Dan disaat itulah pintu kamar tebuka. Amy masuk tanpa ragu untuk menghampiri sahabatnya yang mulai kehilangan akal. Gadis itu menggenggam erat tangan Alarice, menyalurkan rasa hangat hingga mampu merasuk kedalam hati dan pikiran Ale. Sedetik kemudian Alarice mengerjap, menatap Amy dari balik pantulan cermin didepanya. Ia kembali linglung sesaat sebelum membalas senyuman yang Amy berikan.

"Ale... Harusnya kau tiduran saja dulu, tidak kah tubuhmu terasa kaku dan kepalamu terasa pening?"

Lagi-lagi ingatan mengenai Amber menghantam kesadaran Alarice. Gadis itu berbalik menghadap Amy sembari mencengkeram pundak Amy.

"Bagaimana keadaan Amber? Lalu Erika, dimana dia, apa dia baik-baik saja?"

"Auch!" Rintih Amy dibuat-buat. Lalu ia menghela nafas membalas Ale dengan perlakuan yang sama. Ringisan yang sama meluncur dari bibir Alarice sebelum keduanya sama-sama melempar senyuman.

"Amber masih harus banyak beristirahat. Sementara Erika sedang sibuk mengamati pecahan liontin peninggalan mendiang ibumu."

Alarice mengernyit mendengar penjelasan lugas dari Amy. Seingatnya ia tidak pernah menceritakan bahkan menunjukan keberadaan kalung peninggalan mendiang ibunya kepada tiga sahabatnya tersebut. Lalu apa yang baru saja dikatakan Amy padanya. Seakan mengerti yang dipikirkan Alarice, Amy tersenyum sambip menarik pelan sahabatnya itu untuk menemui Erika diruang tengah.

Ale dibuat kagum dengan banyaknya benda-benda aneh diruang yang cukup luas tersebut. Disana terdapat Erika berada didalam sebuah lingkaran garam. Dibeberapa sudutnya terdapat lilin berwarna merah sedang tegak menyala tanpa terganggu dengan tiupan angin. Didepan Erika yang sedang bersila terletak sebuah pisau lipat antik, bola kristal yang entah bagaimana terdapat putaran asap bercampur cahaya warna-warni didalamnya, sebuah baskom perak berisi teratai dengan kelopak mawar mengambang disekitarnya, dan masih banyak lagi. Namun yang menarik perhatian Alarice adalah sebuah buku tua besar diatas pangkuan Erika. Ale sampai tidak dapat memperkirakan usia buku tersebut karena tampilanya yang lebih mirip buku jaman purba.

Menyadari keberadaan Alarice membuat Erika mendongak, tersenyum lebar sehingga menampakan deretan gigi putihnya.

"Kau sudah bangun rupanya. Sini, duduk disini. Langkahi saja semuanya, tidak apa-apa."

Alarice Love Story (Devil Obsession 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang