France

2.7K 458 75
                                    

.
.
.
.
🌷🌷🌷

Harry memandang keluar jendela, melihat Pansy dan Hermione yang sibuk menata bunga-bunga dan hiasan-hiasan lain di halaman rumah.

"Aku tidak percaya ini adalah hari pernikahanku". Astoria bergumam sambil tersenyum, namun senyumannya memudar ketika melihat Harry yang diam melamun menatap keluar jendela.

"Harry, ada yang salah?". Tanya Astoria.

Harry menoleh lalu mendekat dan berlutut dihadapan kakaknya itu yang sudah mengenakan gaun putih yang indah, "tidak, aku hanya-" Harry menghela napasnya sejenak, "aku hanya sedikit kesal kau akan jauh dariku, aku akan merindukanmu".

Astoria tersenyum lalu mengusap surai hitam adiknya, "tidak apa, aku akan sering berkunjung. Lagipula suatu saat nanti ini akan menjadi giliranmu".

Harry beralih untuk memeluk kakaknya, "bagaimana jika tidak".

"Apa yang kau katakan? Sudahlah, ayo kita keluar. Dan kau juga harus bersiap-siap". Astoria bangkit berdiri lalu berjalan keluar kamar meninggalkan Harry disana.

Harry membuka laci, mencari bungkusan obat dan mengambil beberapa butir. Segera mengambil segelas air kemudian meminum obat itu. Mengatur napasnya sebentar lalu keluar menuruni tangga.

🌹🌹🌹

Pemasangan cincin telah selesai, sang Pendeta kemudian segera melanjutkan acara pernikahan itu dengan kata-katanya. "Apa yang melampaui janji-janji, selain menyerahkan dirimu untuk mendapatkan dirinya, hadiah apa yang selalu diberikan sebelum diketahui harga dan imbalannya. Aku nyatakan kalian sebagai suami dan istri". Sang Pendeta melihat Blaise dan Astoria yang tersenyum lebar, "kau boleh mencium pengantinmu".

Suara tepuk tangan bersahutan di halaman rumah keluarga Potter. Merayakan hari bahagia yang selama ini tidak direncanakan kedatangannya. Semua orang saling berdansa dan berpesta diiringi oleh alunan-alunan alat musik.

Bibi Petunia duduk disana, menyaksikan orang-orang dengan tawa riang dan senyum yang terlukis di wajah mereka. Paman Sirius dengan sengaja mengulurkan tangannya untuk mengajak berdansa namun langsung ditolak mentah-mentah oleh Bibi Petunia.

Peristiwa itu lansung disambut gelak tawa oleh Pansy dan Hermione yang sedang sibuk mengunyah makanan mereka.

Lily datang lalu memeluk Astoria dengan hangat, "ini untukmu, ini adalah milikku ketika seumuran denganmu, kau harus memiliki sesuatu yang istimewa untuk dipakai". Lily mengeluarkan sebuah kotak yang berisi kalung lalu menyerahkannya pada Astoria, "benda bagus harus dinikmati".

"Ya, Ibu benar. Benda bagus harus dinikmati". Harry meraih pergelangan tangan Draco lalu meletakkan sesuatu pada genggamannya, "itu punyaku, tapi terlalu besar untukku". Kata Harry lalu menepuk bahu Draco.

"Harry! Kemari nak". Panggil Bibi Petunia.

Harry segera menoleh dan menghampiri Bibinya, "Apa Bibi membutuhkan sesuatu?".

Bibi Petunia tersenyum lalu menarik Harry untuk duduk, "siapkan semua barang-barangmu, nanti sore kita akan pergi ke Paris".

Bola mata Harry berbinar seketika, "benarkah?". Tanya Harry bersungguh-sungguh dan dibalas anggukan oleh Bibi Petunia.

Harry segera bangkit berdiri lalu berlari kearah Ibunya, "Ibu aku akan pergi ke Perancis!". Harry segera mendapatkan Ibunya sambil melompat-lompat kegirangan.

Pansy yang mendengar hal itu lalu datang menghampiri Harry.

"Pans! Aku akan pergi ke Perancis, aku akan pergi ke Perancis". Harry meraih pergelangan tangan Pansy lalu mengajaknya menari sambil berputar.

"Harry tunggu, kau akan pergi ke Perancis?". Pansy bertanya dengan tatapan mata yang masih menyiratkan kebingungan.

Harry mengangguk semangat, "iya! Bibi Petunia ingin aku mendampinginya dan dia juga ingin aku memperdalam seniku dan bahasa Perancisku tentunya".

Pansy menatap Harry lekat lalu memeluknya, "itu sangat bagus, jangan lupa mengirimkan surat untukku".

"Tentu saja aku tidak akan lupa" Balas Harry semangat lalu melepas pelukan itu dan berlari kepada sang Ayah, "Ayah aku akan pergi ke Perancis!".

🌹🌹🌹

Draco dan Pansy berjalan bersama di padang rumput yang hijau di musim semi, dengan Pansy berjalan didepan dan Draco mengikutinya dari belakang.

"Astoria menikah, Harry pergi ke Perancis, Hermione sebentar lagi akan lulus sekolah, dan kau mungkin akan pergi menghabiskan liburan musim semi yang panjang. Apa yang akan kulakukan? Entah kenapa aku merasa gelisah". Curhat Pansy tentang semua kejadian yang berlalu begitu cepat.

"Kau bisa menghabiskan musim semimu bersamaku". Balas Draco.

"Apa? Kenapa harus bersamamu?". Tanya Pansy dengan nada bercanda.

"Aku menyukaimu".

Langkah Pansy terhenti, kemudian dia berbalik dan menatap Draco, "tidak- tidak bisa". Pansy menggeleng.

"Kenapa tidak?".

"Tidak Draco aku-".

"Aku menyukaimu Pans, aku menyukaimu sejak pertama kali mengenalmu. Aku tidak bisa membantahnya".

"Tidak Draco aku hanya- aku tidak tau kenapa aku tidak bisa mencintaimu seperti yang kau inginkan".

"Kau tidak membalas perasaanku?".

Pansy menggeleng.

Draco terdiam lalu menghela napasnya, membalikkan langkahnya dan berniat meninggalkan Pansy disana.

Pansy berlari dan mencoba mengejar langkah Draco, "Draco dengar! Aku yakin suatu saat kau akan menemukan orang yang pantas-"

"Aku lebih baik mati".

"Yang mencintaimu yang mengagumimu, dan dia akan menjadi pasangan yang tepat untuk rumah mewahmu. Tapi bukan aku."

"Tapi aku menyukaimu Pans"

"Maaf Draco aku tidak bisa, aku tidak merasakan apa yang kau rasakan".

Mereka berdua terdiam, semilir angin yang berhembus seolah-olah menemani keheningan itu.

"Ada lagi?" Tanya Draco memecah keheningan.

Pansy menggeleng, "tidak, tidak ada lagi".

Draco bersiap untuk melangkah pergi sebelum Pansy kembali bersuara.

"Percaya padaku Draco, suatu saat kau akan menyadari bahwa perkataanku benar dan akhirnya kau akan berterimakasih padaku".

Setelah perkataan Pansy selesai, Draco tidak menjawab dan melanjutkan langkahnya meninggalkan Pansy yang memilih untuk duduk sendirian disana diatas padang rumput.

🌷🌷🌷

.
.
.
.

To be continue

The Night We MetWhere stories live. Discover now