1. Pertemuan yang panas [21+]

97.3K 1.4K 15
                                    

Kota yang padat penduduk sudah kehilangan mataharinya. Malam pun ditemai lampu-lampu yang terang mengalahkan lampu yang abadi di angkasa.

Merujuk pada sebuah rumah sakit ditengah kota, seorang gadis 20 tahunan sedang meratapi dirinya di ruang tunggu. Hening, tangannya dingin, matanya memanas. Pikirannya masih ada di ruangan dokter yang memeriksa ibunya tadi.

"Ibumu harus segera dioperasi" kata dokter memberikan kertas persetujuan.

"Dikhawatirkan, penyakitnya semakin parah. Apalagi hanya mengandalkan obat-obatan saja, itu justru akan menyebabkan kecanduan dan halusinasi yang cukup parah".

Gadis yang mendengarkan perkataan dokter itu mulai sendu dan menatap kosong kertas diatas meja itu.

"Rani, saya tau ini cukup berat buatmu. Tapi ini satu-satunya jalan terakhir agar ibumu tetap berada disamping kamu" Gadis itu mengambil pulpen dan menandatangani kertas persetujuan itu.

Dan berakhirlah ia duduk di ruang tunggu ditemani kertas tagihan operasi yang cukup tinggi. Ia benar-benar bingung harus mencari uang sebanyak itu dimana.

Ibunya adalah satu-satunya keluarga yang tersisa akibat kebakaran rumah yang terjadi saat Rani masih kecil. Ia tak ingin sebatang kara.

Pikirannya masih memikir matang-matang dan pening memikirkan uang. Tibalah gadis itu mendongak dan merogoh ponselnya dan dengan gemetar ia menelpon temannya dan tersambung.

"Halo? "

"Nina, gu..gu..e. ambil pekerjaan itu"

"Lo serius?!. Lo bisa minjem ke bank atau kemana kan?, gue ga maksa lo buat lakuin peker-"

"Gue gamau lagi minjem, gue bener gasuka ngutang" Potong Rani. Ia mengelap air matanya yang jatuh di pipi.

"Lo dimana sekarang?" Orang yang ditelpon diam sejenak, lalu menjawab Rani.

"Di kontrakan"

"Oke gue kesana" Rani langsung memutus telponnya dan memasukan barang-barangnya ke dalam ransel nya.

Rani benar-benar tak punya pilihan lain, ia sangat putus asa. Ia berjalan sedikit berlari menuju kosan temannya Nina.

Setelah 15 menit berjalan ia sampai di depan kontrakan Nina. Nampak seorang pria baru saja keluar dari kontrakan remang Nina.

Ia sedikit risih dengan pria yang memandanginya saat berpapasan, ia segera mengetuk pintu dan langsung masuk.

Begitu masuk, Nina sedang berpakaian. Dan Rani tak mempermasalahkan itu, ia sudah tau pekerjaan Nina. Untuk itu ia datang kemari.

"Rani, tenangin diri lo dulu." Nina langsung memberi air putih pada Rani.

"Gue udah gaada pilihan Nin" Rani meneteskan air matanya.

"Gue bisa bantu lo, cuman itu bisa berguna buat setengahnya aja" ucap Nina sembari memberi uang hasil pekerjaannya selama ini.

"Ga, gue gamau terus andelin lo. Lo udah banyak bantu gue Nin" Rani memegang tangan Nina.

"Lo harus bantu gue buat dapetin uang 150 juta" ucap Rani parau.

"Tapi gimana caranya dapetin uang sebanyak itu dalam semalam Ran, mau lo sex sepuluh kali juga itu belum cukup" ucap Nina putus asa. Ia merasa kasihan dengan Rani.

"Untuk itu gue minta buat kasih tau manajer di klub yang biasa lo datengin buat nawarin cewek yang masih virgin"

Nina hanya diam, bukannya tak mau. Ia masih tak rela, sahabatnya mengorbankan yang dari dulu sangat ia jaga.

Asuka [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang