11. Oops!

8.8K 280 0
                                    

Naya menghela napasnya, baru saja ia tiba di Jakarta, Jackson mengabarinya bahwa Lucas masuk UGD. Tentu saja ia langsung kesana dan meminta pihak rumah sakit untuk memulangkan Lucas, ya. Rasa khawatir itu selalu ada, dan sudah menjadi kebiasaan Naya bila Lucas sakit atau sindromnya kambuh ia akan merawatnya sendiri di rumah, baginya. Lucas tidak boleh lagi berurusan dengan rumah sakit.

Dan sekarang, Lucas tengah berbaring tak sadarkan diri. Baru 15 menit keluar kamar menyambut suaminya―Lucio, tiba-tiba ia mendengar sesuatu didalam kamarnya.

Wajah Lucas sangat pucat, mulutnya meracau tidak jelas, untunglah Naya menenangkannya hingga Lucas kembali Ia memang sengaja menempatkan Lucas dikamarnya agar dirinya dapat terus menjaganya, takut-takut terjadi suatu hal yang tidak diinginkan. Dokter kepercayaan mereka bilang bahwa Lucas perlu diobati apalagi bagian kepalanya yang sudah parah.

Namun Naya tetap menolaknya, dokter itu hanya menghela napasnya. Baginya, Lucas harus tahu apa yang terjadi selama ini sebelum cidera kepalanya itu menimpanya, tapi Naya selalu menutupinya. Sedangkan Lucio, ia lebih memilih bungkam dan menyelimuti dirinya dengan rasa bersalahnya atas kematian Gerry―teman kepercayaannya dulu.

Dokter itu hanya memberikan obat dengan dosis yang berbeda dari biasanya, mengingat kondisi Lucas yang sekarang. Naya hanya terlalu takut untuk membuka masa lalu yang hampit merenggut putranya itu.

Dan sekarang, Naya hanya bisa pasrah dan sebisa mungkin untuk tetap menutupi penjelasan atau apalah berkenaan dengan peristiwa naas beberapa tahun silam. Ia duduk di kursi kesayangannya sambil mengelus anak anjing itu, ia bahkan tak tahu mengapa hewan peliharaannya itu menggonggong tadi.

Pintu kamar pun terbuka, Naya menoleh, Lucio masuk dengan setelan formalnya. Memandang putranya yang sedang terbaring lemah, Lucio memandang Naya. "Kamu sudah mengabari Winwin?"

Naya menggeleng, tatapannya masih senantiasa memperhatikan putranya. "Biarkan saja, aku tak mau menganggunya. Karirnya akhir-akhir ini sedang naik" Naya mencoba mengingatkan Lucio.

"Mereka baru saja bertemu, aku yakin Jackson juga sudah mengabari putra kita itu" tambah Naya, anak anjing itu mencoba melepaskan diri dari pelukan Naya dan langsung berlari keluar kamar.

"Mi, papi berangkat lagi. Kabarin lagi kalau Lucas udah bangun" Naya menoleh memberikan senyum, meskipun sibuk dengan beberapa perusahaannya. Naya sangat bersyukur bahwa Lucio masih bisa sedikit menemaninya, ini membuktikan bahwa Lucio sangat menghargai Naya.

Lucio pun pergi, tinggalah ia bersama Lucas kembali. Naya mendekati Lucas dan mengecup dahinya, ia pun sama. Ada hal yang harus ia lakukan, biarlah Lucas beristirahat sendirian di kamarnya.

Naya mengamati tiap sudut ruangan rumah antiknya, ia juga sudah lama tidak berdiam diri di rumah. Naya langsung menyibukkan dirinya, walau banyak pelayan di rumah itu. Tetap saja Naya selalu ingin melakukan aktivitasnya sendiri.

***

Di perpustakan Rani tengah membaca bukunya, namun mata cantiknya itu tak kunjung fokus. Ia terus membalikkan halaman bukunya walau ia tak tahu apa yang ia baca pada halaman sebelumnya.

"Huft" Rani menutup bukunya, percuma. Dirinya hanya membuang waktu, Rani mendongak dan mencoba mencari batang hidung gadis berlesung pipit itu yang katanya hendak menyusul.

"Dor!" yang dikagetkan hanya memejamkan matanya, ia mendelik tajam. Beraninya mengagetkan gadis cantik sepertinya.

"Santai aja kali tuh muka" ucap Nina sambil duduk dihadapan Rani.

Asuka [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang