19. Mungkinkah

12K 231 0
                                    

Lirik ngena banget ga sih😭, coba deh kalian dengerin.

***

Sinar matahari menyelinap kamar Winwin, terganggu dengan cahaya tersebut. Pria itu pun terbangun, mengucek matanya dan menyipit ke arah jendela.

Helaan napas terdengar, pagi ini Winwin tiba-tiba resah kembali. Mengingat kejadian semalam, ia bahkan tak tahu penyebab jatuhnya lampu besar itu. Tentu sangat membahayakan bagi orang yang berada dibawah lampu tersebut, terbesit dalam pikirannya untuk menelusuri insiden itu namun, ayahnya―Lucio, meminta dirinya agar tidak terlalu mencampuri kasus itu.

Ia tahu, Lucio hanya ingin dirinya aman. Karena belakangan ini para rival bisnis Lucio mulai menyerangnya secara bergantian, itu bisa membuat keluarga mereka terancam. Meski begitu, ia memilih untuk patuh. Meski begitu, dirinya bertekad akan menjadi tameng terdepan ketika terjadi sesuatu pada keluarganya.

Winwin mengusap wajahnya, ia langsung membuka smartphonenya. Ternyata Nina mengiriminya sebuah pesan, Winwin tersenyum kecil.

‹••Nina••›

¦Mas Winwin, udah bangun kan?
¦Aku lagi masak banyak.
¦Kalau mau, mas Winwin mampir aja ke rumah buat sarapan.
¦Tapi kalau sibuk, juga gapapa kok. Biasanya aku masak banyak karena ada Rani.
¦Cuman aku lupa, Rani belum pulang.
08:06

Saya dateng kok¦
Saya juga belum sarapan¦
08:10

¦Syukur deh
¦Mas Winwin hari ini kerja kah?
08:10

Hari ini kosong, mungkin lusa kerja¦
Kamu butuh sesuatu? ¦
08:11

¦Ah nggak kok mas, aku cuman  nanya😅
¦Kalau gitu aku tunggu
08:12
[Read]

Winwin langsung beranjak dari tidur, dan bergegas mandi. Tak perlu sarapan, Nina sudah menyiapkannya. Winwin sudah lama tidak mencoba masakan rumahan.

Ia langsung memakai pakaian kasual, kemudian keluar apartemen dan menaiki mobilnya, disepanjang perjalanan. Winwin terlihat bersenang-senang, saat lampu merah pun pria itu tetap menyukainya. Membayangkan bagaimana rasa masakan yang dibuat Nina.

Berkat pertemuan semalam, kini Winwin mempunyai nomor telepon Nina dan berbincang ringan. Hingga tak terasa momen malam itu sangat singkat, membuat mereka harus berpisah sebentar.

Mobil pun akhirnya terparkir didepan gang kecil, keluarga Lucio selalu diajari caranya menghargai seseorang, entah itu orang yang ekonomi kebawah. Mereka selalu melihat orang yang bekerja keras, maka dari itu keluarga Lucio sangat dihormati, dan banyak pula dibenci karena sikap mereka yang selalu membela kaum ekonomi rendah.

Winwin mengetuk pintu kontrakan Nina, dan langsung dibuka oleh wanita itu. Nina sangat cantik mengenakan baju rumahan, leher jenjangnya begitu panjang saat dirinya mencepol asal rambutnya.

Nina mempersilahkan tamunya itu masuk, "Abaikan rasanya" Belum juga mencicipinya, Winwin sudah diberi peringatan.

Nina tersenyum kaku, ia juga tak bisa menyebut masakannya itu rasanya enak atau tidak. Sebut saja Nina tak pede soal masakannya itu. Winwin hanya menatap Nina sekilas kemudian langsung mengambil piring dan nasi, dan lauk pauk.

Winwin langsung memulai mencicipi makannya, pupil matanya bergetar kaget. Rasanya diluar ekspetasinya, memang untuk dibilang enak pun rasanya kurang sesuatu.

Nina meringis setelah melihat reaksi Winwin, ia merutuki dirinya karena telah menawari masakannya yang abal-abal pada Winwin. Namun Nina terkejut, Winwin tak mengatakan apa-apa. Ia malah langsung melahap dan menghabiskan makanan yang ada di piringnya.

Asuka [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang