17. Bittersweet Night

7.4K 273 7
                                    

Lucio mengendurkan dasinya, sangat mencekik apalagi mengenai pekerjaannya. Baru saja ia diberi peringatan oleh para pimpinan lain, mereka mengkritik dirinya sebagai ketua yang pasif.

Dalam pekerjaan yang sekarang ini, Lucio lebih banyak diam dan tidak antusias seperti dulu. Namun para pimpinan juga tidak langsung menurunkan jabatannya, bagaimanapun juga dimasa lalu Lucio lah yang telah mendedikasikan dirinya untuk kesuksesan kerja sama mereka.

Sampai-sampai para pesaing yang lain pun segan berhadapan dengan Lucio, namun sekarang. Semenjak peristiwa yang menimpa Lucas putranya beberapa tahun yang lalu, ia telah berubah. Lucio tak lagi senang bersaing, ia lebih banyak mendengarkan dan terlihat murung.

"Mi, Lucas belum datang?" tanya Lucio pada Naya.

"Belum, dia nggak mampir kesini kayaknya Pi"

"Anak itu, benar-benar ya. Tapi Lucas udah nggak apa-apa kan Mi?" Lucio mengambil air di kulkas.

"Entahlah, disebut sakit juga dia masih aja keluyuran" ucap Naya,

"Tau sendiri kan anak Papi yang satu itu udah punya perusahaan gede" ucap Naya sambil mengambil handuk kemudian menyampirkan ke bahu suaminya.

"Jangan lupa mandi, bau" Lucio meminum habis airnya.

"Mi, jangan lupa kabarin Winwin juga untuk dateng kesana" titah Lucio

"Iya Pi, udah Mami kabarin jauh-jauh hari" jawab Naya, sambil duduk dan meminum tehnya.

"Mi, sekalian. Bilangin mereka buat bawa pacar mereka masing-masing"

Naya memutar bola matanya, "Kenapa nggak papi aja sih yang ngomong" Naya kesal menjadi telepon penghubung diantara ayah dan dua anaknya itu.

"Udah mami aja" ucap Lucio kemudian masuk kamar mandi.

"Makin tua, makin ngeselin emang" cibir Naya.

Naya mulai menyalakan televisinya, bahkan sebelum Lucio menyuruhnya. Ia sudah meminta pada kedua putranya itu untuk membawa kekasihnya, tentu ia bosan terhadap mereka yang selalu sendiri seolah tak wanita di dunia ini.

Naya tersenyum, memikirkan penuturan Winwin tadi. Anak itu sedikit protes tatkala ia menyuruhnya membawa wanita ke pesta, karena selama ini Winwin menjadi pemalu jika bersama dengan wanita. Sungguh tak percaya bahwa putra-putranya sudah dewasa sekarang. Maka dari itu, Naya tetap menyuruhnya untuk berkencan. Setidaknya untuk pesta malam ini saja.

Panjang umur, Winwin pun datang ke rumah dengan baju kasualnya. Naya tersenyum, melihat putranya yang satu itu selalu tepat waktu. Tapi satu hal yang terlewat, tak ada orang yang mengekori Winwin saat masuk, itu membuat Naya sedikit kecewa.

"Hmm, kamu ya. Mami udah bilang suruh bawa cewek" omel Naya, Winwin mengerucutkan bibirnya.

"Mi, susah nyari yang cocok" Winwin beralasan.

"Kemarin kamu bilang mau suksesin karir, giliran udah naik daun malah bilang susah nyari yang cocok"

"Besok-besok sekalian aja kamu bilang ceweknya nyangkut diatas genteng" ujar Naya berkacak pinggang, sedangkan Winwin hanya menyimak perkataan maminya yang semakin tua semakin cerewet itu.

Lucio pun keluar dari kamar mandi karena mendengar omelan Naya, "Kamu nggak bawa cewek?" tanya Lucio.

"Haduh, papi!. Pakai yang benar dong itu handuk!" teriak Naya yang memandangi bagian bawah suaminya.

Winwin hanya meringis sembari menutup matanya malu, bisa-bisanya ayahnya itu kemari dengan tubuh telanjang.

"Pokoknya harus bawa!, minjem ke tetangga juga nggak masalah" pesan Lucio sembari melilitkan handuknya.

Asuka [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang