35. Hidup

3.5K 139 3
                                    

Winwin mengecek ponselnya kembali, bahkan dirinya hampir ditegur oleh pramugari karena terus menyalakan mode data saat di pesawat.

Baru kali ini, Nina mengabaikannya begitu lama. Sehingga ia benar-benar tidak bisa fokus selama pemotretan, meski Lucio melarangnya pulang. Ia tetap akan pulang, toh pekerjaannya juga sudah selesai. Tak ada kepentingan lagi yang jika tinggal lebih lama lagi.

Winwin pun tiba di bandara, ia mengecek ponselnya lagi dan menelepon Nina. Barangkali wanita itu mau menjawab telepon darinya, namun sialnya Nina tak mau mengangkatnya.

"Nina, kamu kenapa sih?" Gumam Winwin penuh khawatir.

Winwin segera memanggil taksi dan pergi ke apartemennya, namun sebelum itu ia harus mampir ke rumah orang tuanya.

Winwin kembali mengecek ponselnya kemudian menelepon Nina lagi, bahkan saat makan siang. Mata Winwin tak pernah lepas dari ponselnya.

"Hape kamu nggak bakal terbang Winwin" Celetuk Naya sebal, karena putranya terus mendiamkan dirinya.

"Dia kan nggak punya sayap Mi, mana bisa terbang" Ucap Winwin.

"Nah itu tahu, kenapa masih dipantengin aja. Lagi nunggu notif siapa?"

Naya sangat peka sekali, Winwin langsung gugup. Ia juga tak biasanya seperti ini, "Nina ya?" Tebaknya

"Kamu lagi berantem?" Tanya Nina sambil memasukan makanannya.

"Nggak kok mi, cuman akhir-akhir ini.. Nina nggak pernah bales apalagi jawab panggilan Winwin" Jelas Winwin.

"Loh? Kamu apain Nina?! Sampai dia marah"

"Nggak Winwin apa-apain mi, waktu di luar kota kita masih adem ayem"

"Yasudah, habis ini kamu samperin Nina. Barang kali ia marah sama kamu gara-gara kangen" Saran Naya, Winwin hanya mengangguk patuh. Mungkin maminya benar, Nina pasti akan senang jika ia menemuinya nanti.

"Oh ya mi, papi udah pulang?" Tanya Winwin.

"Udah, nih orangnya dateng" Balas Lucio yang menjawab pertanyaan Winwin.

"Loh papi udah pulang? Tumben" Sapa Naya, melihat suaminya yang tak biasanya pulang siang.

"Iya mi, nanti siapin kopi. Papi mau bicara sama Winwin"

"Tapi-"

Winwin hendak menolak, tapi ia tidak biasa menolak permintaan papinya. Naya melihat suaminya langsung ke ruangannya, Winwin menunduk. Naya memegang tangan Winwin untuk menenangkannya.

"Udah turutin dulu papi kamu mau ngomong sama kamu, jangan ikutin Lucas. Dia suka ngeyel"

Baru kali ini Winwin merasa Lucas seperti anak angkat mereka, dan dirinya seperti anak kandung mereka. Naya sepertinya sudah bosan dengan tipe anak macam Lucas.

Baiklah, ia harus menunda dirinya untuk bertemu Nina.

"Kenapa kamu pulang?"

Lucio membuka pembicaraan, Winwin belum saja duduk ia sudah disuguhkan pertanyaan itu.

"Winwin bosan pi, lagian disana udah gaada job lagi." Jawab Winwin terus terang.

Lucio terlihat gusar, "Kalau gitu sementara kamu tetep di rumah, jangan kemana-mana"

"Kenapa pi?"

"Ancaman mengerikan itu akan terjadi lagi" Jawab Lucio.

Winwin menyerngit tak mengerti, ancaman mengerikan?

"Maksud papi?"

Lucio menyenderkan dirinya, "Kamu lupa saat Lucas siuman setelah operasi?" Tanya Lucas, "Bagaimana situasi saat itu"

Asuka [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang