15. Gitar

16K 221 0
                                    

Nina berjalan gontai menuju kantin kampus,  bukan tidak semangat karena Rani tak bersamanya, melainkan sebuah angka yang tertera di m-banking miliknya. Nominal disitu sangat memprihatinkan, belum lagi biaya hidup adik-adiknya yang tak kunjung berhenti.

Beban Nina masih terlalu berat untuk sekarang, ia pun merasa tak enak pada Jackson yang terus dijadikan sebagai boneka 'pacar' didepan adik-adiknya. Bagaimana pun juga ia tidak bisa berdiam diri terus-menerus memikirkan egonya, ia tetap harus melaksanakan kewajibannya sebagai kakak.

Nina mendudukan bokongnya seraya menangkup wajahnya lesu, pikirannya terus memikirkan bagaimana caranya untuk bekerja namun tetap berkuliah. Semua dialog di otaknya itu menimbulkan rasa lapar, Nina menghela napasnya. Meski begitu ia harus menjaga kesehatannya. Nina pun langsung memesan makanan di kantin.

Ditengah acara makannya, ponselnya berdering. Itu dari Jackson, Nina langsung memasang kameranya. Rupanya Jackson sedang bersama adik-adiknya, terlihat di layar pomselnya mereka tengah berada di pusat perbelanjaan.

"Mba!, coba tebak kita ada dimana?" sahut adik Nina yang bergaun merah.

"Haduh, kalian. Jangan paksa kak Jackson buat jalan-jalan terus dong!"

Kamera tersebut langsung mengarah ke arah Jackson yang sedang makan eskrim, tidak ada paksaan untuk ini. Jackson memang menyukai anak kecil.

"Gapapa Nin, santai aja kok. Lo mau?"
Jackson tersenyum sambil mengarahkan sendok eskrimnya ke kamera.

"Sorry banget, kalau adek-adek gue ngerepotin lo" ujar Nina tak enak.

"Gue bilang santai aja, lagian mereka juga pada nurut sama gue. Ya kan?"

"Iyaa!!" jawab mereka serempak

"Tuh kan, lo denger sendiri" Jackson memperbaiki posisi dudukanya,
"Lo masih kuliah?" tanyanya

"Ya, gue masih ada kelas" jawab Nina sambil menyuapkan makanannya.

"Mba, kok manggil kak Jack lo-gue sih?" celetuk adik Nina menguping pembicaraan mereka.

Nina menghentikan kunyahannya, sedangkan Jackson hanya tersenyum sembari mengelus puncak kepala adik Nina yang polos itu.

"Iya ya, kan Mba pacaran sama Kak Jack. Kenapa nggak manggil sayang?" timpal adik yang lain.

"Apaan sih kalian, terserah kita dong mau manggil sebutan apa" sewot Nina, momen canggung ini harus dihentikan.

"Ah nggak asik Mba mah" Jackson langsung tertawa pelan.

"Abis kuliah jangan lupa mampir ke rumah, gue mau ngomong sesuatu" ucap Jackson, Nina mengernyit bingung.

"Lo mau ngomong apa?"

"Udah dateng aja, lagian juga. Lo sekalian ketemu sama adik-adik lo nih katanya kangen" jelas adik-adik Nina menatap galak Jackson.

"Nggak kangen!" teriak mereka protes.

Nina hanya menepuk jidatnya melihat kelakuan adik-adiknya, "Oke gue bakal pulang. Tungguin ya"

"Ya, see you" ucap Jackson sembari mengarahkan kameranya pada adik-adik Nina.

"Love you!" tambahnya

Nina langsung menutup video call tersebut, apa yang diucapkan Jackson barusan?. Tidak-tidak sadarlah wahai Nina, Itu hanya ucapan manis yang Jackson gunakan didepan adik-adiknya. Kenapa dia begitu terkejut dan jantungnya berdetak kencang.

"Nina pabo" gumannya.

Setelah ia makan, Nina langsung masuk kelas kembali hingga sore hari. Sekarang Nina sedang menunggu bis untuk pulang ke rumahnya, sebenarnya baru beberapa bulan ia mengunjungi adik-adiknya. Bukan karena jauh, tapi sesuatu yang membuatnya terus menjauhi rumah dimana ia tumbuh besar.

Asuka [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang