44 - New York

2.6K 163 14
                                    

Joanna dan Devan kembali ke hotel ketika menjelang malam. Sesampai di dalam Joanna merebahkan tubuhnya di sofa. Karna setelah makan malam, Joanna minta pergi menuju ke time square untuk melihat dunia malam ketika berada di jantung New York. Karna Joanna sudah sangat merindukan kota tersebut.

Devan sendiri duduk di depan Joanna, memperhatikan Joanna dengan lekat. Joanna sendiri tidak memperhatikan kalau Devan melihat dirinya, karna kedua mata Joanna tertutup.

Suara Bell pintu berbunyi, Joanna terkejut dan duduk tegap sambil melihat ke arah Devan seperti menanyakan siapa. Devan hanya mengangkat kedua bahunya seolah mengatakan tidak tahu. Joanna bangun menuju pintu, ketika membuka pintu Joanna terdorong ke samping. Kedua mata Joanna terbuka lebar ketika siapa yang mendorong nya, tidak lain dan tidak bukan adalah si konyol Sean.

"Hello My Princess, kenapa kamu pergi meninggalkan aku begitu saja, huh." ucap Sean sambil memegang pundak Joanna.

"What The hell.. Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Joanna tidak peduli dengan pertanyaan Sean.

Joanna melihat satu persatu orang orang yang dekat dengannya masuk melalui pintu. James kakaknya, Lucas bahkan kedua sahabatnya masuk secara bergantian. Joanna menyingkirkan Sean dari hadapannya lalu membuntuti teman temannya yang sekarang sudah duduk di sofa.

"Kenapa kalian semua di sini?" tanya Joanna lagi sambil melipat kedua tangannya.

"Apa lagi kalau tidak menyusul gadis bodoh yang kabur." jawab James kesal.

"Hai.. Aku tidak kabur." bela Joanna.

"Iya tidak. Hanya melarikan diri. Melarikan diri dari kenyataan." ejek Samantha. Joanna mendengus.

"Wow.. Kamu menyewa penthouse ini Princess?" tanya Sean sambil melihat sekeliling. "Apa kamu tahu kalau kita akan menyusul mu? karna itu kamu menginap di sini agar kita tidak mencari kamar hotel lagi?" ucap Sean lagi, hampir tidak percaya dengan kebaikan Joanna.

"Dasar bodoh." maki Catarina, membuat yang lain terkekeh.

Joanna memutar kedua matanya, bisa bisanya Sean bertingkah menyebalkan seperti itu sekarang. Joanna duduk di samping Catarina.

"Aku pikir Dev hanya omong kosong saja ketika mengatakan kalian akan menyusul." ucap Joanna hampir tidak percaya dengan apa yang di lihatnya sekarang.

"Bagaimana bisa aku membiarkan kalian berdua saja. Tadinya hanya aku saja. Tapi ketika yang lain tahu aku mau pergi, mereka malah mau ikut." ucap James.

"Dan dia memaksa aku untuk ikut." tunjuk Catarina ke arah Samantha yang berada di depannya.

Samantha hanya tertawa ketika mengingat dirinya bagaimana telah memaksa Catarina dengan susah payah. James yang melihat wajah Catarina yang masih kesal hanya tersenyum smirk.

"Ada berapa kamar di sini?" tanya Lucas.

"Tiga kamar." jawab Joanna akhirnya menyerah dengan keadaan.

"Hanya tiga? Berarti ada yang tidur di sofa?" tanya Sean.

"Kamu saja yang tidur di sofa." ucap Catarina.

"Itu benar. Kamu Sean.. Tidur di sofa. Satu kamar untuk para wanita dan satu lagi untuk kita bertiga." ucap Lucas sambil menunjuk Devan dan James.

"Enak saja. Aku akan sekamar dengan kekasihku." balas Sean tidak mau kalah.

"Enak saja. Tidak ada satu kamar dengan pasangan kalian yahh.. Kalau mau itu terjadi sewa saja kamar sendiri." ucap Joanna kesal. "Aku bisa sekamar dengan Samantha dan Catarina karna kamar ku luas. Sisanya kalian bisa tidur berdua." tambah Joanna.

"Ya sudah kalau begitu. Mana kamar mu Jo. Aku sudah lelah mau istirahat." ucap Catarina sambil berdiri. "Sam.. Kamu mau ikut tidak?"

"Tentu saja.." Samantha berdiri dan mengikuti langkah Joanna dan Catarina.

"Babe..."

"Tidak untuk hari ini sayang." ucap Samantha sambil mengedipkan satu matanya ke arah Sean.

Sejak kedatangan kakak dan teman teman Joanna, penthouse yang tadinya sepi menjadi ramai. Mereka menghabiskan hari weekend dengan menonton film dan memasak bersama atau berjalan jalan di kota New York.

Joanna sendiri senang akhirnya bisa tertawa bersama teman temannya, karna sejak datang ke New York hati Joanna awalnya sedang bersedih dan kecewa. Devan sendiri sejak tadi sedang mengamati Joanna dari kejauhan, sekarang mereka sedang berada di sebuah taman  di tengah kota New York.

"God.. Aku merindukan New York. Kota ini benar benar hidup walaupun sudah malam." ucap Joanna sambil melihat ke arah danau buatan.

"Yeah.. Aku juga merindukan kota ini." balas Samantha.

"Aku juga. Merindukan pria pria New York." ucap Catarina tiba tiba. Membuat Joanna dan Samantha menoleh ke arah Catarina dengan wajah kaget.

"What..."

"Oh My God.. Cat.." ucap Joanna dan Catarina secara bersama.

"You bitch.." ucap Samantha sambil mendorong bahu Catarina yang membuat mereka bertiga tertawa terbahak.

Para pria yang sedang duduk tidak jauh dari belakang Joanna  memasang wajah jengah mendengar pembicaraan para gadis yang berada di depan mereka.

"Ck.. Apa pria pria New York begitu sangat menarik?" tanya Sean entah kepada siapa karna matanya tidak lepas dari Samantha. Lucas mengangkat kedua bahunya.

"Tanya saja Dev, karna dia sering bergaul dengan pria di kota ini." balas Lucas.

"Dev.. Apa pria pria New York begitu menarik?" tanya Sean menoleh ke arah Devan.

"Aku tidak tertarik dengan Pria." jawab Devan acuh. Membuat Lucas dan James tertawa kencang.

"Ck.. Bukan itu maksudku. Sudahlah percuma berbicara dengan gunung es." ucap Sean kesal.

"Dev.. Bagaimana bisnis mu?" tanya James.

"So far so good."

"Aku tidak menyangka teman kita ini ternyata seorang Billionaire muda." puji Sean. "Kalau saja orang tua aku tidak menuntut untuk meneruskan bekerja di perusahaan keluarga. Aku juga pasti mau berbisnis seperti Dev."

"Memangnya bisnis seperti apa yang mau kamu jalani?" tanya Lucas.

"Aku ingin membuka sebuah Club malam eksekutif. Hanya orang orang tertentu yang bisa masuk." balas Sean dengan senyum smirk di wajahnya.

"Ck.. Yang ada nanti club itu malah bangkrut, karna kamu akan terus mengundang teman teman mu untuk mabuk setiap hari." cibir Lucas. Membuat James tertawa. Devan hanya tersenyum mendengar perdebatan kedua sahabatnya.

"By the Way.. Kapan kalian wisuda?" tanya Lucas.

"Aku harap tiga bulan lagi. Karna bulan ini aku akan ikut sidang." jawab James.

"Aku juga. Kalau tidak orang tua ku akan membunuh ku." ucap Sean sambil mengarahkan telapak tangan nya ke arah leher. Membuat Lucas terkekeh.

Samantha dan yang lain berjalan ke arah mereka sambil tersenyum ceria.

"Babe.. Kita akan kembali ke Chicago lusa kan?" tanya Samantha, Sean menganggukkan kepala.

"Yeah.. Why..?"

"Great... Listen. Nanti malam kita semua wajib pergi ke pesta."

"Party...? What Party?" tanya James.

"Teman ku mengadakan pesta ulang tahun di sebuah Club. Dia mengundang ku dan juga Joanna ketika dia tahu kita berdua di New York." ucap Samantha antusias.

"Apa dia mantanmu?" tanya Sean curiga.

"Tentu saja bukan. Bisa di bilang kami sangat dekat satu sama lain." ucap Samantha sambil tersenyum smirk ke arah Joanna sambil menyenggol lengan Joanna. Di mana secara tidak sadar Devan melihat interaksi antara mereka berdua.

"Hmm... Baiklah. Kita pergi. Bagaimana guys?" tanya Sean kepada James dan lainnya. Mereka hanya mengangguk tanda setuju.

The Secret Love With You (The End ✅) Where stories live. Discover now