Satu

5.5K 171 6
                                    

Hari ini sang kapten harus terbaring lagi. Terluka parah karena melindungi kita semua. Sudut hatiku terasa pedih melihat matanya yg tak kunjung terbuka. Sudah seminggu kita semua tidak mendengarkan tawa & cerita kebodohannya. Ku akui kapal menjadi sepi, dan aku tidak suka itu.
"Nami makanlah dulu, biar aku mengganti perban lukanya" tiba tiba suara yg sudah sangat ku kenal ini membuyarkan lamunanku. "Ah chopper". Chopper narik tanganku dengan paksa, membuatku untuk beranjak dari kursi disamping tempat tidur sang kapten. "Baiklah baiklah. Kau tau chopper aku juga akan pergi. Aku hanya menengoknya sebentar. Jangan mikir yang macam macam" belaku karena melihat gelagat Chopper yang sudah mencurigaiku. "Aku akan sampaikan ke luffy kalo Nami yg selalu menunggu luffy di sini" goda chopper. Aku menarik pipi chopper dengan kuat membuatnya berteriak kesakitan. "Sudahlah aku mau makan & awas kalo sampai berkata aneh aneh".

Malam ini kita semua berkumpul di akuarium kapal. Robin dengan bukunya, zoro yg sibuk dengan pedang pedangnya, usop dan franky dengan kegiatan tidak jelasnya, brook yang entah pergi kemana & chopper yang pasti sedang merawat sang kapten. Ada suatu rasa yang mendorongku untuk ingin membantu chopper daripada hanya diam disini. Tapi dengan perdebatan kecil dengan chopper mending kuurungkan niatku saja. Aku tidak ingin dia berpikiran yang tidak tidak. "Nani chaaan, mau ku buatkan coklat hangat? Wajahmu yang cantik itu tampak sedang berpikir sesuatu yang berat" datanglah Sanji dengan sepiring camilan yang tampak lezat. "Tidak sanji. Terima kasih" jawabku singkat. Kenapa akhir akhir ini moodku tampak tidak baik juga ya. "Chopper, apa ada perkembangan dari luffy?" Pertanyaan Zoro membuat jantungku sedikit berdetak cepat. "Dia sudah melewati masa kritisnya, Zoro. Biarkan dia tertidur dulu. Dia pasti sangat kelelahan. Jangan ganggu dia" jawab Chopper. Lega sekali rasanya hatiku mendengar penjelasan Chopper. Bukankah hal wajar kalau aku sendiri mencemaskan kaptenku? "Kenapa dengan wajahmu itu nami?" Sambung Robin. "Ha ? Memangnya kenapa ?" Jawabku sedikit gelagapan. "Ah tidak apa apa. Daripada yang tadi, wajahmu jauh lebih baik sekarang. Benarkan chopper?" Jawab Robin dengan senyuman khasnya itu. Eh aku ralat, dengan senyuman mautnya itu. Entah kenapa melihat senyum Robin seperti itu membuatku ngeri & takut. Dasar wanita iblis. Menakutkan. "Nami, luffy akan baik baik saja. Sudah jangan cemaskan" goda Chopper. Tidak segan segan aku menarik pipi chopper lagi, kutarik kuat kuat. "Oiiiiii semuaaaaaa". Aku menghentikan kegiatanku menyiksa Chopper dan pandanganku menuju arah pintu. Suara yang sangat ku rindukan berhari hari ini. Entah kenapa rasanya jantungku berdetak lebih cepat, jangan bilang aku akan terkena serangan jantung. "LUFFYYYYYY" serentek semua berteriak dan berlari kearah luffy. Entah kenapa dengan kakiku ini, rasanya lemas sekali. Setelah serangan jantung, jangan jangan aku terkena lumpuh sementara ? Aku terduduk  lemas & mataku rasanya panas sekali. Ada sesuatu yang akan keluar. Ah iya, aku menangis. Melihat Luffy tertawa dan dipeluk secara bergantian oleh mereka semua. Aku ingin memeluknya juga, tapi kenapa malah tangis yang keluar? "Oiii Nami, kamu tidak merindukan ku? Cepat kesini" suara itu. Ya suara sang kapten yang kurindukan selama ini. Aku menangis sejadi jadinya melihat luffy tersenyum lebar kearahku. Dasar kapten bodoh, aku hampir gila menunggu dia membuka matanya. Tiba tiba ada tangan yang menyentuh rambutku, mengusap lembut & hangat. "Jangan menangis lagi nami, aku sudah bangun. Cepat peluk aku juga". Aku berdiri dari dudukku, ku peluk sekuat mungkin kapten bodoh yang membuatku sedih berhari hari tanpa alasan ini. Ku tuangkan tangisku padanya, luffy hanya tertawa sambil mengelus punggungku. Luffy menarik semua yang ada disini dengan tangan karetnya dan memeluk kita semua. Kapten bodoh ini, ku harap dia jangan sampai terluka parah lagi. "Kenapa kau sudah bangun luffy? Lukamu belum benar benar sembuh" oceh chopper. Aku melihat wajahnya, sedikit pucat tapi masih tetap tampan. He? Tampan??? Apakah aku sudah gila?? Oke aku gila. "Chopper jangan berlebihan. Aku lapar sanjiiiii". "Baiklah kapten ku masakan daging kesukaanmu, tunggu sebentar oke?" Sanji berlari secepat kilat menuju dapur. "Kenapa lama sekali bangunmu luffy, apakah sesakit itu?" Tanya zoro. "Hahaha entahlah, mataku berat sekali untuk kubuka" jawabnya. Aku melihat luka luka luffy yang sudah mulai mengering, mengingat keadaan terakhirnya sangat membuatku ngeri. Banyak sekali ceceran darah disekitarnya, pasti musuh kali ini sangat susah dikalahkan. "Luffy kau harus berterima kasih pada nami, dia menungguimu setiap malam" sambung chopper. "Benarkah nami?" Tanya luffy. Aku hanya diam, aku terlalu malu pada semua karena tangisanku yang tidak jelas tadi. Tiba tiba luffy memelukku spontan. Semudah ini dia membuat jantungku berhenti berdetak. Ah kurasa aku harus mengakui sesuatu. Aku mulai menyukainya, menyukai tawanya, menyukai kebodohannya & menyukai pelukannya seperti ini. "Le lepaskan aa aku luffy" kataku terlihat sangat gugup. Luffy melepaskan pelukannya dan tersenyum sangat lebar padaku. "Terima kasih, teman perempuan pertamaku". Katakatanya membuat senyumku sedikit tertahan. Baiklah, aku hanyalah temannya. Lalu apa mauku kalau bukan temannya? Ayolah namiiii berpikir sehatlaaaah. "Jangan percaya chopper. Ah aku akan membantu sanji, minggir luffy aku mau lewat". Aku melewati luffy begitu saja, bagaimana bisa aku hanya teman tapi dia memelukku seperti itu? Ah dasar luffy bodoh.

My Captain ! Where stories live. Discover now