Sepuluh

776 55 1
                                    

Jangan pikir hubunganku dengan Luffy berjalan mulus mulus aja. Tidak sama sekali. Aku yang paling sering marah dibanding dia. Contohnya hari ini, aku mendiamkan Luffy gara gara dia itu terlewat santai dengan godaan Chopper. Dia kan yang ingin hubungan ini dirahasiakan tapi malah dia yang sama sekali tidak peduli kalau kalau semua tau gegara Chopper yang suka sekali menggoda kita.

"Apa yang terjadi dengan kalian berdua?" Tanya Zoro padaku dan Luffy.
Kita semua sedang makan malam, dan ya aku menghindari Luffy.
"Luffy mengambil uangmu?" Sambung Usop.
Aku menggeleng. Ku lihat kearah Luffy yang masih sibuk dengan makanannya.
"Luffy melihat celana dalammu?" Sambung Brook. Aku merespon Brook dengan hanya memukul kepalanya.
"Sudahlah makan dengan tenang" jawabku.
"Apa kalian berpacaran?" Tanya Franky tiba tiba.
Aku yang sedang makan langsung tersedak saat itu juga. Chopper langsung menghampiriku dan menepuk nepuk punggungku.
"Sudah mengaku saja" bisik Chopper.
Aku memukul kepala Chopper. Enak saja bisa bisa Luffy membunuhku.
"Franky, mana mungkin aku berpacaran dengan si bodoh Luffy. Lihat saja yang ada dipikirannya hanya makan" belaku.
"Namiiiii" saut Chopper menghentikan kata kataku. Aku melihat kearah Luffy yang menghentikan makannya.
"Nami chaaan aku tidak akan rela kalau kau harus berpacaran dengan Luffy" Timbrung Sanji.
"Iya iyaaaa. Aku tidak pantas dengan Nami" tiba tiba terdengar suara Luffy yang begitu serius.
"Jadi apa masalah kalian? Kenapa kalian saling mendiamkan satu sama lain?" Sambung Robin. Robin memang paling bisa membantuku, dia pasti sedang mengalihkan pembicaraan.
"Jadiii .." kataku belum selesai bicara tapi sudah dipotong Luffy tiba tiba.
"Tidak terjadi apa apa. Ada apa sih dengan kalian? Nami mungkin malas denganku karena kemarin aku mengambil jeruknya tanpa ijin" jelasnya masih dengan nada sedikit serius.
Oke mungkin pemakaian kata kataku tadi membuatnya tersinggung.
"Ya itu benar" sambungku.
Luffy tampak berdiri dari kursinya dan segera meninggalkan meja makan. Melihat keadaan seperti ini, Chopper mengikuti Luffy yang kemudian meninggalkan ruangan. Ku harap Chopper bisa membuat Luffy tidak ikut ikutan marah.

Aku masih merasa tidak tenang dengan ucapanku malam tadi pada Luffy. Dan kebiasaan buruku, aku tidak bisa tidur kalau masih ada sesuatu yg kupikirkan. Luffy juga tidak kelihatan setelah pergi dari ruang makan. Aku tanya pada Robin katanya malam ini tugasnya Luffy menjaga kapal, bisa jadi Luffy sedang berada di deck kapal. Apakah aku harus pura pura mencari angin agar bisa bertemu dengan dia ? Ah gengsi dong harusnya dia meminta maaf dulu padaku, kan dia duluan yang membuatku marah. Terus kenapa aku yang harus meminta maaf ???? Aku ini Nami, oke?

Dan ternyata aku kalah. Aku tidak bisa menunggu Luffy mendatangiku untuk minta maaf. Justru saat ini aku sedang menuju deck kapal untuk meminta maaf dengannya. Aku ini lemah sekali. Huhuhu
Tapi tampaknya Luffy terlihat baik baik saja. Dia masih bisa tertawa bahagia dengan si Usop. Huh aku kembali ke kamar saja!
"Woi Nami!"
Aku kurang cepat ternyata, mereka berdua menyadari keberadaanku. Kenapa Usop harus memanggilku segala siiiiih?
"Ya Usop?" Jawabku.
"Mau kemana? Kukira kau mau kesini. Kemarilah" panggilnya lagi.
Tapi untung saja Usop mengajakku untuk bergabung.
"Apa yang kau lakukan malam malam?" Tanya Usop lagi.
Aku melihat kearah Luffy yang sama sekali terlihat tidak tertarik aku ikut bergabung dengan mereka.
"Ingin mencari angin saja".
Aku duduk di samping Usop, udara malam ini memang cukup dingin. Anginnya sangat kencang, salahku kenapa tadi aku harus beralasan mencari angin.
Kita bertiga asik membicarakan imajinasi kita kalau sampai kita menemukan one piece. Ya walaupun aku dan Luffy masih belum berbaikan, tapi ini cukup membuat dia sedikit luluh. Setidaknya dia sudah mau menatapku.
"Aku akan mengambilkan minum. Tunggu sebentar" kataku sambil berdiri menepuk nepuk celanaku yang kotor.
"Kau berani sendiri ?" Tanya Usop.
Aku melihat kearah dapur yang memang lumayan menyeramkan. Tidak ada penerangan sama sekali.
"Luffy temani Nami. Aku yang akan menunggu di sini" Sambung Usop lagi.
Luffy tidak menjawab, tapi dia langsung berdiri dan berjalan ke arahku.
Hubungan kita ini memang sudah berjalan 3 bulan, tapi aku masih saja berdebar kalau berduaan dengan dia. Kelihatan kan siapa yang bucin diantara kita?

Kita berjalan di kegelapan tanpa ada yang memulai pembicaraan. Aku tidak bisa seperti ini terus, aku harus mengajaknya bicara. Dia ini biasanya sangat cerewet dan menyebalkan, kalau tiba tiba menjadi diam seperti ini malah membuatku jadi khawatir saja.
"Hm Luffy" kataku ragu ragu.
Luffy tidak menjawab hanya menengok kearahku.
"Kau marah?" Tanyaku.
Luffy mempercepat jalannya, sekarang dia memunggungiku tanpa ada jawaban.
Iya, dia marah. Kalau tidak marah dia pasti tidak akan seperti ini. Dia akan berjalan dengan menggandengku.

Sampainya di dapur, Luffy hanya duduk melihat kearah luar. Aku yang membuat coklat panas untuk mereka berdua masih dengan perasaan tidak karuan. Kubiarkan saja Luffy diam seperti ini, mungkin memang aku harus memberikan waktu untuknya berfikir. Atau aku harus memohon padanya untuk meminta maaf? Aaaaah Luffy ini kenapa sensitif sekali sih, pdhal aku hanya bercanda. Biasanya juga seperti itu kan ?
"Sudah selesai Luffy" aku berdiri di depannya yang masih duduk melihat ke arah luar.
Luffy berdiri & mengambil 2 coklat panas yang kubuat tadi. Dia masih diam saja, berjalan di depanku. Dan aku? Pastinya sedang menahan air mata agar tidak keluar.
"Maafkan aku Luffy" kataku lirih yang membuat Luffy menghentikan langkahnya.
"Aku benar benar minta maaf padamu" roboh sudah pertahananku menahan air mata. Kalian boleh memanggilku si cenggeng Nami.
"Sudahlah" jawabnya lalu melanjutkan jalannya tanpa melihat kearahku.
Aku sedikit berlari kearahnya dan menangkapnya dari belakang. Ah bukan menangkap, lebih seperti memeluknya dari belakang. Luffy hanya diam mematung.
"Kenapa menangis Nami?" Tanya Luffy.
Bukannya menjawab aku malah mempererat pelukanku.
"Biasanya kau akan bawel kalau aku melakukan hal seperti ini di kapal. Kau tidak takut yang lain melihatnya?" Sambungnya lagi.
Aku hanya menggelengkan kepalaku. Dan masih dengan kondisiku yang memalukan ini.
"Biar kuantarkan minuman ini pada Usop. Setelah itu aku akan kesini menemuimu" lanjutnya.

Aku menunggu Luffy di gudang tempat menyimpan perkakas yang sudah tidak dipakai. Akhirnya air mataku ini berguna juga, paling tidak bisa membuatnya berbicara denganku.
Ceklek!
Aku melihat kearah pintu, Luffy berjalan kearahku dengan membawa segelas air. Dia memberikan gelasnya kepadaku, katanya biar aku lebih tenang setelah menangis.
Luffy duduk disampingku, dia masih dengan diamnya. Tapi tiba tiba dia menyandarkan kepalanya ke pundakku.
"Apa kita akhiri saja Nami?"
JDERRRRRR!!
Aku bagai tersambar petir.
"Kau sudah tidak mencintaiku?" Tanyaku berusaha setenang mungkin.
Luffy melingkarkan tangannya pada perutku.
"Malahan aku semakin mencintaimu" jawabnya.
"Kamu tau kan semua tidak rela kau bersama denganku yang bodoh ini" sambungnya lagi.
Aku mencubit pipinya.
"Semua? Hanya Sanji. Itu pun karena dia memang mencintai semua wanita".
Luffy tertawa kecil. Aku sedikit lega mendengar tawanya lagi.
"Maafkan kata kataku tadi" Kataku.
Luffy hanya menganggukan kepalanya. Aku mengelus rambutnya yang berantakan karena terpaan angin tadi.
"Aku ingin seperti ini terus sampai pagi" kata Luffy.
"Bukan kah ini sudah pagi? Ini sudah hampir jam 4" jawabku.
Luffy hanya tertawa. Memang benar kan dia ini bodoh.
Kita bercerita dan tertawa sampai tidak sadar kalau kita tertidur.

"LUFFY NAMI????!!!"
Aku tiba tiba terbangun dengan suara Sanji. Melihat posisi kita berdua, Aku yang tidur dipelukan Luffy, sudah pasti Sanji kaget. Kurasa hampir terkena serangan jantung.
"Oi Sanji" sapa Luffy yang masih setengah sadar.
"Apa yang kau lakukan dengan Nami chaaaaan???!" Kata Sanji sambil menarik tubuh Luffy untuk bangun.
"Sanjiiii ini tidak seperti yang kau pikirkan" kataku.
"Kalian berdua ikut aku ke ruang tengah. Kalian harus menjelaskan semuanya".

My Captain ! Where stories live. Discover now