Dua Belas

733 63 0
                                    

Ini memang benar benar terjadi. Setiap kali bangun tidur aku berharap ini semua hanya mimpi. Ternyata tidak, aku memang telah kehilangan dia. Aku benar benar terpuruk. Sudah tiga hari ini aku tidak bertemu dengannya. Sekedar untuk makan pun tidak, mungkin semua sepakat untuk membiarkan kita tidak saling bertatap muka. Ini sangat menyiksaku, sungguh. Menangispun sudah sangat lelah. Aku putus asa. Aku menyesal, aku ingin kembali seperti dulu. Atau seperti kita saat belum menyatakan perasaan satu sama lain.

Karena tiga hari ini aku hanya mengurung diri di kamar, ku putuskan untuk keluar. Kata Robin kita akan istirahat sebentar di pulau terdekat. Sempat aku bertanya pada Robin bagaimana kabar Luffy, katanya dia baik baik saja. Sudah kuduga, hanya aku yang seperti ini. Luffy pasti akan cepat melupakanku. Tidak sepertiku yang semakin hari semakin terpuruk.
"Namiiiiii, kau sudah sehat ?"
Aku tersenyum ke arah Chopper dan berjalan menghampirinya yang sudah duduk di meja makan.
"Makanlah yang banyak, hari ini kita akan belanja. Kau mau ku traktir permen kapas?" Tanya Chopper lagi.
"Itu kesukaanmu. Traktir aku baju, oke? Okeee! Deal"
"Asal itu membuatmu bahagia, Nami".
Aku tertawa bersama Chopper. Mendengarkan cerita bodohnya, sampai membicarakan kemarahan Zoro yang melihat Robin Franky yang bermesraan disembarang tempat. Hahaha ya sebaiknya aku tidak merasakan kesedihanku. Itu hanya menyiksaku sendiri.
"Namiiii swaaaaannn".
Sanji datang bersama dengan Usop dan Luffy dengan membawa kantong belanjaan mungkin berisikan bahan masakan. Entahlah, karena ku lihat Luffy tampak bersemangat dengan kantong yang dibawanya itu, apalagi kalo bukan tentang makanan. Ah iya Luffy, lelaki yang sangat kurindukan.
"Hari ini akan kumasakan steak yang enak, karena Nami swan sudah sehat". Sambung Sanji lagi.
"Terima kasih Sanji kun".
"Sanjiiiii, kenapa kau tidak adil sekali. Padahal aku yg membantumu membawa belanjaan ini semua. Kenapa hanya Nami yang kau masakan. Menyebalkan" rengek Luffy.
Astaga kenapa aku masih sangat berdebar mendengarkan rengekannya seperti ini ?
Usop sekilas tampak melihatku.
"Woy Luffy kau ini berisik sekali" jawab Sanji.
Sejujurnya aku bingung harus beraksi seperti apa sekarang.
Luffy berjalan menghampiri kursi tempatku dan Chopper sedang duduk. Ini sangat menyedihkan sekali bagiku melihat Luffy yang sudah biasa saja dengan situasi seperti ini. Kenapa hanya aku yang sedih? Kenapa hanya aku yang sampai terpuruk seperti orang gila??
"Kau sudah sehat, Nami?" Tanya Luffy.
Dia duduk di depanku.
"Seperti yang kau lihat". Jawabku singkat.
Aku berusaha untuk sebiasa mungkin melihat senyumannya saat ini. Ingin rasanya aku lari ke arahnya dan memeluknya. Aku kangen kamu, bodoh! :(

Aku akan menghabiskan waktuku hari ini untuk berkeliling dan berbelanja. Hari ini aku harus bahagia. Ya! Apapun yang terjadi, aku harus bahagia.
Robin dan Chopper memang tidak seru, mereka malah mampir ke perpustakaan kota dan menyuruhku untuk berjalan jalan sendiri. Memang sih tadi menawariku untuk ikut keperpustakaan, tapi bukankah itu lebih membosankan? Mendingan aku jalan sendiri dong sambil cuci mata.
"Biar kubawakan".
Tiba tiba saja tas belanjaanku diambil oleh seseorang bersuara berat. Reflek aku menoleh dan hampir berteriak, ternyata si rambut hijau.
"Kau mengagetkanku".
"Tadi kau bersama Robin & Chopper. Kenapa jadi sendirian?"
"Mereka di perpustakaan. Bukannya senang, aku malah mati bosan di sana. Kau sendiri? Jangan jangan kau tersesat lagi?? Zoroooo kau ini buta arah, dasar bodoh".
"Siapa yang kau sebut buta arah???! Aku ingin jalan jalan saja. Tadi bersama Brook, tp Brook malah menghilang" bela Zoro.
Dan alhasil aku berjalan jalan bersama Zoro. Lumayan ada yang membawakan tas belanjaanku. Hahaha ..

Di sepanjang perjalanan pulang ke kapal, aku dan Zoro bercerita tentang hal yang tidak begitu penting. Dan anehnya, Zoropun tidak membahas sama sekali tentang Luffy. Bagus sih, tapi aneh aja. Semuanya juga seperti itu. Mungkin memang mereka tidak enak hati padaku.
"Zoro, kau yang dekat dengan Luffy. Apa dia baik baik saja?"
Akhirnya kuberanikan diri bertanya pada Zoro.
"Baik. Ada apa? Kau masih menyukainya?"
Aku hanya diam saja.
"Bersikaplah seperti saat kamu belum berpacaran dengan Luffy. Itu lebih baik" sambungnya.
Bukankah itu permintaan yang sulit? Bagaimana bisa ????
"Luffy menyuruh kita semua untuk tidak membicarakan apalagi menanyakan tentang hubungan kalian. Apalagi menanyaimu. Katanya anggap saja tidak terjadi apa apa. Ya seperti itu lah intinya".
Aku hanya diam, mengutuki diriku sendiri kenapa harus menanyakan ini semua pada Zoro. Luffy saja ingin benar benar melupakanku, kenapa aku masih sangat berharap dia kembali lagi padaku.
"Sudahlah, Nami. Kau harus melupakannya".
Benar. Aku harus melupakannya. Dia itu memang harus dilupakan secepatnya.

"Terima kasih, Zoro"
Aku mengambil tas belanjaanku dari tangan Zoro.
"Hutangku lunas kan, Nami?"
Aku memukul kepala Zoro tanpa basa basi.
"Dasar wanita kejaaaan?!"
Aku yang tadinya sudah masuk ke kamar, kemudian berjalan mendatangi Zoro lagi.
"Lain kali ku traktir minum" kataku.
Zoro tersenyum dan mencubit pipiku.
"Sakiiiittt bodooooh?!" Teriakku.
Zoro tertawa puas melihatku kesakitan sampai akhirnya tiba tiba dia menghentikan tawanya ketika Luffy berjalan yang mungkin akan melewati kita. Karena aku sedikit sebal dengan Luffy, aku ingin memberinya sedikit pelajaran. Aku ingin membuatnya cemburu dengan melihat kedekatanku dengan Zoro.

Tanpa basa basi, aku menarik tangan Zoro untuk kubawa masuk ke kamarku. Tanpa melihat kebelakang, kupaksa Zoro untuk mengikutiku berjalan sampai kamar. Saat aku menutup pintu kamarku, aku sangat kaget melihat orang di belakangku ternyata bukan Zoro tapi Luffy?!!! Luffy tampak bingung melihat tingkahku yang tiba tiba menarik tangannya. Cepat cepat ku lepaskan tanganku darinya, dan membuka pintu kamar agar Luffy segera keluar. Tapi aku kalah cepat. Pintu kamarku ditahan oleh Luffy. Aku sangat malu, kenapa aku salah menggandeng tangan orang siiiihhh?? Padahal tangan Zoro juga sangat berbeda dengan tangan Luffy.
"Keluarlah. Aku salah menarik orang" kataku tanpa melihat kearah Luffy.
Luffy masih tetap diam. Dia memajukan badannya menjadikan jarakku dengan dia semakin sempit.
"Aku mengkhawatirkanmu" katanya lirih.
Pertahananku sedari tadi pagi akhirnya runtuh juga. Aku kembali meneteskan air mataku.
"Jangan sakit, ku mohon. Itu jauh lebih menyakitiku melihatmu sakit" katanya lagi.
Aku hanya bisa menundukkan kepala dan membiarkan air mataku jatuh.
Luffy membungkukkan badannya, mensejajarkan tingginya denganku. Lagi lagi dia yang menghapus air mataku.
"Aku sama tersiksanya".
Aku memberanikan diri melihatnya. Dia tersenyum hangat sambil tangannya merapikan rambutku yang berantakan. Luffy memajukan wajahnya, dia mencium kedua mataku yang mungkin sudah sangat bengkak ini.
"Kenapa kamu masih tetap cantik ketika menangis sih? Tapi aku lebih menyukaimu ketika kamu memarahiku atau tersenyum padaku. Itu jauh lebih cantik" sambungnya lagi.
Kali ini aku benar benar sudah gila, aku memegang pipinya dan mencium bibirnya. Luffy hanya diam. Saat hendak ku lepaskan, tangannya melingkar ke pinggangku dan dia membalas ciumanku.
"Maafkan aku" ucapnya yang masih menciumiku.
Responkupun hanya anggukan kepala tanpa melepaskan ciumannya. Aku sangat menginginkan Luffy dan maafkan aku teman teman, aku tidak bisa membiarkan Luffy meninggalkanku.

My Captain ! Where stories live. Discover now