Sebelas

720 54 7
                                    

Semuanya sudah berkumpul. Saat ini Sanji sedang menjelaskan panjang lebar pada mereka. Chopper terus memandangku dengan tatapan mata sedihnya. Sebaliknya, Zoro dan yang lain terlihat tidak percaya. Dan Luffy? Dia hanya diam saja.
"Bisa kalian jelaskan?" Kata Usop sambil melipat tangannya di dada.
Aku mengambil nafas panjang, saat akan membuka suara Luffy memegang tanganku. Mengisyaratkan agar aku diam saja.
"Maafkan aku teman teman, ini murni kesalahanku. Aku kaptennya jadi aku yang akan bertanggung jawab" kata Luffy.
Luffy menundukkan kepalanya, melihatnya seperti ini membuatku hancur berkeping keping.
"Kapan kalian berpacaran?" Sambung Robin.
"Entahlah. Sudah lumayan lama, hampir 1 tahun ini" jawab Luffy.
Aku masih bungkam.
"Aku tidak tau harus berkomentar apa. Kau kapten kami dan Nami salah satu krumu. Terserah kalian berdua saja" sambung Zoro lalu keluar dari ruangan panas ini.
"Woy marimo! Mau kemana?" Teriak Sanji.
Ruangan hening lagi. Aku juga tidak tau harus bagaimana. Meminta maaf? Apakah berpacaran hal yang salah? Entahlah ..
"Kapten ini adalah keputusanmu. Jadi aku akan mendukung apapun pilihanmu" Sambung Robin sambil tersenyum.
"Tapi Nami itu anak buahnya, Robin" Saut Usop.
Aku terus mendengar perdebatan Robin dengan Sanji Usop. Franky, Brook dan Chopper hanya diam. Luffy juga hanya melihat perdebatan yang sedari tadi membawa bawa namanya.
"Sudahlah teman teman. Kalian kembalilah, aku akan bicarakan ini dengan Nami".
Mendengar Luffy yang tiba tiba bersuara, semuanya menjadi diam. Aku hanya menoleh kearahnya, sudah kupastikan dia akan mengakhiri hubungan kita. Aku merasa benar benar pesimis sekarang.

Tersisa hanya ada aku dan Luffy. Tidak ada satupun dari kita yang bersuara. Dia meraih tanganku, digenggam sebentar lalu dilepaskan lagi.
"Kita akhiri saja ya?"
Suara Luffy terdengar lebih santai daripada tadi saat bersama yang lain.
Aku tidak menjawabnya, hanya menunduk menahan air yang akan keluar dari mataku.
"Nami, tidak ada yang berubah dariku. Aku akan tetap menjadi orang yang melindungimu. Dan kau tau?" Kata Luffy sambil mengangkat wajahku yang sudah basah karena tangisanku.
"Percayalah padaku" kata Luffy dengan senyuman khasnya.
Tangan Luffy bergerak menghapus air yang membasahi pipiku. Dia masih dengan senyuman bodohnya itu, padahal hatinya pun pasti sedang sangat terluka.
"Kemarilah" kataku sambil merentangkan tanganku, memberikan kode padanya untuk memelukku.
Luffy memelukku. Aku hanya mengusap usap punggungnya.
"Maafkan aku".
Suara Luffy bergetar, mungkin dia sekarang sedang matimatian menahan tangisannya.
Aku hanya menganggukan kepalaku. Luffy mempererat pelukannya. Dia sedang menangis. Memang benar kata Ace, Luffy ini cenggeng.

Setelah kejadian tadi, semuanya sudah kembali menjadi seperti biasa. Luffy pun sudah bermain main dengan Usop Chopper. Canggung masih ada, tapi ya sudahlah mau bagaimana lagi. Luffy dan aku sudah sepakat untuk berjaga jarak dulu. Bisa kalian bayangkan, setiap melihat Luffy aku selalu ingin menangis. Luffypun menghindari untuk bertatapan denganku.
"Panggil yang lainnya, makanan sudah siap" kata Robin menghentikan lamunanku.
"Baiklah" jawabku malas.

Kita semua makan malam dengan keadaan yang lumayan canggung. Hening tidak ada yang bersuara. Sanji yang biasanya menggodaku juga tampak tenang dengan makanannya. Entah dia marah atau merasa tidak enak hati denganku dan Luffy, aku juga tidak tau.
"Makanlah yang banyak" bisik Chopper yang duduk di sampingku.
Minum saja aku merasa tidak bisa menelannya, apa lagi makanan.
"Iya Chopper".

Karena aku berusaha menghindari Luffy, aku menawarkan diri pada Sanji untuk membersihkan piring piring kotor. Salah satu cara untuk move on memang harus menyibukan diri.
"Ada lagi Sanji kun?" Tanyaku sambil meletakan piring piring yang sudah kucuci.
"Sudah terima kasih. Duduklah Nami chan, ku buatkan coklat hangat untukmu"
Aku duduk di depan Sanji.
"Maaf ya Nami" Kata Sanji.
"Kenapa?"
"Membuat hubungan kalian seperti ini" sambungnya lagi.
Aku hanya menanggapinya dengan senyuman.
"Kukira Luffy akan mempertahankanmu, ternyata malah ... "
"Sudahlah Sanji kun, Luffy benar. Dia mementingkan semua kru kapalnya".
Sanji menyalakan rokoknya, menyedotnya lalu melepaskan asap dari mulutnya.
"Luffy sudah dewasa ya" katanya.
Aku hanya tertawa. Huhu tertawa diatas tangisanku sekarang.
"Dia membuatmu bahagia?" Tanyanya lagi.
"Sangat".

Aku berjalan ke klinik Chopper, kurasa aku membutuhkan obat tidur. Sudah semalam ini tapi kantukpun tidak kunjung datang padaku.
Aku mengetuk pintu klinik Chopper setelah itu membukanya. Orang yang beberapa jam ini sudah sangat kuhindari ternyata tertidur di sini.
"Ada yang kau butuhkan, Nami?" Tanya Chopper.
Aku memalingkan pandanganku yang semula melihat kearah Luffy, menjadi kearah Chopper.
"Kau mengagetkanku, Chopper. Aku butuh obat tidur"
Chopper menggelengkan kepalanya.
"Kau sama saja dengan Luffy. Minumlah coklat hangat setelah itu matikan lampu kamar dan tidur"
"Sudah. Tidak mempan padakuuuu" jawabku.
"Kau masih memikirkannya?"
"Memang mudah tiba tiba harus melupakan dia secepat ini????" Jawabku sedikit sewot.
Chopper tertawa sebentar, lalu menarikku untuk duduk.
"Luffy juga sama sedihnya kok. Dia sampai memohon untuk meminta obat tidur & ingin tidur disini saja".
Aku melihat ke arah Luffy sejenak.
"Minumlah, ini herbal. Tapi aku hanya memberimu hari ini saja" sambung Chopper lagi.
Aku mengambil obat dan kemudian pamit untuk ke kamar. Kepalaku sangat berat, menangispun aku sudah tidak mampu. Yang tersisa hanya sesak di dada. Ayolah Nami, kamu tidak kehilangan dia. Jangan buat Luffy semakin berat lagi kalau aku begini terus. Aku harus bisa lebih kuat. Ya, aku harus kuat !

"Nami .."
Aku menengok ke sumber suara yang membuatku menghentikan langkahku.
"Zoro ?"
Aku berjalan menghampiri Zoro yang sedang berjaga malam ini. Hari ini dia berjaga bersama Brook, tapi entah kemana perginya Brook karena hanya tersisa Zoro sendirian.
"Kau murung sekali, makanya jangan sok sokan jatuh cinta".
Aku menjitak kepalanya. Dia ini bukannya menghibur malah membuatku semakin kesal saja.
"Aku tidak menyangka si bodoh Luffy membuatmu patah hati seperti ini hahaha".
Lagi lagi aku memukul kepala Zoro. Ku rasa waktu Tuhan membagikan otak dia tidak ikut mengantri.
"Sakit Namiiiii".
Aku hanya diam, melihat lautan luas yang sekarang ini tampak sangat gelap.
"Zoro, kau pernah menyukai seseorang selama ini?"
"Entahlah. Tidak kurasa" jawabnya.
Aku menghela nafas panjang.
"Ah aku hanya pernah tertarik dengan perempuan. Tapi dia menyebalkan".
"Siapa? Kita mengenalnya?" Tanyaku.
"Hmmm mungkin. Kenapa malah jadi aku yang curhat sih???"
Aku hanya tertawa mendengar Zoro yang sedikit panik.
"Kenapa tidak kau kejar, Zoro?" Sambungku.
"Hey, Tashigi itu melihatku seperti melihat musuh bebuyutan. Bahkan aku tidak kepikiran cara mendekatinya".
Aku reflek melihat kearah Zoro dengan ketidakpercayaanku mendengarkan pengakuannya.
"Gadis angkatan laut, bawahannya smoker itu???!!? Kau serius????" Kataku tidak percaya.
Zoro seketika terkaget menyadari kalau dia keceplosan dengan kata katanya sendiri.
Zoro berusaha membungkam mulutku, tapi aku melawannya. Hingga terjadilah kejar kejaran antara aku dan Zoro. Hahaha ini benar benar hiburan sekali, Zoro menyukai Tashigi hahaha
Brukk!
Aku tersandung dan membuatku jatuh. Zoro dengan cepat menggendongku dan membawaku ke tempat Chopper. Ketika akan membuka pintu, Luffy sudah berada di balik pintu. Kulihat sekilas dia melihatku dan Zoro, dan buru buru Zoro mendorongnya sambil mengucapkan kakiku terkilir jadi dia harus menggendongku. Luffy hanya diam dan keluar dari klinik Chopper.

"Awas kalau kau sampai membocorkan rahasiaku" kata Zoro yang masih menungguiku diperban oleh Chopper.
"Iya iya. Bawel sekali sih. Pergi sana".
Zoro keluar & menyisakan aku disini bersama Chopper.
"Terima kasih Chopper"

Aku berjalan pincang untuk kembali ke kamar. Tiba tiba seseorang berbaju merah berdiri di depanku, dia berbalik membelakangiku & berjongkok.
"Naiklah".
Aku hanya diam & menuruti permintaannya. Disepanjang perjalanan menuju kamar kita hanya diam. Ku harap kamarku sedikit lebih jauh agar aku bisa memeluknya seperti ini. Bukankah sama saja digendong belakang dengan memeluknya dari belakang ?

Luffy menurunkanku sampai atas kasurku. Sebelum pergi, aku meraih tangannya untuk tinggal sebentar. Tapi dia lebih memilih untuk melepaskan tanganku & pergi tanpa sepatah kata. Robin yang tadinya sudah tidur, sekarang menghampiriku dan tidur di ranjangku.
"Sini peluk aku & menangislah sampai kau lelah dan tertidur".

My Captain ! حيث تعيش القصص. اكتشف الآن