1.3

7K 1.3K 333
                                    

anjim banget sumpah. hari ini kan gue ada piket kelas eh tapi gue ketiduran pas pelajaran terakhir dan gue ditinggalin dong. si arin juga nggak bangunin gue kampret banget emang. jadilah jam setengah lima sore gue masih di kelas nyapu ruangan yang kotornya macam kandang kuda ini. gue yakin yang piket barengan tadi cuma kibas sapu doang.

agak ngeri sebenarnya karena sendirian di dalam kelas. ditambah langit mendung, cocok banget buat setan-setan pada keluar. untungnya ada anak paskibra yang latihan di lapangan depan ya walaupun kelas gue di belakang tapi gapapa seenggaknya masih ada wujud manusia.

"na na na na na na na, " gue bersenandung lagu sit still, look pretty yang lagi rame di tik tak. gak hapal sih yang penting nanana aja udah. agak ngegas nyanyinya biar gak kerasa sepi.

"NOL NIKI NOL NOL—"

"berisik tau nggak. "

gue kicep karena ada suara dari pintu kelas. malu anjing teriak-teriak gak jelas eh ketangkap basah. gue pura-pura masang wajah kalem biar gak terlalu malu-maluin.

"ngapain disini? " tanya heeseung masuk ke dalam kelas gue.

gue gigit bibir karena masih merasa canggung kalo ketemu heeseung. dia duduk di atas meja guru yang lantai sekitarnya lagi gue sapu. hm, agak ngeselin ya. udah tahu ada yang lagi beberes ini malah nangkring seenak udelnya.

"misi, kakinya bisa diangkat gak? " gue noel kaki heeseung pake gagang sapu.

heeseung naikin kakinya dan diselonjorin ke meja siswa yang ada di depannya. jadi, pantat dia ada di meja guru sementara kakinya di meja siswa. ya benar sih kakinya diangkat tapi ini ngehalangin gue.

"eung, bisa turunin gak? gue gak bisa lewat, " gue senyum paksa. dulu sih bisa langsung getok pake sepatu tapi sekarang kan kita sudah berbeza.

kamu yang dulu bukanlah yang sekarang~

jantung gue serasa berhenti mendadak karena pergerakan yang heeseung lakuin setelahnya. dia ngurung tubuh gue di antara dua kakinya yang di tempatin di meja.

WOY KALO ADA YANG LIHAT BISA DIKIRA YANG IYA-IYA༼;´༎ຶ ۝ ༎ຶ༽

"seung, " gue pasang ekspresi melas. bukannya apa-apa tapi ini posisinya ambigu, ngen—dorse.

tangan heeseung yang mulanya nopang tubuh dirinya sendiri kini beralih menyilang di depan dada. heeseung deketin kepalanya ke telinga gue. otomatis gue nahan napas dan mejamin mata takut diapa-apain.

"kalo gue gak mau gimana? " bisiknya yang diakhiri dengan tiupan di telinga gue.

HUA MAMA, DENA PENGEN MENGHILANG AJA

gue dorong kaki heeseung secara kasar karena udah takut banget.

gubrak

"aw, babi kaki gue sakit, " gue noleh ke belakang dan lihat heeseung duduk di lantai sambil megangin kakinya.

gue buru-buru nyamperin heeseung dan jongkok di sampingnya. "sakit ya? duh maaf, " gue ikutan megangin kaki heeseung yang kayanya keseleo.

"lo dorongnya gak bilang-bilang. kan gue bisa persiapan dulu. "

gue ngerucutin bibir, "y-ya maap kan lo dulu yang mulai. "

hening kita berdua sama-sama canggung. gue berdehem buat menetralisir suasana di sekitar. apes banget sumpah, di luar udah gerimis.

"ekhem, t-terus gimana? "

heeseung ulurin tangannya ke arah gue. ini orang mau ngapain? mau berubah jadi drakuli?

"apa? " tanya gue.

"gendong gue lah. "

gue auto noyor kepala heeseung. enteng banget ngomongnya dikira gue apaan bisa gotong orang setinggi monas kaya dia.

"aw, kaki gue sakit dena. "

gue refleks ngelus kaki heeseung. kok goblok yang gue toyor kan kepalanya kok yang sakit kakinya. au ah otak gue lagi konslet.

"ah anjir sial banget gue har—"

DUARRR!





merdeka. g



gue spontan meluk heeseung karena suara gluduk yang kencengnya naudzubillah. lampu juga ikutan padam menyusul suara petir itu. mantap, hujan deras, listrik padam, masih di sekolah sama heeseung. kenyang penderitaan gue hari ini.

"badan gue anget ya? "

gue ngangkat kepala dan lihat heeseung yang naik-naikin alisnya. gue lepasin pelukan terus nata rambut gak tahu faedahnya apaan.

"kok udahan? masih terbuka nih, " heeseung rentangin tangannya.

gue berdehem dan berusaha berdiri.

krek!

HEH ROK GUE SOBEK!!!

apalagi ini hari ini sial banget gue. rok seragam gue kecantol paku yang ada di meja dan jahitan pinggirnya robek dari bagian bawah lutut sampe paha.

"d-dena, eum itu anu kelihatan, " heeseung nunjuk rok gue sambil nutupin mata pake telapak tangan.

gue ngacak rambut frustasi. malu banget😭

heeseung ngasihin jas almet yang dia pake masih dengan mata yang tertutup. "nih tutupin pake ini. "

"udah, " kata gue setelah selesai ngikat jas almet di pinggang gue. lumayan lah yang penting gak kelihatan.

heeseung buka tangannya yang nutupin mata. "bisa bantu gue berdiri?"

"gak bisa sendiri? "

coba aja tadi gue gak ketiduran pasti gak bakal gini jadinya. seumpama kalo heeseung gak aneh-aneh ngurung gue di antara kakinya pasti gue bisa nebeng pulang sebelum hujan.

"gak bisa kan gara-gara lo—"

oke daripada gue terus yang disalahin, akhirnya gue bantu heeseung berdiri dengan cara dipapah. bisa bayangin perbedaan tinggi gue sama dia. jadi gue harus usaha ekstra.

gue bantu heeseung buat duduk di kursi. karena bebannya lebih berat di dia, tubuh gue ikut ke dorong ke depan. untungnya gue sigap nopang tangan di ujung meja.

gue pengen mundur tapi dasi gue ditahan heeseung. jarak kita dekat banget sampe gue biaa rasain napasnya berhembus di telinga gue.

cup



















HEESEUNG KISSEU GUE😭

bukan di pipi sih tepatnya di rambut gue yang dekat dengan telinga.

gue tambah deg-degan bisa lihat wajah heeseung dengan jelas karena rambut gue yang diikat.

"i love you but i hate you. "

■□■□■□■□■

udah lama nggak buat adegan uwu semoga aja ngefeel.

tbc


musuh tapi pacaran ; heeseungWhere stories live. Discover now