☣️ [Part' Seven] ☣️

663 95 14
                                    

Marcus POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Marcus POV

"Maafkan aku."

Akhirnya kalimat itu sukses keluar dari bibirku. Seandainya saja, aku tidak termenung saat Kyungri berada di hadapanku.

"Tidak usah menyalahkan dirimu. Kau mencintai wanita itu, kan?"

Kini, mataku menatap Juhyun yang sedang menunduk memainkan jari telunjuknya.

"Dia hanya masa laluku. Kau istirahatlah terlebih dahulu. "

Saat aku ingin melangkah keluar, dua orang anak kecil membuka pintu dan berlari ke arahku dan Juhyun. Mereka adalah Jiao dan Kangjian.

Namun, ekspresi wajah Kangjian diam sembari berjalan pelan. Dia menatap Juhyun dengan wajah datarnya.

"Jangan sampai tertembak seperti Nayeon."

Perasaanku sangat tidak enak saat melihat bola mata Kangjian menatap Juhyun dengan pandangan kosong.

Jiao yang berada di sampingku, mengeratkan gandengannya.

"Dia bukan Kakak." gumamnya pelan yang hanya terdengar olehku.

Juhyun tersenyum dan mengelus puncak rambut Kangjian. "Apakah Kangjian mau memberi tahu Mama siapa Nayeon itu?"

Kangjian mengangguk dan menatap Jiao yang berada di belakang tubuhku.

"Itu Nayeon." ucap Kangjian, menunjuk Jiao sembari tersenyum.

Jiao menggeleng dan berteriak, "Tidak! Aku Jiao bukan Nayeon!"

Juhyun tertegun saat mendengar teriakan Jiao. Sedangkan Kangjian menatap Jiao marah. "Jiao jangan berbohong! Itu Nayeon yang berada di sebelahmu! Kakak sudah katakan, jangan sekali-kali menganggap Nayeon tidak ada! Dia saudara kembarmu! Baba dan Mama menyuruhku untuk melindungi kalian supaya selamat!"

Jiao menunduk dan masih memegangi tanganku. "Tapi, Nayeon sudah tiada ...." gumam Jiao.

Seketika perasaan tidak enakku tadi terbukti. Aku pun menatap Juhyun yang sedang menatapku juga. Dari gerak matanya, ia menyuruhku untuk mengantar Jiao dan Kangjian keluar untuk menghiburnya.

Marcus POV END

Juhyun segera mengambil ponselnya, namun ia berdecak kesal. Layar ponsel miliknya telah rusak karena insiden beberapa hari yang lalu.

Suara pintu kembali terbuka dan menampakkan Marcus. Dia masuk dan memberikan ponselnya pada Juhyun.

Setelah itu, dia segera pergi keluar. Seakan-akan Marcus tahu, apa yang akan Juhyun lakukan saat ini.

Juhyun mengambil ponsel Marcus dan mengetikkan nomor temannya. Wajah Juhyun mulai khawatir. Saat deringan telepon mulai terdengar, suara wanita segera menyapanya.

"Aku Juhyun. Irene-ah, aku ingin menjelaskan sesuatu hal yang penting dan kau harus mendengarnya dengan seksama. Kumohon ...."

Irene yang berada di seberang sambungan, segera menjawab perkataan Juhyun.

[S] Blood Rose : QBZ 95Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang