6

154 39 4
                                    

Para penghuni kelas 12 D minus Orion dan tiga serangkai versi gesrek duduk melingkar di depan kelas beralaskan karpet hijau legend yang bisa diubah jadi green screen mengelilingi makanan dan minuman yang diletakkan di tengah-tengah.

Orang-orang yang hampir semua tenaganya habis dikerahkan untuk membersihkan kelas melihat makanan dengan tatapan seakan-akan ingin melahap semua makanan yang tersaji sekarang juga, namun tak ada yang berani berhubung sang empu kelas belum membuka acara.

"Maaf, saya tadi dalam keadaan tidak mood. Jadi marah-marah sama kalian. Lagian, kan udah pada dewasa, tapi kenapa kelasnya gak dibersihin?" Firza memulai percakapan meskipun tahu jika sekarang anak-anaknya itu sedang kelaparan. Tak ada salahnya kan melatih kesabaran anak-anak?

"Biasa, guru kalian gitu. Orang lain gak mood karena bermasalah sama gebetannya. Lah ini? Gara-gara ending anime yang dia tonton gak sesuai ekspektasi. Gak keren gimana coba?" tutur Azam polos yang langsung ditanggapi oleh Abas.

"Ih, Bapak belum tahu gimana keselnya kejadian kaya gitu. Makannya ayo jadi wibu!"

"Tidak, terima kasih." tolak Azam mentah-mentah.

Tangan Azam terulur mencomot bakwan udang lalu memakannya dengan lahap.

"Tunggu apa lagi? Ayo makan! Makanan buat dimakan, bukan buat dipelototin"

Setelah Firza mengatakan itu, semua orang langsung mengambil cemilan yang ada di tengah. Mulai dari kue, puding, keripik, gorengan dan minuman. Semua diambil.

Anak-anak melahap makanan dengan wajah ceria.

Akira yang tengah asik memakan kue coklat melirik Oktav yang tak mengambil apapun. Dengan cepat Akira mengambil 1 potong kue yang sama dengannya dan puding buah.

Akira menyodorkan untuk Oktav.
Oktav menatap makanan yang disodorkan Akira, setelah beberapa saat baru mengambil dan memakannya.

"Terima kasih," ucap Oktav di setelah kunyahan pertama kue ditelan.

Akira tersenyum. Tanpa sadar Firza yang memperhatikan interaksi mereka ikut tersenyum.

"Guys, kue coklatnya enak banget. Kalian wajib beli ini! Pokoknya enak banget!" Isyana yang tengah sibuk dengan kegiatan live di Instagram nampak heboh sendiri. Beberapa kali dia menyorot orang-orang yang ada di kelas menunjukan pada teman-teman di sosial media. Tak ada yang keberatan dengan kegiatan Isyana.

Karena makan sambil berbicara, Isyana tersedak kue.

Isyana langsung mematikan livenya. Lalu memberi kode untuk diambilkan minuman. Dengan sigap Zoya memberikan sebotol air untuk Isyana. Wajah putih Isyana berubah merah, belum lagi air mata yang keluar dari sudut matanya. Ale mengeluarkan sapu tangan, tanpa ragu ia langsung menyeka sudut mata Isyana.

"Makannya, kalau makan jangan live. Kan kena batunya," ucap Ale dengan nada yang bisa sport jantung saking sopannya masuk di telinga.

Isyana mematung, Sedangkan Ale tersenyum ganteng. Tak lama para murid dan guru mereka serempak menggoda keduanya.

"Hmzzz, benih-benih cinta nih! Pajaknya dong!" Faza yang terkenal Frontal makin membuat suasana makin gak jelas.

"Ih, enggak. Udah ah, malu!" Isyana langsung membenamkan mukanya ke pundak Zoya. Zoya mengusap punggung Isyana karena gemas dengan kelakuan kanakan-kanannya.

Tanpa disadari, di tengah senyuman bahagia ada satu senyuman yang terpaksa.

Semua makanan telah habis. Begitu juga dengan bahan obrolan dan candaan. Setelah sampah dibuang dan kelas kembali ke keadaan bersih, anak-anak memutuskan untuk pulang karena matahari hampir tenggelam.

Sehabis mengunci pintu kelas, Firza langung pergi ke parkiran. Ia akan menumpang lagi pada Azam karena mobilnya tengah bersemayam di bengkel.

Azam yang tengah menunggunya langsung menghidupkan mobil ketika melihat Firza datang. Setelah Firza naik dan memakai sabuk pengaman Azam menginjak pedal gas dan mobil melaju membelah jalanan.

***

Sepuluh menit lagi bel masuk akan berbunyi. Hampir semua anak-anak di kelas 12 D sudah datang ke sekolah dan duduk manis di bangku mereka masing-masing.

Anak-anak dan Firza menyepakati jika hari setiap hari Rabu, jam tujuh lewat dua puluh menit akan diadakan evaluasi kelas.

Firza telah duduk di tahtanya sambil tebar senyuman sejuta watt. Sedangkan para siswa yang telah berdatangan duduk dengan rapi di bangku mereka menunggu Firza mengeluarkan ceramah paginya.

Merasa waktu semakin mepet, Firza masuk ke mode serius.

Raut wajahnya seketika berubah.

"Selamat pagi. Hari ini kita akan membahas kegiatan membersihkan kelas minggu kemarin." Firza memulai sesi ceramah pagi.

"Pagi." Anak-anak menjawab serempak.

"Bukannya kemarin saya sudah bilang untuk jangan pulang? Lalu kenapa masih ada yang pulang?" tanya Firza mulai melihat ke arah Orion.

Orion merasa salah tingkah sekaligus merasa bersalah karena waktu itu dia pulang duluan karena ada turnamen game online yang harus dia ikuti.

Tatapan Firza berpindah ke arah tiga manusia yang sekarang sedang ada di sudut kelas tanpa ada raut penyesalan.

"Oke, Orion, tiga serangkai, kalian maju ke depan!" perintah Firza.

Keempat orang itu maju ke depan kelas.

"Mau saya hukum gimana?"

"Suruh bersihin toilet pak!" Teriak kelas serempak.

Firza berfikir sejenak. Namun ia menolak usulan itu karena toilet sudah dibersihkan. Jadi, jika memberikan hukuman itu artinya mereka bebas dari hukumannya.

"Toilet sudah dibersihkan. Lu pada bersihkan perpus sana nanti sepulang sekolah!" kata Firza.

Orion mengangguk. Sedangkan ketiga orang itu diam tak beraksi.

Keempatnya kembali duduk di bangku mereka setelah disuruh Firza.

***

Jam pelajaran telah berakhir. Bel pulang berbunyi. Ketika anak-anak lain telah bubar, Orion dan ketiga orang itu masih duduk di kelas.

"Woi! Lu bersihkan perpustakaan sendiri! Awas aja jika berani ngadu sama guru sialan itu jika kami tidak membersihkan perpustakaan."

Orion mengangguk. ia masih sayang dengan kenyamanan sekolah tak berani melawan tiga serangkai gesrek. secara jika tak menuruti perintah mereka dapat dipastikan tahun tahun sekolahnya tak akan berjalan dengan damai.

Orang orang itu meninggalkan Orion sendirian. keluar dari kelas menuju base camp mereka.

Orion yang setengah kesal mengambil tas pergi ke perpustakaan untuk membersihkannya.

Kini ia menyesal karena telah melanggar perintah Firza kemarin. sebelumya ia menyangka jika Firza tak sungguh - sungguh dengan kalimatnya, namun kenyataan berpihak lain. Firza tak main-main dengan ucapannya.

Orion berjalan ke arah perpustakaan yang jaraknya cukup jauh dari kelas 12 D.

Bangun dengan ukuran cukup besar yang memiliki bangunan sendiri ada di depan Orion. Letak perpustakaan ada di dekat lapangan bola di samping pohon mangga yang jika berbuah buahnya akan langsung hilang diambil oleh para siswa.

Orion jarang sekali masuk ke dalam perpustakaan hingga ia lupa bagaimana bagian dalamnya.

Pintu perpustakaan ditarik Orion sehingga pintu kayu itu terbuka lebar memperlihatkan isi perpustakaan.

Ketika pintu terbuka, Orion langsung menutup mulutnya dengan telapak tangan tak percaya dengan keadaan isi perpustakaan yang sekarang ada di depan matanya.

***

Jumat 5 November 2021
22.21
Have a nice dream
See you

Kelas Siluman Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz