30

74 20 2
                                    

Hari pentas seni makin dekat. Kegiatan belajar mengajar sudah dihentikan selama 6 hari yang lalu, sekarang adalah hari terakhir persiapan yang artinya besok acara pentas seni SMA daun jatuh akan diselenggarakan. Memang, sekarang hari minggu, hari yang biasanya digunakan para siswa untuk leha-leha, tapi sekarang mereka harus ada di sekolah untuk mempersiapkan hal-hal yang perlu dipersiapkan, meskipun begitu tak ada raut wajah terpaksa dari anak-anak mereka melakukannya dengan senang hati.

Di lorong banyak sekali anak-anak yang memakai baju bebas karena ketika persiapan tidak diperbolehkan memakai baju seragam ke sana ke mari membawa kardus-kardus, kertas warna, cat, dan berbagai peralatan dan perlengkapan lain untuk menunjang persiapan mereka membuat stand di kelas masing-masing.

Akira membawa sebuah tumpukan kardus yang sangat tinggi hingga membuat tubuhnya yang kurang sedikit dari tinggi normal anak di seusianya sedikit kesusahan karena membawanya sendirian. Salahkan para sahabat titan-nya menyuruh Akira mengambil kardus yang sudah mereka bawa di gudang sekolah karena terjadi miskomunikasi di mana kardus yang seharusnya disimpan di kelas malah mereka simpan di gudang.

"Permisi kakak, air panas. Harap jangan menghalangi!" ucap Akira di sepanjang perjalannya agar orang-orang memberi space untuknya jalan.

Tiba-tiba beban yang dia bawa sedikit menghilang karena Oktav membawa hampir semua tumpukan kardus yang tadi Akira bawa, saat ini Akira hanya membawa satu kardus di tangannya.

Akira menatap Oktav dengan tatapan penuh rasa iri dan dengki. Bagaimana bisa kardus yang tadi berhasil menenggelamkan dirinya ketika berpindah tangan ke Oktav bahkan tingginya hanya sebatas dada dia. Kadang dunia memang tak adil, yang tinggi makin tinggi dan yang pendek tak pernah tumbuh lagi.

"Hump!" Akira menggembungkan pipinya hingga mengembung mirip nyonya Puff lengkap memalingkan wajahnya tak ingin melihat Oktav sok-sokan mau ngambek gara-gara tinggi badan.

Oktav yang sadar perubahan ekspresi Akira berjalan sedikit lebih cepat sengaja menghalangi jalan Akira hingga anak itu menghentikan jalannya dengan pipi yang masih dikembungkan.

Oktav menaruh sejenak kardusnya di lantai karena jiwa-jiwa jailnya mendadak datang.

Tangan dia terulur menyentuh pipi Akira lalu menariknya dengan gemas berulang kali.

Rasa lembut memenuhi tangan Oktav hingga membuat dia candu melakukan hal bodoh itu tak peduli dengan tatapan orang-orang di lorong yang sekarang mungkin menganggapnya orang aneh.

"Abang!!!!" Teriak Akira dengan keras. Tanpa pikir panjang Akira langsung menyenggol Oktav lalu mendahuluinya dengan perasaan yang sangat sangat kesal.

Oktav nyengir tanpa dosa melihat Akira. Ketika Oktav nyengir semua orang di lorong yang sejak tadi memperhatikan Oktav langsung seperti terbius. Oktav sangat jarang menampilkan ekspresi ini, jadi ketika dia memperlihatkannya semua orang akan klepek-klepek sama dia bak orang yang baru kena pelet cinta.

Sadar dengan ekspresi orang-orang, Oktav langsung kembali memasang wajah poker face. Dia mengambil kardus yang tadi sempat disimpan di lantai lalu bergegas menuju ruang kelas XII D.

***

"Gue kesel sama Bang Oktav! Fiks mulai hari ini kita bakalan musuhan!" Akira tiba-tiba masuk ke dalam kelas langsung masuk ke mode mak-mak julid yang hobi misuh-misuh.

Seluruh kelas yang sedang sibuk mengatur meja dan kursi berhenti sejenak dari kegiatan mereka untuk melihat Akira yang masuk ke kelas hanya membawa satu kardus tak lama Oktav masuk dengan kardus-kardus lain.

"Jadi? Kalian kenapa?" Abas dengan heran menatap mereka berdua.

"Kesel pokoknya. Tadi Bang Oktav cubit pipi gue di lorong kelas. Sakit banget loh!"

"Parah lu Tav, prilaku lo itu bisa masuk ke pasal penganiayaan terhadap anak!"

"Biarin!"

Oktav berjalan ke arah meja mulai membantu siswa lain untuk menyulap kelas menjadi kafe. Kegiatan yang tadinya sempat terjeda sejenak kembali berjalan. Akira juga sudah melupakan misuh-misuhnya, dia bergabung dengan Isyana, Faza sama Zara yang sedang membuat bunga dari keras lipat sebagai hiasan.

Siang berganti sore semua persiapan sudah hampir selesai yang tersisa tinggal membuat makanan buat besok yang akan dibuat malam ini juga.

Para siswa sekarang sedang berkumpul di depan kelas leha-leha bersabar pada tembok kelas karena kelelahan.

Bak seorang pahlawan yang datang menyelamatkan perut para siswa yang meronta-ronta minta diisi, Firza masuk ke kelas membawa dua kantong plastik besar yang berisi nasi kotak buat makan para siswanya.

"Nasinya kakak. Ayo dimakan!" ucap Firza meletakan kresek itu di depan anak-anak itu, dalam sekejap isi kresek pindah ke tangan anak-anak.

"Terimakasih pak, I Love you!" Ucap anak serempak. Sehabis itu mereka membuka nasi kotak lalu memakannya dengan lahap.

***

“Jadi buat masaknya kita bakalan kaya gimana?” Sehabis makan saatnya kembali bekerja bagai kuda buat mensukseskan acara kelas. pertanyaan itu dilontarkan oleh Akira karena dia orang yang bertugas untuk menjadi ketua bagi mereka.

“Gimana ya, kalau menurut gue tadi sih kita salah taktik. Harusnya jangan semua di sekolah buat nyiapin kelas, tapi ada juga yang di rumah buat masak.” Pemikran itu berasal dari Zara. Menurutnya jika cara kerja mereka seperti itu, maka pekerjaan akan cepat selesai dan tak perlu lembur.

“Nah iya. Kalupun mau masak mending mulai aja dari sekarang. Yang jadi masalah, ini masaknya mau di mana?”

Akira memikirkan jawab yang akan dia berikan kepada Akira. Setelah beberapa saat tiba – tiba terbesit sebuah nama yang rumahnya akan dijadikan korban untuk mereka bereksperimen dengan dapur.

“Rumah Pak Firza,” ucap Firza dengan semangat.

“Good job!” puji Arisa karena di balik sikap petekilan Akira ternyata dia bisa diandalkan untuk menjadi pemimpin yang baik.

“Baik, berhubung waktunya sudah mepet banget, gue sama Bang Oktav yang akan belanja. Yok ceweknya siapa yang mau ikut?”

Begitulah Akira. Dia tak pernah sungguh – sungguh ketika menyatakan dia marah kepada Oktav karena dengan cepat dia akan melupakannya secepat hilangnya uang ketika gajian.

“Gue sama Zoya! Dia suka belanja jadi udah hafal sama denah pasar!” tunjuk Arisa kepada Zoya.

Akira mengangguk setuju.

“Sorry gue sama Isyana bakalan pergi ngelihat sekaligus ngambil kostum buat besok. Kita bakalan terlambat ke sana oke!”

“Sip! Jadi semua sudah setuju dengan pembahasan kita tadi?”

“Setuju!”

“Setuju!”

“Setuju!”

“Eh ngomong – ngomong rumah Pak Firza di mana?” tiba – tiba Akira lupa menyakan satu hal penting yang seharusnya sudah sejak tadi dai bahas.

“Ya tanya lah!” Satya geregetan sendiri dengan pertanyaan Firza. Sedangkan orang yang mengatakan itu sedang tersenyum tanpa dosa

Rapat singkat sore hari mereka ditutup dengan hasil yang sudah disepakati.

Tim belanja sudah pergi ke pasar, tim kostum pergi ke butik, dan sisanya pergi ke rumah Firza setelah tadi mereka menanyakan alamat rumah Firza langsung pada sang empu yang langsung setuju jika rumahnya akan dijadikan tempat bereksperimen.

Minggu 3 April 2022
13.04
Have a nice day
See you :)

Kelas Siluman Where stories live. Discover now