32| Kembali

209 21 13
                                    

Seminggu sudah Fatim meninggalkan rumahnya, ia memiliki niat kalau nanti siang ia akan pulang kerumahnya. Bukan suatu kemauan yg dirinya ajukan untuk kembali kerumah melainkan karena ia tidak mau membuat semua orang khawatir akan keadaan dirinya, ditambah lagi ia tidak mengaktifkan ponselnya sejak pertama kali ia sampai di apartemen ini.

"Tidak akan buruk, Fatim. Mereka tidak akan memarahimu karena kamu kabur dari rumah" ucapnya pada diri sendiri.

Ia memandang handphonenya yg tergeletak tak berdaya diatas nakas, tadinya ia tidak berniat untuk menyentuh benda tersebut namun otaknya terus meminta untuk segera mengaktifkan handphonenya.

Saat handphonenya sudah menyala ia pun langsung menatap layar tersebut yg tidak ada hentinya memberi notif mau pesan ataupun telpon.

Ia tertawa singkat mengingat betapa bodoh dirinya itu sampai dengan nekat untuk kabur dari rumah.

"Lu emang bodoh, Fatim. Mungkin kalau ada ajang kebodohan lu pasti masuk nominasi dan memenangkan itu. Kabur dari rumah adalah sikap yg pengecut" ucapnya sambil tertawa diatas kebodohannya sendiri.

"Dann yaaa, gua emang pengecut" lanjutnya dengan senyum tanda meremehkan dirinya.

Ting...

1 pesan masuk yg cukup membuat lamunannya terhenti dan menatap layar handphonenya tersebut.

Kak Sohwa. 1 nama yg terus-terusan menanyai kabarnya, padahal dirinya sudah memperingatkan agar tidak usah repot-repot mencarinya, tapi kakaknya itu tetap mencari sampai ia memutuskan untuk diam menunggu kepulangan adiknya itu.

'Fatim... Syukur handphone kamu udah aktif lagi, Atim dimana sekarang? Cepet pulang yaa, jangan gegabah nyari musuh buat pelampiasan kamu, kak Sohwa mohon. Jaga diri baik-baik, kalo mau pulang, langsung pulang jangan keluyuran kemana-mana lagi' tulisnya

"Kak Sohwa.... Orang yg sangat keras kepala selain Atim sendiri, ga peduli apapun didepannya kalo udah ada sangkut pautnya sama Fatim. 1 pertanyaan yg selalu ada di benak Fatim, 'Kenapa kak Sohwa selalu nekat buat nolong Fatim?'" tanyanya seakan-akan kakaknya itu sedang ada didepannya.

Ting...

1 pesan lagi masuk yg kini nama abangnya lah yg tertera disana, dirinya sangat malas sebenarnya membaca notif tersebut karena pasti kebanyakan ancaman yg diberikan oleh abangnya itu.

'Woyyy!! Gimana acara kabur lu? Keren?? Engga bodoh!! Sikap lu bikin semua orang khawatir, emang lu ga nyadarin itu? Oh iya pasti engga, karena lu adalah orang yg males denger omongan orang lain. Cepet pulang, jangan bikin kak Sohwa nambah bersalah karena kamu kabur. One more.... MOBIL GUA BALIKIN CEPET... BISA-BISANYA LU YAA KABUR BAWA MOBIL GUA TANPA IZIN, JANGAN HARAP LU PULANG KERUMAH DENGAN AMAN!! GUA BISA AJA LACAK KEBERADAAN LU LEWAT KEBERADAAN MOBIL GUA ITU, JADI JANGAN KAGET KALO NANTI GUA NYUSUL LU BUAT AMBIL PAKSA MOBIL GUA. JANGAN SAMPE LECET TUH MOBIL, GUA GA PEDULI LU BALIK MAU ABIS RIBUT APA KAGA, YG PENTING MOBIL GUA UTUH TANPA BARET SEDIKITPUN. NGERTI?!!'

Fatim sedikit terkekeh pelan, abangnya itu lebih peduli dengan mobilnya dibanding dengan keadaannya sekarang. Payah emang abangnya itu.

"Bakal gua ancurin bang, liat aja" ucapnya dengan seringainya

Ting....

1 pesan lagi masuk, ia tau dari siapa pesan tersebut karena suara notifnya berbeda dari yg lain.

Buru-buru ia baca sebelum notif itu tertumpuk oleh chat yg lain. Ia tidak membuka chatan itu, tidak sekalipun dengan chat dari kakak dan abangnya. Ia cuma membaca lewat notif tanpa niat untuk membuka aplikasi tersebut, membuka saja ia malas apalagi membalas.

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang