62| Berakhir?

194 23 12
                                    

Hehe sorry jarang up:)
Author baru selesai bikin laporan PKL kemarin+lagi sibuk ngurusin MPLS hehe maap kann..
.
Gimana MPLS nya? Seru? Yaa engga lahh kan daring wkwkwk, tapi gapapa semangatt..

_________________________
****

Pintu utama rumah Thariq dibuka lebar dengan suara yg terbilang cukup kencang, itu bukan karena angin melainkan karena ada seseorang yg membukanya secara paksa.

Atta berserta adik-adiknya yg kebetulan sedang berkumpul disana pun langsung berdiri cepat menghampiri asal suara.

Seketika mereka terpaku menatap beberapa orang dihadapannya, apakah ini sudah akhir dari semuanya? Mengapa waktu begitu cepat mempertemukan mereka kembali disaat-saat genting seperti ini.

"Kita bertemu lagi Mr. Akalanka" ucap salah satu dari mereka

Atta menatap geram orang itu, sementara orang dihadapannya dengan santainya membenarkan tatanan jas kebanggaannya serta melepas kacamata hitam yg bertengger manis di hidung pria tersebut.

"Brilliant!"

Seorang wanita disampingnya menepukan tangannya berkali-kali.

"Sedang bersiap untuk melakukan sesuatu yg heroik, hm? Kerja bagus, saya jadi tidak cape-cape mengumpulkan satu-persatu kalau begitu" ucapnya lagi

Tangan Atta mengepal kencang, kuku-kuku jarinya seakan menusuk telapak tangannya.

"Serahkan anak itu sekarang"

Atta memalingkan wajahnya disertai dengan kekehannya. "Tidak akan Atta biarkan kalian mengambilnya"

"Heh bocah! Jangan membuang waktuku untuk sesi basa-basi ini, cepat berikan anak itu dan masalah ini selesai"

Sohwa menggelengkan kepalanya tanda meremehkan, "Masalah selesai? Masalah kalian yg selesai atau hidup Fatim yg selesai?"

Pria yg diketahui adalah Papi dari mereka pun bergerak maju untuk mencari targetnya, ia tidak suka basa-basi seperti ini. Menurutnya sangat menyita waktunya.

"Dimana Z?!" ucapnya sambil mencengkeram baju bagian depan Atta

"Dimana Z?! Jawab!"

Atta membungkamkan mulutnya, walau nyawa taruhannya ia tidak akan menyerahkan adiknya begitu saja.

Bugh!

1 tinjuan kuat berhasil mengenai pipi kirinya yg membuat dirinya jatuh tersungsur.

"Pergi dari sini, Z ga ada sini"

Sang Papi kini menatap anak ke-4 nya. Thariq. Anak itu terlihat santai seperti tidak terjadi apa-apa, tapi gemeletuk gigi disertai rahangnya yg mengeras merupakan suatu tindakan yg menunjukan kalau anak itu sedang menahan emosinya.

"Dengan modal apa kamu berani berbicara seperti itu" nada dingin sang Papi mulai menyeruak didalam ruangan tersebut.

"Dia ga ada disini" ucap Thariq lagi

"Kalian ga ada hak untuk kembali mengurusi masalah ini, bawa pergi semua bawahan kalian dan jangan datang lagi kesini" ujar Iyyah sambil menekankan kalimat terakhirnya.

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang