19

277 13 0
                                    

Zico melempar kertas itu tepat di wajah Shiren. Membuat gadis itu menatapnya bengis, tetapi begitu dia tahu jika pelakunya Zico, wajahnya justru mengembangkan senyum.

"Harusnya lo sadar, orang kayak lo gak pantes buat punya temen."

Zico menatap jijik ke arah Shiren, sedangkan Shiren masih saja tersenyum menanggapi segala hinaan yang dia lontarkan.

"Lo sama Nana itu beda jauh. Dia baik, bukan kayak lo. Lo mau semua orang peduli sama lo? Mimpi!" ucap Zico pedas.

Shiren masih tersenyum. Dia tahu, Zico seperti itu karena terlalu khawatir tentang kesehatan Nana, orang yang sangat dia cintai.

"Orang kayak lo bahkan gak pantes buat hidup. Nyusahin. Gak guna. Beban." Zico semakin menekankan ucapannya. Melihat Shiren yang masih tersenyum membuatnya semakin membenci gadis itu.

"Sebenci apapun lo sama Nana, itu gak akan ngaruh buat Nana. Mereka yang menyayangi Nana itu pake hati, mereka peduli sama Nana karena Nana juga peduli sama mereka. Lo itu egois, bego, tol*l, bodoh."

Shiren menggelengkan kepalanya, masih dengan senyum di kedua sudut bibirnya. "Aku cinta sama kamu." Rasa cinta yang dirinya miliki benar-benar membuat gadis itu seolah buta dan tuli atas semua perlakuan dan perkataan tak manusiawi dari pria itu.

"Gue merasa terhina karena dicintai oleh makhluk semenjijikan lo."

Shiren menatap orang-orang disekitarnya. Kini mereka semua menjadikan dirinya sebagai tontonan gratis, harusnya yang merasa terhina itu dirinya, tetapi ini, justru Zico yang merasa terhina. Shiren terkekeh pelan.

"Aku merasa beruntung banget karena bisa jatuh cinta sama kamu. Jatuh cinta buat aku itu gak gampang, tapi kamu dengan gampangnya membuat aku jatuh cinta."

Zico mengepalkan tangannya. Jika tidak mengingat bahwa Shiren adalah perempuan, maka sudah dipastikan gadis itu sudah babak belur.

"Gue gak pernah minta lo jatuh cinta sama gue. Rasa cinta lo itu hadir, cuman karena lo baperan. Gue bahkan gak yakin kalo lo cinta sama gue, lagian siapa yang gak kenal sama lo? Cowok mana yang gak deket sama lo?"

"Kenapa nanyain? Kamu cemburu?"

Zico memalingkan wajahnya. "Gak usah ngimpi!"

Shiren maju satu langkah. Membuat Zico ikut maju satu langkah. Membuat jarak antara mereka semakin menipis.

"Lo adalah cewek paling menjijikan yang pernah gue lihat."

"Dan kamu adalah cowok terbaik yang pernah aku temui."

Suara Zico dan Shiren saling bersautan. Baik Dimas ataupun Rafa, tak ada yang berniat melerai hubungan mereka. Bagi mereka semua, yang terjadi antara Zico dan Shiren adalah sebuah pertunjukan.

"Sorry, gue terlalu subhanallah buat lo yang astaghfirullah."

Shiren mengangguk setuju. "Kamu begitu Subhanallah buat aku yang hanya bisa bilang astaghfirullah."

Zico membulatkan matanya tak percaya dengan jawaban yang Shiren katakan.

"Berhenti jatuh cinta sama gue! Cinta lo itu gak ngotak!"

"Aku mencintai kamu pake hati, bukan pake otak, makanya cinta aku gak ngotak tapi ngehati," ucap Shiren ngawur.

"Bisa lo berhenti ngomongin cinta, gue enek dengernya."

"Dari kuping langsung ke lambung, kenapa gak mampir ke hati dulu sih."

"Sinting!"

"Hah? Kalo aku gak salah denger kamu tadi bilang 'piring' kamu laper?"

Kak, Aku Kecewa (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang