Chapter 15

3.5K 305 7
                                    

"Peluk aku seerat-eratnya, Kak, buat ngewakilin kak Aris yang gak ada di sini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Peluk aku seerat-eratnya, Kak, buat ngewakilin kak Aris yang gak ada di sini."

🌹🌹🌹



"Emm ... Ma, Pa. Kalau semisalnya Angga nanti punya calon istri yang lebih tua dari Angga, gimana? Kalian setuju gak?" Si anak tengah mengeluarkan pertanyaan sesaat setelah sarapan pagi selesai.

Tidak biasanya, keluarga itu menyelesaikan sarapan bersama tanpa ada yang selesai lebih dulu.

Marisa dan Hasan saling melempar pandang mendengar pertanyaan anak kedua mereka. Hingga Hasan mengambil peran sebagai panutan semua anaknya, ia menatap Angga. "Tentu, kami pasti setuju kalau Angga udah yakin itu yang terbaik untuk Angga."

"Lagian umur itu hanya soal angka," tambah Marisa, "kalau calon istri kamu lebih tua dari kamu dan dia mempunyai sikap yang dewasa mama pasti setuju. Kamu yang childish gini emang harus dapet pasangan yang bisa jadi pembimbing. Emang siapa, sih, calonnya? Kamu udah punya?"

Mata Angga melirik Raisya, setelah mendapat anggukan ia beralih pada Aris. "Incaran Angga dulu, Ma. Katanya sekarang dia lagi otw putus sama pacarnya." Raisya sudah menceritakan tentang bagaimana hubungan Aris dan Laura pada Angga.

Bukannya tak bisa menjaga rahasia, tapi ini penting untuk keberlangsungan rencana mereka berdua.

"Loh, siapa?" tanya Marisa.

"Aku tahu, aku tahu." Raisya mengangkat tangannya, "Pasti kak Laura, ya?"

"Wah, Sya. Emang gak akan ada yang ngalahin ilmu cenayang kamu." Angga bertepuk tangan.

Aris menegakkan kepalanya saat nama Laura di sebut, ia menatap datar Angga dan Raisya yang tampak sedang merencanakan sesuatu. Rasa aneh itu kembali muncul, rasa tidak rela saat nama Laura disebut oleh laki-laki lain, tapi saat gadis itu bersamanya ia malah mengecewakannya.

"Loh, Ngga?" Hasan menatap Angga heran, "Laura pacar kakakmu itu?"

"Iyap Papa benar," jawab Angga. Ia mengambil segelas air putih, menyodorkannya pada sang ibu, "bacain doa Ma, doain Angga supaya berhasil."

"Ye dasar DILANda kemarau," celetuk Raisya sambil terkekeh mendengar kakaknya menirukan ucapan tokoh laki-laki disebuah film. "Nah, buat mama papa yang kelihatannya bingung, biar Raisya jelasin."

"Jadi, tadi Raisya gak sengaja denger kalau Kak Aris sama kak Laura ... break."

"Dan, menurut Angga. Break itu cuman pengulur waktu putus, jadi halal dong kalau Angga bergerak dari sekarang biar gak keduluan orang lain," ujar Angga, "lagian kata mama, mama mau kak Laura jadi menantu mama. Berhubung kayaknya bang Aris gak bisa, biar Angga aja, supaya mama gak sedih."

Titik Jenuh [S E L E S A I]Where stories live. Discover now