12 - Isi Hati

2.4K 449 105
                                    

"Makasih banyak.. pangeran Jay,"

Ucap Jake sambil menunduk dikit. Agak.. gimana ya. Kepikiran kalau Jay itu jodohnya, soalnya dia sesuai kriteria dan baik. Tapi gimanapun.. rasanya hatinya masih agak.. gimana gitu. Susah Jake jelasinnya juga.

Melihat Jake yang masih murung, Jay menaikkan tangan dan mengusap rambut Jake pelan,

"Sudah, yuk. Jangan sedih terus. Kamu kan biasanya paling jago bikin orang ketawa, masa iya sekarang cemberut terus," Ucapnya dengan sorot mata yang perhatian. Niatnya menenangkan. Soalnya bagaimanapun Jay merasa kayak dia juga terlibat. Dia ngerasa bersalah karena tadi diem aja pas cowok itu narik narik Jake padahal sudah kelihatan kasar. Mangkanya dia berusaha menghibur Jake kembali.

Jake senyum kecil. Matanya masih lihat ke pergelangan tangannya yang sudah dibalut perban oleh Jay. Gimanapun rasanya masih agak shock.

Jay lihatnya makin nggak enak hati, maka dia menyentuh pundak Jake pelan,

"Jake.. kamu sudah makan belum? Kalau belum, makan dulu disini ya, biar ada tenaga," Ucapnya.

Jake menggeleng kecil,

"Sudah.. kok. Makasih ya," Ucapnya.

"Oh, baguslah kalau gitu," Jay senyum dikit, memandangi Jake, "Kamu mau aku anter? Rumah kamu dimana biar aku anter, hm?," Tanya Jay.

Jay pikir lebih baik dia antar Jake sampai rumahnya. Supaya nanti cowok yang tadi nggak bisa dateng dan ngelakuin sesuatu ke Jake lagi. Tapi dia belum tahu rumahnya, mangkanya dia tanya.

Tapi Jake nggak kunjung menjawab. Dia malah semakin nunduk lalu kelihatan kayak meremat jarinya sendiri. Kelihatan kayak.. ketakutan.

"Kenapa, Jake?," Tanya Jay khawatir, sambil memegangi lengannya pelan.

"Enggak..," Jawab Jake dengan suara serak.

Jay kaget karena suara Jake serak lagi. Kayaknya ini dia nangis lagi.

"Kamu nangis lagi?," Tanyanya panik sambil memegangi pundak Jake yang menunduk.

Ditanya seperti itu Jake langsung makin nunduk dan nggak bisa nahan tangis sambil membenamkan wajah diatas lututnya.

Jay langsung panik dan menarik tubuh Jake ke pelukannya. Lalu mengusap usap punggung Jake masih agak panik,

"Jake..,"

Mata Jay memicing agak marah. Dia benar benar nggak tega dengan Jake. Sepertinya tadi cowok itu sudah keterlaluan, kok sampai Jake jadi shock berat begini.

"Kamu bilang ya, rumahnya dimana. Nanti aku antar, jangan takut. Nanti aku jagain kamu," Ucapnya sambil terus mengusap usap punggung Jake.

Rumah?
Lo gabisa anter gue..

Pikir Jake, nggak kuasa nangis didepan Jay lagi walaupun dia nggak mau. Saat Jay tanya rumah, jujur itu bikin dia mencelos. Rumahnya disini nggak ada, dan cuma rumah Sunghoon yang biasanya jadi tempat bernaung. Tapi ya gimana? Gabisa kan pulang kesana..? Terus sekarang dia harus pulang kemana..?

Melihat Jake yang tak kunjung menjawab, Jay melepaskan pelukannya dan memegangi kedua pundak Jake, lalu menatap matanya lekat lekat,

Sunghoon is Better Than Immortality √ Sungjake | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang