Fi-Lo-Tee-Mo

50 8 0
                                    

Ice.

Kalian boleh panggil aku begitu. Hanya seorang penulis suka-suka dibawah percetakan yang terkenal sangat tidak, tidak terkenal pun juga tidak.

Beberapa hari yang lalu bosku memberi titah lagi untuk membuat sebuah cerita segar yang menarik. Selama 2 hari ku obrak-abrik pemikiranku. Tak kunjung juga ada yang menyantol.

"Tidur dulu bro! Dua hari depan layar komputer mulu!"

"LAH, DICUEKIN! Kurang ajar memang."

"Apa?" tanyaku akhirnya.

"Kau bisa mendapatkan inspirasi kalau kau sudah tidur."

"Oh.."

"Aku serius, Ice. Kau sudah seperti mayat hidup." Sangkal Taufan balik. Ya, itu namanya.

"Aku harus selesaikan segera tugasku. Hahhh..."

Ya Tuhan, kepalaku sudah sangat sakit.

"Kau mau ku kasih ide tidak?" Tiba-tiba saja dia mendekat. Aroma kopi dari gelas yang digenggamnya menyosor tak sopan ke dalam indera penciumanku.

"Apa?"

Tangannya bergerak menunjuk jam, memperagakan orang yang sedang tidur, kemudian menunjuk ke arahku.

"Tadi malam kau merengek buat ku ceritakan kisah hidupnya teman-temanku. Ternyata untuk ini dan itu tidak mempengaruhi ego minatmu."

"Itu kopi apa?"

"Mocca. Kau mau dengar tidak idenya?" Taufan berdecak kesal.

"Maaf. Oke, lanjutkan yang ingin kau katakan." Ucapku karena sempat kehilangan fokus.

"Bagaimana kalau kau coba untuk mengangkat kisah hidupmu sendiri. Kan bagus tuh, pembaca pasti bakal penasaran kalau itu berdasarkan  true story."

"Seperti ini." Dia mulai menuliskan sesutu di sebuah kertas, "Nama samarannya Angin. Nama aslinya Taufan. Sosok tarzan di kehidupan nyata yang tidak tau apa-apa mengenai kehidupannya..., mungkin?." 

"Heh, kau mau bantu aku atau bantu dirimu sendiri sebenarnya?" Aku mendengus kesal.

"Next."

"Apa?"

"Ceritamu."

"Tidak mau."

"Apa kau tidak lihat aku sedang membantu mu? Ceritakan segera!"

"Membantu dari mana." Cemohku.

Taufan menendang kursiku pelan. Serius aku butuh ide, kenapa aku jadi beri ide sama orang lain?

Mau sampai kapan aku terus mengetik-menghapus, mengetik-menghapus huruf begini?

"Dahlah. Kau tak membantu. Kembali ke kursimu sana!"

"Heh, aku serius mau membantumu lah!" Manik safir milik Taufan membola ke arahku.

"Heh, aku juga serius tidak butuh bantuan mu lagi lah!" Akupun ikut melototinya.

Kami diam beberapa saat.

"Sorry."

"Ck, nda ada 'sorry-sorryan'! Sekarang ceritakan saja kehidupanmu. Biar bisa ku bantu selesaikan titah si bos."

Kembali aku termenung. Sebenarnya bagus juga idenya. Hanya saja aku tak begitu mengingat momen hidupku selama ini. Rasanya.. memang tidak pantas untuk ku ingat-ingat lagi.

Memangnya apa yang harus ku ceritakan kalau aku bahkan tidak merasa hidup dahulu?

Yang aku tau hanya... 'mati'.


Fi-Lo-Tee-Mo END

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 11, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

From Me To U [BoBoiBoy]Where stories live. Discover now