Anak Baru Dari Distrik Lain

729 47 15
                                    

"Apa maksudmu, Monkey D Luffy?"


POV

Aku di ajak menuju sebuah ruangan entah apa itu. Kami di pandu oleh wakil kepala sekolah yang bernama Pak Akainu.

Sudah beberapa menit kami berjalan, hanya Pak Akainu lah yang terus mengajakku untuk berbicara. Namun aku selalu menjawabnya singkat karena dasarnya aku memang tidak suka bersosialisasi.

"Sekolah ini di penuhi oleh siswa - siswa bermasalah, apa orang tua mu tak tahu itu?" tanya Akainu.

"Entahlah." jawabku.

"Jika kau merasa tidak nyaman di sini langsung saja bilang kepada ku, atau Sengoku."

Aku mengangguk mengiyakan.

Sampailah kami didepan ruangan yang di tuju yang terpampang tulisan Ruangan Kepala Sekolah.

Sebelum Pak Akainu membuka pintu tersebut aku mendengar sebuah kalimat serius yang membuat ku cukup emosi.

"Dia mengancam ku.."

Setelah pintunya terbuka aku mendapati sesosok dua orang yang sedang duduk berhadapan.

Tanpa basa-basi aku langsung bertanya kepada orang yang melontarkan kalimat tersebut.

"Apa dia mengancam mu? Apa yang dia katakan kepadamu?!" tanyaku.

Orang yang berada di dalam ruangan tersebut refleks terkejut. Sengoku menatapku datar lalu tersenyum lebar. "Sepertinya gadis yang kita bahas sudah datang.." ucapnya ke Garp.

Aku mengerutkan alisku, Akainu mempersilahkan ku masuk sedangkan si bodyguard menunggu di luar.

Aku duduk di sebelah kakek - kakek bernama Garp.

"Apa yang dia katakan kepadamu? Mengapa ia tidak memberitahuku?" tanyaku lagi ke Sengoku.

Ia menghela nafasnya panjang. "Sepertinya tidak ada alasan untuk menyembunyikannya.. Begini--" Garp dan Akainu menjadi saksi dari percakapan tersebut.

Setelah Sengoku memberitahuku semuanya, aku memalingkan wajah dan menelan ludah.

"Mengapa orang rakus sepertinya harus membuang buang uangnya demi anak berdosa sepertiku.." batinku menatap lantai ruangan.

"Jika ada masalah, katakan saja pada kami.." timpal Garp.

Aku keluar dari ruangan tersebut dengan mata yang lelah. Akan berdosa jika aku tidak mengakuinya, tak ada alasan untuk menolak karena dia adalah seorang ayah, karena dia adalah ayahku. Menjadi anak dari seorang yang berstatus seperti itu, membuatku merasa sangat tidak nyaman.

Seketika telingaku ternotice oleh sapaan seorang siswa perempuan, langkah ku terhenti saat mendapati ia tengah berjalan ke arah ku. Berpakaian sangat rapi beserta 2-3 buku arkeolog di pelukannya.

"Hi! Apa kau siswa baru yang di bicarakan itu?" tanyanya.

Aku baru tahu jika diriku menjadi topik siswa - siswi di pagi hari begini. "Y-yah.." jawab ku.

Wajah cantik dengan uraian rambut panjangnya mengakibatkanku berpikir bahwa ia tampak seperti incaran siswa laki-laki di sekolah ini.

"Namaku Robin, ketua osis disini.." ucapnya seraya mengangkat tangannya ke arah ku.

Sontak aku membalasnya. "Salam kenal.."

"Aku di panggil untuk mengantarmu ke  kelas barumu.." sambungnya tanpa basa basi.

POV end.

Robin mengajak gadis baru tadi ke ruangan kelas barunya, sedangkan bodyguard yang sedari tadi mengikuti mereka berdua memilih untuk pergi atas perintah nonanya.

Oɴᴇ Pɪᴇᴄᴇ High SchoolМесто, где живут истории. Откройте их для себя