62. Demam

394 30 10
                                    

Anita membanting pintu dengan keras membuat Gilang sedikit terperanjat kaget.

~~~~~~~~~~~~~~

Anita menangis sejadi-jadinya. Dia melempar semua barang disekitarnya. "Aaaa!!!!" Teriaknya frustasi sembari mengacak rambutnya.

Disisi lain Gilang tak meninggalkan apartemen itu. Dia menunggu diluar Apartemen hingga Anita kembali mecarinya dan mengajaknya masuk. Detik berganti menit, menit berganti jam hingga pagi berganti malam. Gilang masih tetap setia duduk berseder di pintu apartemen. Hingga hujan turun mengguyur kota saat itu.

Dia lupa membawa jaket. Terlalu terburu-buru menemui Anita hingga ia pergi hanya mengenakan kemeja dan celana panjang. Perlahan dia mulai merasa kedinginan dan menggigil. Matanya perlahan mulai terpejam dan dunia menjadi gelap seketika.

~~~~~~~~~~~~~~

Deni melajukan motornya lebih cepat dan memarkirkannya. Dia mempercepat langkahnya menuju apartemen. Hujan deras terus mengguyur.

Deg!

Langkahnya terhenti saat melihat seseorang bertelungkup di depan apartemen. Perlahan dia mendekati orang itu. "Tuan?" Deni menepuk pundaknya dan tak sengaja orang itu menoleh.

Deni tampak terkejut. "Pak Gilang" dia membuka jasnya dan menutup tubuh Gilang yang basah kuyup.

"Bapak kenapa disini?" Tanyanya. Gilang hanya terdiam lemas, dia tak mampu menjawabnya.

Dengan sekuat tenaga, Deni mengangkat tubuh Gilang dan membopongnya. "Ke apartemen saya aja ya pak" kata Deni. Namun Gilang menolaknya.

Deni menuntunnya berjalan mendekati jalan raya. Tak ada satu pun kendaraan yang lewat untuk mereka tumpangi. "Pak, hujannya semakin deras. Lebih baik bapak berteduh dulu di apartemen saya ya" kata Deni.

Gilang menggeleng pelan. "Tidak..." Lirihnya dengan suara lemas. Tiba-tiba Deni melihat taksi yang akan melitas di depan mereka. Deni melambaikan tanganya dan taksi itu berhenti di hadapan mereka.

Deni memberitahu alamat pada sopir taksi itu. Taksi pun melaju menerobos derasnya hujan.

~~~~~~~~~~~~~~

ANITA POV

Pagi-pagi sekali, Ester datang ke apartemenku membawa kabar bahwa Marta sedang sakit. "Nit, kamu jenguk Gilang gih, kasian dia" kata Ester. Aku langsung terbelalak mendengar hal itu.

Dengan gampangnya dia menyuruhmu menemui Marta. "Nggak!" Sahutku singkat.

"Gilang kemarin nungguin kamu lho, sampai kehujanan. Untung ada Deni yang liat" kata Ester.

"Terus, maunya dia diem di depan apartemen itu apa?" Tanyaku kesal.

"Menurutku sih ya karena kamu" kata Ester.

"Ha?" Aku menatap bingung.

"Kemarin dia pasti dari sini kan? Mungkin karena belum dapet maaf dari kamu dia ngelakuin itu" kata Ester.

"Kasian lho dia Nit" kata Ester.

Ting...tong...
Ting...tong....
Ting...tong...

"Isss siapa sih?" Gerutuku.

"Iya sebentar, sabar" aku melangkah mendekati pintu.

Saat ku buka seorang wanita yang tak asing bagiku tersenyum menatapku. "Halo bu guru" dia melambaikan tangannya padaku.

Sontak aku langsung memeluknya memang aku tak membahas masalah yang menimpaku kali ini pada Linda. "Lo tau gue ada disini darimana?" Tanyaku.

Dia tersenyum ke arah Ester. "Dari dia" kata Linda. Aku menatap ke arah Ester dia tampak menyengir.

Martanita [END]Where stories live. Discover now