Candu

708 137 9
                                    

𝙱𝚎𝚛𝚜𝚎𝚍𝚒𝚊𝚔𝚊𝚑 𝚔𝚊𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚕𝚎𝚗𝚝𝚎𝚛𝚊 𝚍𝚒 𝚔𝚎𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙𝚊𝚗 𝚔𝚞 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚎𝚕𝚊𝚖?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

𝙱𝚎𝚛𝚜𝚎𝚍𝚒𝚊𝚔𝚊𝚑 𝚔𝚊𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚕𝚎𝚗𝚝𝚎𝚛𝚊 𝚍𝚒 𝚔𝚎𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙𝚊𝚗 𝚔𝚞 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚎𝚕𝚊𝚖?

Jangan lupa vote dan komen ya....

Selamat membaca...

------------------------------------------------------------------


"Jangan mengganggu ku saat bermain Kyra."

Kyra hanya diam sejak lima belas menit yang lalu Veron terus menerus bermain dengan hal yang ia sebut 'mainannya' Wajah pria tampan itu mengukir senyum manis, seolah menikmati waktu bermainnya. Kyra hanya duduk di rerumputan, menatap iba sosok pria yang mungkin sudah kehilangan nyawanya sejak tadi. Bahkan Veron tidak merasa terganggu oleh cipratan darah di wajah tampannya.

"Hum, kenapa? Kau sudah bosan dengannya?" Tanya Veron pada pisau lipat kesayangannya yang sudah berlumur banyak darah. "Baiklah, nanti aku carikan mainan baru." Sambung nya lagi.

Sebelum beranjak, Veron memotong jemari pria malang itu. Lalu ia masukkan ke dalam toples bersamaan dengan bola mata yang lebih dulu ia cobgkel, kepalanya menoleh pada Kyra seolah dirinya baru saja mendapat hewan buruan. "Hadiah untukmu."

Veron menyodorkan toples berisi sepuluh jemari pria yang baru saja ia eksekusi. Wajah tampannya bahkan terdapat cipratan darah, namun pria tampan itu mengukir senyum manis. Kyra tersenyum gusar, diterimanya toples itu tanpa mengatakan sepatah kata pun. Sorot mata itu, menunjukkan seberapa kelam kehidupan Veron. Kyra merogoh tasnya, mencari tissue basah dan membersihkan wajah pria tampan di hadapannya.

"Mengapa kau harus memotong jemari dan mencongkel bola matanya?" Tanya Kyra sedikit takut.

Veron tampak berpikir, lalu memasukkan pisau lipatnya ke dalam saku. "Dia berani menyentuhmu, dia juga berani menatapmu. Kau tahu kan bahwa hanya Tuan mu yang boleh melakukan itu?"

Kyra menghela nafas, tangannya masih sibuk membersihkan wajah Veron. Lalu seorang pria berkacamata datang, membuat Kyra sedikit was-was, bagaimana jika pria itu tahu apa yang dilakukan Tuannya?

"Bereskan!! Jangan meninggalkan jejak." Perintah Veron pada pria berkaca mata itu.

Kyra masih mengingat betul, pria berkacamata ini adalah sosok yang mengikuti dirinya dan Veron dimanapun. Ternyata pria itu adalah bawahan Veron?

"Baik Tuan." Pria itu sudah menyiapkan beberapa peralatan yang diperlukan, serta membawa sebuah jaket untuk dikenakan Veron.

Kyra tidak tahu bahwa Veron bahkan menyiapkan seseorang untuk membereskan segalanya. Pria itu benar-benar main aman, itulah sebabnya tidak ada catatan kriminal satupun dari pria itu. Apalagi Kyra juga melihat banyaknya sertifikat tanda terimakasih dari banyak yayasan yang sudah dibantu oleh Veron di dinding milik pria itu.

Selang beberapa menit, Veron dan Kyra sudah berada di dalam mobil. Pria itu bahkan sudah mengganti pakaiannya yang terkena noda darah. Keduanya saling terdiam dengan pikiran masing-masing.

"Kau takut padaku?" Tanya Veron seraya menatap Kyra intens.

Kyra menoleh, memamerkan senyum manisnya. Gadis itu menggeleng pelan, sesungguhnya ia tidak takut pada Veron. Tapi ia merasa syok karena melihat hal seperti itu pertama kalinya, awal pertemuannya dengan sosok Veron. Pria itu tidak mencongkel mata atau memotong jarinya. Kyra bukanlah gadis psikopat, dirinya juga akan merasa terkejut jika mendapati hal semengerikan itu. "Kau tidak membunuh untuk bersenang-senang, kau membunuh seseorang karena alasan. Itu sebabnya kau tidak mau membunuhku saat aku memintamu melakukannya."

Veron tersenyum, harusnya gadis normal seperti Kyra akan merasa takut, atau bahkan berakhir di rumah sakit jiwa karena mendapat trauma hebat. Tapi gadis itu, masih tersenyum di samping Veron, bahkan masih berani manatap ke arahnya. Kyra bukanlah gadis biasa, dan karena itu Veron tidak akan melepas Kyra.

Veron menginjak pedal gasnya, dengan Kyra dirinya tidak perlu menyembunyikan jati dirinya. Kyra adalah gadis muda yang bisa mengerti banyak hal. Kyra juga kerap kali memamerkan senyum cantiknya yang membuat Veron terhipnotis selama beberapa saat.

Selama tiga puluh menit perjalanan, mobil sport milik Veron sudah terparkir sempurna di lobi hotel. Keduanya juga menyempatkan diri untuk menikmati makan malam. Veron juga menepati janjinya untuk pindah kamar, tentu saja karena tidak ingin Kyra merasa tidak nyaman. Ia memilih kamar yang bersebelahan dengan kamar yang ia pesan kemarin, agar tidak perlu repot esok hari untuk mengajak gadis itu sarapan.

Veron berbaring di atas kasur, memainkan ponsel miliknya dan memperlihatkan banyak foto Kyra yang ia ambil secara diam-diam. Veron tidak mengerti mengenai perasaan menggebu di dalam dirinya, dan membuatnya tersenyum tanpa sebab.

Namun senyumnya memudar kala notifikasi baterai ponsel miliknya hanya tersisa lima persen saja. Pria itu beranjak, mencari charger miliknya tapi tidak bisa ia temukan. Lalu sepersekian detik kemudian, dirinya baru mengingat bahwa charger miliknya masih berada di kamarnya yang semalam. Mau tak mau, Veron keluar dari kamarnya. Mengetuk kamar Kyra namun tidak ada jawaban.

Akhirnya Veron memilih kembali ke kamarnya, mengambil kartu cadangan untuk membuka kamar Kyra. Untung saja resepsionis memberikan dua kartu, sehingga dirinya bisa menggunakannya di saat seperti ini.

Suara gemericik air di kamar mandi, membuat Veron memaklumi. Pantas saja gadis itu tidak mendengar ketukan pintunya. Veron mulai mencari di setiap sudut, ia ingat menaruh charger ponselnya di atas nakas. Tapi kemana perginya benda itu?

"Astaga!! Apa yang kau lakukan disini?" Kyra menatap Veron terkejut, tidak menyadari kapan pria tampan itu masuk ke dalam kamar ini setelah satu jam yang lalu pria itu masuk ke kamar barunya.

Veron membalikkan badan, tatapannya terkunci pada sosok Kyra. Gadis itu menggunakan baju tidur dengan bahan satin, di kepalanya terlilit handuk yang menjulang tinggi menunjukkan bahwa gadis itu baru selesai keramas.

Veron melangkah mendekat, mengikis jarak keduanya hingga Kyra terhimpit okeh tubuh Veron dan tembok.

"Dengan pakaian seperti ini, kau mau mengundang pria mana, hm?" Tanya Veron dengan tatapan intens.

"A-aku...., " Kyra menelan salivanya dengan susah payah. Kenapa pria tampan ini harus memojokkannya seperti ini?

"Kau mau menunjukkan lekuk tubuhmu untuk siapa, hm?" tanya Veron seraya mengusap pipi Kyra.

"Ti-tidak ada Tuan. A-aku hanya ingin tidur." jawab Kyra dengan jujur.

"Tidur? Kau yakin?" tanya Veron lagi.

Kyra mengangguk, ia tidak berani menatap mata Veron atau dirinya akan benar-benar terkunci dengan mata elang. Manik mata yang bisa mengintimidasi siapapun. Kaki Kyra bergetar kala merasakan hembusan nafas Veron di lehernya, sensasi yang menggelitik membuat bulu kuduk nya merinding. Belum lagi dengan jemari pria itu yang mengusap rahangnya. Veron sangat ahli dalam mendominasi, sentuhannya mampu membuat Kyra merasa tidak nyaman dengan tubuhnya sendiri.

"Kau tidak ingin melakukan hal seperti semalam?" Goda Veron dengan senyum miring di bibirnya.

"Se-semalam?" Tanya Kyra. Gadis itu tidak bisa mengingat apapun sebelum dirinya meminum botol yang disebut soju. Bahkan kepalanya terasa sangat pening saat dirinya bangun, ia tidak bisa mengingat apapun yang terjadi setelah ia minum minuman itu.

"Kau tidak ingat?" bisik Veron semakin membuat Kyra geli.

"Mau ku bantu untuk mengingatnya?" Tanya Veron seraya mengusap bibir bawah Kyra menggunakan jempolnya. Bibir cantik yang tampak ranum dengan warna merah muda tanpa lipstik. Veron ingin mencobanya sekali lagi, dalam hitungan detik pria tampan itu sudah memagut bibir manis milik gadisnya. Menyesap rasa manis yang melebihi zat nikotin. Mulai detik ini Veron memasukkan bibir Kyra ke dalam list hal yang paling ia sukai di dunia ini.

SWEET PSYCHOWhere stories live. Discover now