Pertemuan Awal

4.2K 374 78
                                    

Hai hai senang sekali bisa mempublikasikan cerita ini

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Hai hai senang sekali bisa mempublikasikan cerita ini. Setelah selesai cerita The perfect Mom, kali ini aku akan fokus ke cerita baru aku ini. Buat kalian yang suka cerita ini, silahkan vote, comment dan share ke teman teman kalian ya. Selamat membaca

Hujan turun begitu deras di kota Jakarta malam ini, memberikan hawa dingin yang menusuk. Tidak ada seorangpun yang menyadari, tepat di bangku taman sosok wanita tengah membiarkan tubuhnya terguyur hujan. Berbeda dengan beberapa orang yang memilih untuk berteduh, menyelamatkan diri dari dingin nya air hujan malam ini.

Bersamaan dengan hujan yang membasahi tubuh gadis itu, air matanya kembali mengalir. Gadis yang pintar dalam menyamarkan air mata, gadis yang hebat dalam menutupi luka.

Perlahan, sudut bibir wanita itu melengkung ke atas. Tidak tau apa yang membuatnya tersenyum setelah satu jam tubuhnya diguyur hujan.

Gadis itu mulai beranjak, menapakkan kakinya dengan perlahan sembari menikmati dinginnya malam ini. Di kota sebesar ini, tanpa satu pun sanak saudara dirinya berniat mengenyam pendidikan tinggi agar dapat bekerja suatu hari nanti. Kehidupan kala beranjak dewasa itu keras, dan gadis itu membenci dirinya yang mulai tumbuh dewasa.

"Tuhan, aku membenci seluruh dari hidup ku." Gadis itu menatap gang kecil yang ia lewati, tampak sepi dan mengerikan. Ia tidak tahu dimana dirinya saat ini, ia sudah tersesat.

Lima bulan tinggal di kota besar ini, tidak juga dapat membuat gadis itu mengingat jalan. Gadis dengan bulu mata lentik itu hanya tau jalan ke kampusnya, ke tempat makan langganannya, ke taman, serta jalan pulang ke kosnya. Tak pernah sekalipun gadis itu bergabung bersama gadis seumurannya yang lebih suka nongkrong di cafe atau berjalan-jalan ke mall.

"Ampun!! Ampuni aku!!!"

Gadis itu menatap dua sosok pria di ujung gang sempit ini, pencahayaan yang begitu minim membuat gadis itu tidak bisa melihat apa yang terjadi dari kejauhan. Gadis itu melangkah perlahan, tanpa menimbulkan suara dari langkahnya. Mengamati dua orang yang memiliki dua raut wajah yang berbeda, satu pria ketakutan, lalu pria yang satunya menatap dingin dan tampak tenang.

"Mengampuni mu? Kau pikir semudah itu bos ku akan mengampuni, hm?" Pria dengan tatapan dingin itu berjongkok, menepuk pipi targetnya dengan pisau yang tampak tajam.

"A-aku mohon-,"

"Ah, apa aku harus mencongkel mata mu untuk memberi hukuman karena telah lancang menatap wanita milik bos ku? Bos ku bilang, aku harus memberimu hukuman yang mengerikan." Pria dengan tatapan dingin itu tersenyum sinis.

"Dan tangan mu ini yang berani menyentuh nya!!" Pria dengan kemeja hitam itu menancapkan pisaunya pada tangan korbannya, lalu tersenyum sinis dan mencabutnya kembali dengan kasar.

Arghhhhh....

Pria yang ditusuk tangannya itu mengerang kesakitan, suatu malapetaka malam ini untuk dirinya. "Aku mohon, aku masih ingin hidup."

"Tapi malam ini aku ingin bersenang-senang membunuh seseorang, apalagi melihat darah ini semakin membuatku ingin mengumpulkan organ tubuh mu untuk koleksi pribadi ku." Pria itu kembali tersenyum sinis.

"Tidak!! Tolong saya!! Tolong!!" Pria yang tampak ketakutan itu menatap sosok gadis yang entah sejak kapan berdiri di sana, hanya mengamati dengan tatapan tenang nya.

"Nona, tolong hubungi polisi!!!" Teriak pria itu semakin ketakutan.

Pria dengan tatapan dingin itu menoleh, baru menyadari bahwasanya ada orang yang tengah mengamati dirinya dalam beraksi. Pria dengan tatapan dingin itu beranjak, mengamati wanita yang tengah menyorotnya dengan tatapan tenang. Sedikit terheran, ia tidak menemukan raut wajah terkejut dari gadis dengan tubuh yang melekuk sempurna itu.

"Apa yang sedang kau tatap, hm?" Pria dengan tatapan dingin itu menempelkan pisau yang berlumur darah ke pipi sosok wanita yang tengah menatapnya dengan tenang. Hujan mulai mereda, membuat darah yang menempel pada pipi gadis itu tidak luntur sebab air hujan.

"Tuan, apa kau akan membunuh pria itu?" Tanya gadis itu tetap dengan raut wajahnya yang tenang.

"Nona, apa yang kau katakan!!! Cepat hubungi polisi!!!" Teriak pria yang tengah ketakutan itu.

Pria dengan tatapan dingin itu tersenyum sinis, mengamati penampilan gadis yang ada di hadapannya. "Mungkin iya, mungkin tidak. Kau mau-,"

"Bunuh aku juga bersamanya." Gadis cantik itu menyodorkan kedua tangannya, seperti tahanan yang sudah siap diborgol.

Tercengang. Perkataan gadis itu berhasil membuat dua pria itu tercengang. Wajah yang sedari tadi menatap gadis itu secara datar, kali ini menunjukkan kerutan pada dahinya, tidak bisa mengerti jalan pikir gadis itu.

"Nona!! Apa yang kau katakan. Aku benar-benar sudah gila!!" Teriak pria yang tangannya mulai mengeluarkan banyak darah.

"Bisa kah kau membunuh ku segera?" Tanya gadis itu menuntut jawaban.

"Halo!! Halo kantor polisi, datang cepat ke gang di samping taman B. Tolong!! Ada dua manusia gila di sini!!! Tolong secepatnya!!"

Pria dengan tatapan dingin itu menoleh, menatap pria yang berani-beraninya memanggil polisi padahal telapak tangannya sudah ia tancapkan pisau. Pria itu berjalan cepat menghampiri pria yang tengah menatap nya ketakutan.

"Jangan macam-macam!! Polisi akan datang!!!" Teriak pria itu semakin ketakutan.

"Aku tau." Pria dengan tatapan dingin itu menendang korbannya sampai tersungkur, lalu tanpa perasaan menginjak wajah korbannya berkali-kali.

"Aku biasanya tidak mau menginjak kotoran. Tapi kau pengecualian." Pria dengan tatapan tajam itu terkekeh, lalu menghentikan kakinya kala korbannya sudah pingsan. Pria dengan tatapan dingin itu menyeret korbannya, memasukkan korbannya yang sudah pingsan itu ke dalam tong sampah lalu menutupi tubuh pria itu dengan beberapa plastik sampah.

"Kau mungkin tidak akan mati, hanya saja esok pagi kau akan terbangun dengan bau busuk. Itu sangat cocok untuk mu." Pria dengan tatapan dingin itu membersihkan tangannya, lalu menatap sosok gadis yang masih menatapnya dengan tenang. Gadis itu benar-benar menginginkan kematian, ia bisa saja kabur kala pria itu lengah.

Pria dengan tatapan dingin itu beralih pada bercak darah yang ditinggalkan korbannya juga dengan telepon genggam yang digunakan korbannya untuk menelpon polisi. Dihancurkan ya ponsel itu hingga remuk, lalu memasukkan nya ke dalam tong sampah. Pria dengan kemeja hitam itu tersenyum sinis, kala mendapati seekor anjing yang tengah berjalan melewatinya. Didekatilah anjing itu, tersenyum sembari mengelus lalu menggoreskan pisau itu pada kaki si anjing. Pria itu tersenyum melihat darah anjing itu ke luar, diletakkan nya anjing yang terluka itu di atas bercak darah milik korbannya. Selesai.

Sekarang waktunya mengurus gadis itu. Pria dengan tatapan dingin itu tersenyum manis, sembari mengusap wajah gadis yang menatapnya dengan tenang. Suara sirine mobil polisi mulai terdengar, membuat pria itu dengan cekatan menarik tangan gadis itu lalu berlari sekencang mungkin.

Tidak ada jalan lain. Pria itu menarik gadis itu untuk bersembunyi di balik gerobak sampah. Membekap mulut gadis itu yang masih nampak tenang. Gadis itu mengamati pria yang berjarak begitu dekat dengannya, pria sadis yang mungkin akan membantunya mengakhiri hidup. Ya, ini adalah malam keberuntungan untuk gadis dengan nama lengkap Kyra Lydia Maheswari.

SWEET PSYCHOHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin